Sepasang muda-mudi tengah sibuk pada gawai masing-masing. Beberapa waktu lalu, mereka tiba di sana. Si perempuan yang mengajak si laki-laki untuk bertemu. Ada yang ingin ia bicarakan, tapi terlalu gugup sehingga ia memutuskan untuk sibuk pada ponselnya. Padahal, yang dilakukannya hanya keluar-masuk aplikasi chat.
Kun—si laki-laki—menyimpan ponselnya. Ia menghadap ke sang pacar yang tengah menggenggam erat gawai di tangannya karena gugup.
"Mau ngomong apa?" tanya Kun.
Beberapa menit lalu Kun mendapat SMS dari Lisa—pacarnya yang sekarang tengah diam seribu bahasa. Lisa bilang, dia ingin membicarakan hal penting. Tapi sekarang, Kun malah diacuhkan.
Lisa menoleh pada Cai Xukun di sampingnya. Setelah mengumpulkan keberanian, sepertinya sudah saatnya Lisa mengatakannya.
Lisa menggigit bibir bawahnya, gugup. "Kun, aku mau ...."
Menggantung.
Lisa tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia kembali gemetar saat ingin mengatakannya. Kun tengah menaikkan sebelah alisnya, menunggu kelanjutan dari perkataan Lisa. Lelaki itu tidak mendesaknya sama sekali. Tapi, memutuskan sebuah hubungan terasa berat sekali. Lidah Lisa mendadak kelu.
"Aku mau ...."
Xukun meraih telapak tangan kanan Lisa yang basah karena keringat. Kun memasukkannya ke dalam kantung jaketnya, bersama tangan kirinya yang menggenggam tangan Lisa erat. Dapat Lisa rasakan, ibu jari Kun mengusap punggung tangannya lembut.
Tangan Kun yang menganggur, meraih dagu Lisa dan menariknya mendekat. Kun sedikit menundukkan wajahnya, mencuri kecupan pada bibir Lisa. Toh, taman juga tengah sepi sekarang. Mungkin hanya manusia-manusia aneh seperti Lisa dan Kun yang ada di taman pukul setengah dua belas malam begini.
Kun belum juga menarik wajahnya. Lisa dapat merasakan napas pemuda itu pada wajahnya, membuat Lisa semakin gugup.
"Kak Lisa, yakin mau putus?" ucap Kun, seolah dapat membaca isi pikiran Lisa.
Lisa menggelengkan kepala. Terlihat patah-patah.
"Kenapa minta putus, hm?" tanya Kun. Apa laki-laki ini tidak mau menjauhkan wajahnya dulu?!
"Aku ...." Lisa mengalihkan pandangan matanya, "gak tau ...."
"Gak jadi putus?" tanya Kun sekali lagi.
"Nggak," jawab Lisa mantap.
Kun memang selalu begitu. Selalu saja menggagalkan rencana Lisa untuk mengatakan putus. Cai Xukun selalu membuat Lisa luluh hanya dengan suaranya. Hanya di saat seperti ini lelaki yang lebih muda satu tahun darinya itu mengeluarkan suara beratnya—biasanya Kun hanya diam saja.
"Ya, udah."
Kun mengeluarkan tangan Lisa dari kantung jaketnya. Laki-laki itu berdiri, lalu melenggang pergi.
Lisa memekik protes mengetahui Kun yang meninggalkannya sendiri. Lisa berlari kecil untuk menyamakan langkahnya dengan Kun.
"Kok, aku ditinggal?!"
Kun menoleh sesaat, kemudian kembali menatap lurus ke depan.
Lisa mencebik. "Ih, Kun!"
"Hadir," sahut Kun yang membuat Lisa semakin kesal.
"Aku minta putus lagi nih, ya!" ancam Lisa, tapi sepertinya manusia di sampingnya tidak mempedulikannya sama sekali. Apa Lisa tidak terdengar serius?!
"Kun, aku serius, ya!"
Xukun merengkuh tubuh kurus Lisa dan berjalan sembari merangkulnya. Kun mengecup singkat pipi gembil Lisa.
"Yakin mau putus?" tanyanya lagi.
Lisa yang sudah memanas wajahnya hanya diam sembari menggeleng kecil.
"Hm, okay."
Karena itu Lisa benci Cai Xukun.
Lalisa
Cai Xukun
Just for fun, guys. Fans Lisa maupun Kun diharap jangan baper. Maaf aku bikin mereka jd couple di sini🙏🙏🙏🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort Zone
FanfictionEnd. Lisa punya sepuluh alasan untuk benci Kun, pacarnya sendiri. the story is mine, the casts aren't. Alay dan menjijikkan. Cai Xukun x Lalisa | kaylrina 2020 menerima kritik dan saran !