Terkutuklah orang yang memperkenalkan Mobilejen dan jajarannya pada Kun. Mentang-mentang Lisa sudah lulus SMA dan gak ngawasin Kun lagi di sekolah, teman-teman Kun menghasutnya buat main game online dan sekarang gayanya udah kayak gamer pro.
Lisa yang awalnya ingin kasih surprise ke Kun dengan datang tiba-tiba, malah dapat surprise dari Kun yang fokus duduk menghadap layar laptopnya dengan tangan kanan yang memegang mouse. Lisa mengetuk pintu kamar saat itu dan Kun kaget bukan main. Dia buru-buru matiin laptopnya.
Kun gak sembunyi-sembunyi kalau main game, kok. Dia cuma ingat kata-kata Lisa yang gak suka dicuekin sama dia kalau lagi berdua. Lisa langsung cemberut saat itu. Lisa bener-bener gak bisa berdamai dengan game yang Kun mainkan, sama seperti Kun yang gak bisa berdamai dengan mie instan kesayangan Lisa.
Tapi setelah sebulan Kun memainkan game online, Lisa sudah bisa sedikit menerima kehadiran game online dalam hubungan mereka. Di hari liburnya, Lisa menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Kun. Ia membeli beberapa makanan untuk Tante Gia.
"Kun kayaknya ada di kamar, Lis. Samperin aja," kata Tante Gia.
Lisa tersenyum hangat, lalu pamit pada Tante Gia untuk menghampiri Kun. Oh, iya, selain pada Kun, Lisa juga tidak menunjukkan sisi juteknya pada ibu dan ayah Kun. Menjaga image itu perlu, kadang-kadang.
Lisa mengetuk pintu kamar Kun. Karena tak kunjung mendapat tanggapan, ia berinisiatif untuk membuka pintu tersebut yang kebetulan tidak dikunci. Lisa menengok ke dalam kamar yang jarang sekali tidak terlihat rapi itu. Cai Xukun tengah tertidur di atas meja belajarnya dengan lengannya sebagai bantal.
Lisa langsung masuk. Ia hendak membangunkan Kun dan menyuruhnya untuk berpindah tidur di atas ranjang. Apa Kun ketiduran ketika belajar? Lisa tidak habis pikir, kenapa ada orang serajin Cai Xukun? Astaga ....
"Kun ... pstt ... bangun, pindah ke atas kasur aja," ucap Lisa pelan sembari sedikit mengguncang bahu Kun.
Cowok itu menggeliat sembari bergumam pelan. Lisa tersenyum kecil. Wajah Kun yang tertidur adalah yang terbaik. Ingin rasanya memotretnya, yang ada nanti Kun marah padanya.
"Kamu belajar sampai jam berapa, sih? Sampai ketiduran gini," ujar Lisa pelan disertai kekehan.
Tangan Kun bergerak seolah mencari sesuatu. Lisa menggenggamnya, lalu Kun menarik tangan Lisa sehingga dekat dengan tubuhnya. Kun melingkarkan tangan kirinya pada pinggang Lisa dengan posisi kepalanya yang masih tidur di atas meja belajar.
"Aku gak belajar loh, Kak," ujar Kun dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Terus, ngapain?"
"Push rank."
Lisa menghela napas. Lihat saja, ia akan mencari orang yang telah membuat Kun kecanduan game online seperti ini dan meminta pertanggung jawaban.
Malam Sabtu, Lisa tengah pusing bukan main. Bukan karena tugas kuliahnya, tadi pagi kedua orangtuanya bertengkar hebat. Lisa kembali mendengar isak tangis mamanya dan bentakan papanya. Pergi ke rumah Kun hendak menjernihkan pikiran, Lisa malah tambah kesal karena ia hanya menemani Kun yang mengerjakan tugas dan setelahnya malah bermain game online bersama teman-temannya. Mereka taruhan, katanya.
Ya, Lisa memutuskan untuk pulang.
Lisa mengernyit begitu musik yang tengah didengarkannya berhenti. Ia melihat layar ponselnya dan mendapat panggilan telepon. Lisa mendengus, ragu ingin mengangkatnya atau tidak.
"Kenapa telpon?" tanya Lisa begitu akhirnya memutuskan untung mengangkatnya.
"Santai dong, Kak."
Lisa menghela napas.
"Malming-an, yuk, Kak."
"Hah?"
Kun berdecak di sebrang sana. "Malam Minggu-an, Kak Lisaa .... Jangan bilang Kakak gak tau itu? Astaga, harusnya dari dulu aku ngajak Kakak malming-an, ya?"
Lisa terkekeh kecil. "Yaa ... mau gimana? Pacar aku sibuk belajar setiap malam Minggu," sindir Lisa.
Kun terkekeh. "Ya, udah, aku otw ya, Kak."
Lisa menaruh ponselnya kembali setelah Kun mematikan panggilan sepihak. Lisa langsung bangun dari duduknya, pergi ke depan lemari dan mencari baju yang kira-kira cocok untuk dipakainya pergi malam Minggu-an. Percayalah, ini pertama kalinya Kun mengajaknya pergi di Sabtu malam.
Tengah pusing memilih baju, sebuah notifikasi dari Kun membuat Lisa mengalihkan fokusnya.
Kun
Gak usah rapi-rapi, Kak. Pakai pakaian yang gak terbuka!Lisa tersenyum membacanya. Memangnya Lisa pernah keluar rumah dengan pakaian minim? Tidak sejak Cai Xukun menjadi pacarnya. Lisa rela gerah-gerahan di musim kemarau pakai pakaian lengan panjang juga celana panjang demi menghindari celotehan Kun.
Kun
Kak, aku udah di bawah.Lisa menyimpan ponselnya ke dalam tas kecil. Ia keluar kamar. Kebetulan ada ART-nya di sana. Lisa pamit pada wanita itu kalau ia akan pergi. Setelah pamit, Lisa langsung berlari keluar dan menemui Kun. Lelaki itu tengah berdiri di samping motornya sembari memainkan ponsel.
"Kun!" panggil Lisa.
Xukun menoleh, lalu tersenyum. "Ayo."
Kun membawa Lisa ke rumahnya. Hm, Cai Xukun memang tidak bisa diharapkan. Mereka duduk di sofa ruang tengah. Kun menunjukkan flashdisk miliknya dengan bangga.
"Aku dapet film baru dari Xiaojun," ujar Kun. Lisa hanya menimpalinya dengan senyuman.
Mereka mulai menonton ditemani makanan ringan berupa ciki-cikian rasa jagung kesukaan Lisa. Lisa mendengus, dalam ia berpikir kalau Kun akan kembali sibuk dengan game online-nya lagi.
Hampir lima belas menit film itu diputar. Lisa menyandarkan kepalanya pada bahu Kun.
"Gak main game lagi?" tanyanya dengan nada sarkas.
"Nggak, Kakak lebih menarik daripada game itu," jawab Kun, terdengar datar dan santai.
Di sini, jantung Lisa yang gak santai, berdegup dengan kencang.
hay
KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort Zone
FanficEnd. Lisa punya sepuluh alasan untuk benci Kun, pacarnya sendiri. the story is mine, the casts aren't. Alay dan menjijikkan. Cai Xukun x Lalisa | kaylrina 2020 menerima kritik dan saran !