9. Gomawo

984 104 22
                                    

Jaemin pun menghentikan kayuhannya. Dia merasa sangat lelah.
"Lo berat juga ya." ujar Jaemin yang dibalas oleh pukulan di bahunya oleh Lia. Lia pun turun dari sepeda itu. Ya, mereka memutuskan untuk berjalan kembali ke tempat awal.

Jaemin memutuskan untuk memarkirkan sepeda itu secara sembarang.

"Kok di parkir disana?" tanya Lia.

"Iya, emang biasa gini, nanti juga ada yang naikin lagi."

Lia mengangguk-aguk paham. Mereka pun berjalan bersama menikmati desiran angin dari arah danau.
"Gomawo. Berkat lo gue ngerasa lebih baik sekarang."

"Mwoya ige? Gue gak nggak ngerasa udah ngelakuin apa-apa."

Lia pun tersenyum. Ini pertama kali Jaemin melihat gadis ini tersenyum. Apa ini? Mengapa jantungnya berdebar sangat kencang? Jaemin pun memegangi dadanya berharap debaran di jantungnya segera berhenti.

"Lo pasti kaget kan pas orang-orang bilang gue pembunuh." ujar Lia.
Jaemin pun menolehkan kepalanya ke arah Lia.

"O, aku kaget tapi bukan kaget karena lo dibilang pembunuh, gue kaget karena kenapa hal kaya gitu bisa kesebar."

"Bukannya sama aja? Pada dasarnya itu tentang gue pembunuh. Lo gak takut?"

"Takut? Pembunuh mana yang ngobatin orang luka?" tanya Jaemin sambil memperlihatkan sikunya yang tadi diobati oleh Lia.

Lia tersenyum melihatnya. Ya, setidaknya ada satu orang yang kini percaya bahwa ia bukanlah pembunuh meskipun ia tidak memberi tahukan cerita yang sebenarnya, Jaemin nampaknya sangat mempercayainya.

"Lo mau tau cerita aslinya?" tanya Lia.

"Gak usah, itu pasti berat banget."
Satu hal yang baru Lia sadari dari Jaemin, laki-laki ini ternyata begitu manis walaupun terlihat sangat menyebalkan.

"Ya udah, gue balik duluan ya. Gomawo buat hari ini. " ujar Lia lalu segera pergi.

"O, hati-hati."
Jaemin melambaikan tangannya ke arah Lia. Well, besok akan lebih baik bukan?

Keesokan harinya, Jeno, Haechan dan Renjun sudah datang bersama untuk menunggu kedatangan Jaemin. Sejak kemarin Jaemin menghilang, ia tidak bisa dihubungi. Bahkan saat Haechan mengirimi contekan tugas di grup, Jaemin tidak muncul. Biasanya dia selalu fast respon jika itu berkaitan dengan mencontek tugas

"Jaemin kenapa sih? Gila tuh anak ya! Gak ada muncul, sekarang jam segini belum dateng." ujar Renjun.

"Tau tuh, aneh banget." sahut Haechan.

"Udah lah, nanti juga dia dateng." ujar Jeno dan bertepatan dengan itu Jaemin pun datang dengan wajah mengantuknya. Ia terlihat menguap.

"Minggir." ujarnya pada Haechan agar ia bisa duduk di kursinya.

"Woy! Kemana aja lo dari kemarin ngilang?" tanya Haechan.

Sedangkan Jaemin memilih untuk menidurkan kepalanya diatas meja. Ya, hari ini dia sangat lelah sekali. Akibat mengendarai sepeda kemarin sekaligus membonceng Lia tubuhnya jadi sakit-sakit. Sudah lama ia tak pernah berolahraga.

"Dih, ditanyain malah tidur."

"Apasih lu berisik banget." sahut Jaemin yang membuat Renjun tertawa tak percaya.

"Ya! Kita semua khawatir sama lo? Kaya anak perawan lagi ngambek aja lo pake ngilang-ngilang segala." ujar Renjun kesal.

"Udahlah, nanti juga dia cerita sendiri. Udah lu duduk sana." ujar Jeno yang selalu menjadi penengah.

Ya, Jeno pun khawatir dengan sahabatnya itu namun Jaemin pasti memiliki alasan untuk itu. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Jaemin. Namun sekarang ia hanya bisa berharap jika sahabatnya itu akan baik-baik saja.

Jaemin NCT Dream X Lia Itzy  X Soobin TXT (My First and Last) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang