.
Yeri memandang nanar baju pengantinnya yang sudah tergantung rapi untuk upacara pernikahannya besok. Gaun putih panjang dengan payet penuh diatasnya. Tampak cantik juga menawan.
Namun, pikirannya kini kacau akibat kunjungan Haechan tempo hari. Ketika Haechan menjenguk Mark yang sakit. Masih dapat Yeri lihat, keduanya masih saling mencinta.
Apalagi ketika ia curi dengar, bahwa nampak Mark tak merelakan pamitnya Haechan untuk pulang ke Paris.
"Memikirkan apasih?" tanya Mark membuyarkan lamunan Yeri yang sama saja tak memberi jawaban.
Mark baru saja masuk membawa sepiring buah potong dan duduk di sebelah Yeri.
Yeri hanya tersenyum kecil.
"Mmm... hanya memikirkan besok" kata Yeri menyembunyikan apa yang ia pikirkan.
Mark mengangguk saja. Tak ingin mengganggu apa yang Yeri pikirkan. Setres sebelum pernikahan itu merupakan hal biasa. Jika ditanya, apa Mark begitu juga?
Jawabnya tidak.
Mark tidak memikirkan tentang pernikahannya. Ia lebih memikirkan bagaimana caranya mencegah Haechan pergi. Entahlah, kini perasaannya lain. Pada Yeri maupun Haechan. Mark tak lagi merasakan degup jantung yang cepat ketika bersama Yeri dan ketika tempo hari saat ia bersama Haechan, perasaannya bukan lagi bersalah.
Namun cinta, seperti yang ia rasakan saat dulu.
Saat dimana Haechan masih Baby di matanya.
"Kak..." panggil Yeri yang langsung dapat atensi dari Mark.
"Apa?"
"Kakak masih mencintaiku kan?"
Pertanyaan itu, kelu Mark untuk menjawab.
______________________
Mark tak pernah membayangkan jika akhirnya ia menikah juga. Tak ia sangka, yang dulunya di hatinya hanya tertulis nama Baby-Chan kini akan terganti oleh Yeri.
Dengan tuksedo putihnya, Mark menunggu kedatangan Yeri di atas altar. Si pemilik hatinya yang baru. Tak Mark sangka, ia akan menikah. Dengan keadaan hatinya yang tergoncang. Pilu bersamaan ketika mengingat jika bocah itu pulang ke Paris dan tak kembali lagi.
25 menit menunggu, Yeri tak kunjung datang. Para tamu mulai riweuh. Begitupun Mark yang jadinya was-was. Berdoa dalam hati jika tak terjadi apa-apa.
Hingga pintu kayu gereja itu terbuka. Menampilkan Yeri dengan tampilan santai tanpa gaun pernikahan yang melilitnya. Yeri datang, hanya dengan kaos oblong juga celana jeans kasual dengan topi baseball pemberian Mark dua tahun lalu.
"Pernikahan ini dibatalkan" Ucapnya lantang membuat semakin riuhnya tamu undangan. Mark yang tak bisa apa-apa hanya bisa mematung di atas altar.
"Kak Mark aku tau, kamu masih mencintai bocah itu. Kejar dia, selagi kak Mark masih punya waktu."
Hujan di pelupuk mata Mark. Ia segera berlari, tak lupa mengucapkan terima kasih juga maaf. Yeri tampak tegar, meski di dalamnya ia hancur lebur tak bersisa.
____________________
Sekali lagi, Haechan menoleh kebelakang. Seoul yang indah harus ia lupakan. Begitupun juga dengan kenangan serta Mark di dalamnya. Ia ingin menangis, namun ia sudah berjanji tak ingin lagi mengeluarkan air mata.
Langkahnya berat, tak ada satupun yang mengantar kepergiannya. Haechan tak ingin semakin berat melepas Seoul. Namun ini takdirnya, di umurnya yang kedua puluh ia terkhianati.
Langkah pelannya akan segera membawanya pergi. Menembus awan untuk ke tempat yang ia rindukan. Pangkuan sang ibu.
Namun semuanya belum terjadi. Sebab waktu sepertinya berhenti ketika seorang lelaki dengan tuksedo putih kembali hadir.
"HAECHAN!!!"
Langkahnya terhenti. Ia berbalik untuk mendapati Mark yang langsung menerjangnya dengan pelukan serta tangisan.
"Jangan pergi... kumohon"
Mau tak mau, hujan mengalir dari pelupuk mata Haechan.
"Tidak kak. Aku harus pergi. Ini keputusan terkahirku."
"Tapi kenapa?!" Haechan tak mampu menjawab. Sebab pertanyaan itu tak memiliki jawaban.
Keduanya menangis. Sampai tak sadar, Benang merah mereka tersambung menjadi satu.
Haechan melepaskan pelukan terakhirnya. Ia harus pergi. Ini sebuah keputusan dimana Haechan harus menata hati. Meninggalkan Mark sendiri. Bagi Haechan ini merupakan jalan terbaik.
"Maaf kak. Aku harus pergi"
Haechan berlalu. Pamit. Tanpa menoleh kebelakang dengan air mata yang terus terjatuh. Begini kisah mereka berakhir. Dengan segala upaya selama ini, mereka sama tersiksanya.
"Selamat tinggal... kak Mark" ucapnya sebelum benar-benar menghilang.
Mark lemas. Tak lagi ia mampu berdiri dengan kedua kakinya.
"HAECHAN!!!"
Dan menangis mengemis meminta Haechan kembali. Tapi semua itu kesia-siaan.
Tanpa mereka berdua sadari, Hyunjin sedari tadi melihat drama gratis tadi hanya tersenyum kecut. Berjanji dalam hati pelan-pelan dalam hal merelakan.
"Ayo mundur perlahan" janjinya pada diri sendiri dan melangkah pergi menjauh.
Sesungguhnya,
Semua tersakiti disini. Tak ada yang bahagia di akhir kisah ini.
Kisah ini menggantung.
Kalian setuju?
Akhir mereka tak nampak jelas.
Jadi bagaimana jika takdir memainkan
kembali Mark dan Haechan?
dan mencoba membuat kisah mereka berakhir bahagia- takdir.
__________________________________________
Jadi, ini beneran end dong guisee
Pasti banyak yang bilang, ari kejam banget anjir. Haha, ari tak sekejam itu /pake nada biuty bibinya san ateez.g/ soalnya ini pertama kalinya aku merasa bisa membuat sequel hingga selesai hiksTapi mimpiku membuat trilogi hehe
jadi INI BAKALAN DI LANJUT DONG YA
YANG PENGEN HAECHAN MA MARK BERSATU AYO ANGKAT KAKI g.ps. akan segera di update jadi pantengin terus akun ari ya gaes.
oh ya terima kasih baget yang udah mau mampir terus ninggalin vote dan komennya di lapak sederhana ini.
makasih banyak.
cinta+sayang kalian akutuh uwusatu lagi, kak Yeri itu baik loh
hayooo minta maap yang udah ngatain dia kemaren-kemaren.Sekali lagi, terima kasih
salam manis,
Arie
KAMU SEDANG MEMBACA
20th || Markchan✅✅
Fanfic[Trilogi Kedua] Siapa sangka, si Baby-Chan kini sudah tumbuh besar. bxb content; hurt-comfort; drama;