10. Kebiasaan

3K 479 49
                                    

Ini adalah puncak dari 10 alasan Lisa benci Kun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah puncak dari 10 alasan Lisa benci Kun.

Sampai selesai ujian akhir pun Kun masih sama bad mood-nya seperti kejadian bersama film Doraemon itu. Lisa gak bisa apa-apa selain biarin Kun sampai mood-nya balik lagi kayak biasanya.

Lisa sendiri juga lagi sibuk-sibuknya. Tugas menumpuk, bikin mual kalau diingat. Jadi, ia sendiri juga gak terlalu memusingkan tentang Kun yang sepertinya membuat sebuah jarak di antara mereka. Lisa mencoba mengalihkan dirinya ke tugas-tugas itu. Meski awalnya susah banget untuk gak ngecek roomchat-nya dengan Kun yang sudah berminggu-minggu gak obrolan sama sekali.

Lisa sedikit kecewa sepertinya. Mama dan papanya kembali dari pekerjaan mereka. Istirahat sejenak selama beberapa hari, katanya. Lisa tidak mempermasalahkan itu sama sekali. Hari pertama, hari kedua, dan di hari ketiga, pertengkaran hebat kembali terjadi. Kalian tahu, 'kan, letak masalahnya di mana?

Anggap saja Lisa sedang konsentrasi penuh untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Kapasitas otak yang tidak se-level dengan Albert Einstein, membuat pekerjaan yang terkesan biasa saja menjadi sungguh berat untuk Lisa. Dan sekarang, kedua orangtuanya malah berdebat mendebatkan hal tidak penting. Anggap saja begitu.

Meski nyatanya batinnya juga lelah mendengar suara yang menggelegar menyapa sampai seluruh sudut rumah. Nama Lisa kian disebutkan. Berdebat tentang ia lagi? Jangan pikir Lisa tidak pernah berniat untuk ke syurga lebih dulu. Kalau bukan karena kata-kata Kun waktu itu, mungkin ia tidak akan merasakan jadi mahasiswi di salah satu perguruan tinggi favorit di kotanya.

Kun bilang, "Mau mati duluan? Sama aja kayak lo nge-cheat pas main game. Lo pikir, gue bakal biarin lo sampai garis finish duluan tanpa perjuangan?"

Itu dulu, sebelum mereka terikat dalam sebuah hubungan. Mereka bertemu pertama kali saat Lisa hendak melompat dari jembatan. Dulu, Kun songong banget.

Cara dia nembak Lisa juga aneh banget. Abis jadian, Kun tulis tanda tangan dia di pipi Lisa. Katanya, latihan buat tanda tangan di buku nikah. Hm, emang halunya suka kebablasan.

Lisa tersenyum simpul mengingatnya.
PRANG!

Helaan napas berat terdengar. Lisa mematikan laptopnya. Ia menaikkan volume suara dari lagu yang tengah didengarkannya. Di saat seperti ini, biasanya Lisa kabur ke rumah Kun. Takutnya laki-laki itu masih di keadaan mood kurang baik, jadi Lisa urungkan.

PLAK!

Harus, ya? Berantem di dekat kamar Lisa kayak gini?

"Kamu mau ke mana, Sa?!"

Lisa mengacuhkan pertanyaan sang papa. Tungkainya melangkah ringan menjauh dari sana. Hendak ke mana ia, itu masalah nanti. Yang jelas sekarang Lisa ingin pergi dari sini.

Celana pendek selutut dan kaus tipis dibalut hoodie cukup menemaninya untuk acara kabur dari rumah tanpa persiapan kali ini. Rambut yang biasa digerai, Lisa kuncir kuda. Sore ini terasa hangat. Angin-anginnya juga terasa lembut begitu menyapu permukaan kulit Lisa.

Berjalan tanpa tujuan ditemani lagu Billie Eilish favoritnya. Lisa cukup merasa tenang untuk beberapa waktu. Terdengar bodoh, memang, seorang mahasiswi kabur dari rumah hanya karena masalah sepele. Biarkan orang-orang berkomentar, Lisa hidup bukan berdasarkan omongan mereka.

Dalam hidupnya yang klise ini, apa salah kalau Lisa berharap Cai Xukun akan menghampirinya dan membawanya pergi? Ayolah, hidup Lisa seklise itu. Hal kecil seperti itu mungkin saja, bukan? Seorang gadis broken home yang hampir bunuh diri ditolong oleh pemuda irit bicara yang sekarang jadi pacarnya. Klise dan membosankan.

Lisa ada di mana sekarang? Kakinya membawa Lisa menuju stasiun kereta antarkota. Lisa menghela napas. Hanya diam berdiri di tengah-tengah masyarakat yang sibuk ke sana-ke mari mengurus urusan mereka masing-masing.

"Ngapain?"

Lisa mendongak. Terima kasih untuk kehidupan klise nan biasa miliknya. Senyum kecil terbit di wajah Lisa.

"Halo, Dek Pacar."

Dan Cai Xukun masih bisa berdecak dan menampilkan ekspresi menyebalkan? Oh, hebat sekali!

"Ngapain ada di sini? Pakai celana pendek pula," gerutu Kun.

"Mumpung pacarku gak ngawasin, hehe."

Tidak perlu aba-aba untuk Lisa menyerang Kun dengan sebuah pelukan erat.

"Sebentar aja, nanti aku lepas lagi. Sebentar aja, ... beneran deh," lirihnya.

Hening, sampai Lisa merasakan tangan Kun yang juga ikut memeluk tubuhnya.

"Lama juga gak apa-apa."

Lisa tersenyum kecil.

"Kalau ada masalah tuh, bilang. Jangan tiba-tiba hilang kayak gini," gerutu Lisa.

Kun mengeratkan pelukannya. "Apa?"

Lisa hendak merenggangkan pelukan mereka dan menatap wajah Kun, tetapi pemuda itu malah semakin mengeratkannya. Sepertinya mustahil bagi Lisa untuk melepaskan diri.

"Kak Sehun ... Papa bilang itu ke kamu, 'kan?"

Lisa benci Kun yang selalu menyimpan dan menghadapi masalah sendiri. Mandiri itu bagus, tapi bukan yang seperti ini.

Apakah masih ada harapan 1 chapter lagi? Ada dong!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah masih ada harapan 1 chapter lagi? Ada dong!

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang