Prolog

402 21 12
                                    

Azril & Azizah

-oOo-

(GADUH)

Disebuah malam yang sunyi nan tenang kini musnah sudah ketenangannya diisi dengan sebuah percakapan antara keluarga yang terdengar sangat panas. Pasalnya sering terjadi pergaduhan didalam keluarga tersebut, semua biangnya berasal dari seorang bad boy tampan dan manis.

Ya siapa lagi kalau bukan Azril iskandar.

Sebuah masalah terjadi ketika Azril terus mengulangi kebiasaan buruk disekolahnya, walaupun tidak berada disekolah azril tetap kekeuh terus melakukannya.

Orang tua Azril mendapat kabar dari kepala sekolah bahwa anaknya sering bolos sekolah bahkan kerap mengikuti tawuran antar pelajar. Yap itu memang kebiasaan seorang bad boy, tak salah jika seorang bad boy melakukan kelakuan kurang mengenankan tersebut.

Kedua orang tua azril sudah kewalahan mengatur nafasnya, sesak dan sakit rasanya mendengar anaknya kurang baik ketika berada disekolah. Tetapi tidak dengan Azril, dia hanya santai melihat dan mendengar omongan juga ocehan orang tuanya yang menurutnya sama sekali tidak penting.

Jika ia disamakan dengan peran malin kundang, azril benar-benar cocok mendalami peran anak durhaka tersebut.

Lantas apa yang dipikirkan orang tuanya sampai-sampai dibawa beban seperti ini, yap itulah masa depan anaknya. Mereka takut masa depan azril akan hancur, mereka tidak mau melihat anaknya kesusahan dan tidak berguna bagi keluarganya.

Tak lama ayahnya yang bernama Malik iskandar memiliki sebuah keputusan yang amat kuat dihatinya, yakni memutuskan untuk memindahkan azril ke pondok pesantren.

Azril sangat-sangat tidak terima dengan keputusan ayahnya, mengapa ayahnya bisa segampang itu mengambil sebuah keputusan. Kini azril tidak lagi santai, kesantaiannya hanyut karena keputusan ayahnya yang benar-benar membuat azril tutup telinga.

Arrgghh ia sangat prustasi, ia tidak ingin dipindahkan kepondok pesantren. Dan tentu saja ibunya pun yang bernama Astuti nugraha ikut menyetujui keputusan suaminya tersebut, dia sangat yakin bahwa suaminya tidak pernah salah mengambil sebuah keputusan.

"argghh aku gak mau dipindahin ke pondok pesantren, pah pliiss aku gak bakalan ulangin kesalahan lagi" pekiknya sembari memohon.

"tidak, papa sudah capek melihat kelakuan buruk kamu. Mungkin setelah kamu pulang dari pondok pesantren kamu bisa lebih baik lagi" tolak ayahnya keras.

Azril berdecak."intinya aku gak mau, pliss jangan paksa-paksa. Aku bukan anak kecil lagi"

"justru itu jika kamu bukan anak kecil lagi, kenapa kelakuan kamu seperti orang bodoh yang tidak mengerti apa-apa. Apakah itu yang dimaksud bukan anak kecil lagi" jelas ayahnya begitu dalam menatap Azril

"pah jangan pake emosi dulu, kita selesaikan secara dingin bukan saling umpat sana-sini" saran Astuti selaku penengah antara perdebatan tersebut.

Malik pun menghelakan nafas lalu duduk kembali di sova yang sangat empuk untuk diduduki, Azril sudah menguji kesabarannya hari ini.

Kini ia sudah meredakan amarahnya untuk berbicara baik-baik dengan azril, anak satu-satunya. Mungkin dengan pembicaraan sedikit halus bisa membuat Azril lebih tenang dan setuju dengan keputusannya.

Ia melirik Azril yang sepertinya tengah pusing dan bergulat memikirkan hal tersebut, tapi apa boleh buat mungkin ini memang jalan terbaik untuk Azril supaya bisa lebih baik lagi.

"nak.. "panggil ayahnya dengan lirih

Azril tidak menyahuti panggilan ayahnya, ia tetap pokus satu tatapan lurus kedepan tanpa melirik kesamping kanan juga kirinya.

Malik hanya terus bersabar dan bersabar, mungkin ini cobaan yang harus ia hadapi."baik papa punya 2 penawaran yang menurut papa ini sangat beruntung bagi kamu" tutur ayahnya yang sepertinya mulai bernegoisasi.

Azril sedikit tertarik dengan sebuah kata beruntung, apa yang dimaksud ayahnya itu. Azril hanya melirik ayahnya dengan tatapan serius penuh arti.

Malik sangat mengerti melihat anaknya yang sudah sangat penasaran dengan penawarannya.

"pertama jika kamu mau papa pindahin ke pondok pesantren papa akan kasih kamu mobil lamborgini juga rumah pribadi. Dan yang kedua jika kamu menolak dan tetap kokoh tidak mau papa pindahkan ke pondok pesantren papa tidak segan-segan mengusir kamu dan tidak akan mengakui kalau kamu bukan anak papa lagi" tegasnya penuh dengan ancaman dan sangat menyesakkan diakhir kalimat.

Azril menegukkan ludahnya, apa yang dikatakan ayahnya? Mobil lamborgini dan rumah pribadi? Ia sangat-sangat menginginkannya. Namun, apakah ia yakin akan betah dan nyaman jika berada di pondok pesantren.

Tapi jika ia menolak ayahnya tidak akan segan-segan mengusirnya dan tidak mengakui bahwa dia adalah anak dari Malik iskandar, seorang pengusaha sukses dan kaya raya. Bingung itulah yang berada dibenak Azril saat ini, dia sangat-sangat tidak yakin jika sudah berada di pondok pesantren.

Azril terus berpikir dan memijit keningnya yang teramat pusing dan akhirnya azril memilih keputusan yang menurutnya masih labil dan kurang percaya diri. Tapi ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa percaya diri jika sudah berada dipondok pesantren.

Ya dia memilih untuk dipindahkan kepondok pesantren, semoga saja ini keputusan yang sangat tepat dan baik bagi masa depannya. Orang tua mereka sangat senang, lalu memeluk Azril dengan perasaan yang amat tidak diperkirakan lagi kesayangannya.

"bagus semoga kamu betah disana" tutur Malik sambil tersenyum senang.

"semoga kamu bisa lebih baik lagi nak" tambah Astuti sambil menatap anaknya penuh dengan kesenangan juga.

Azril hanya membalas dengan sebuah senyuman, baru kali ini dia melihat orang tuanya senang. Sebelum-sebelumnya dia tidak pernah melihat orang tuanya senang karena dirinya, yang terlihat hanyalah wajah masam dan sebuah emosi yang terus meluap dibuatnya.

Huffftttt Azril sudah lelah, dia ingin menenangkan dirinya dan bersiap-siap untuk pergi ke pondok pesantren yang telah disarankan ayahnya.

"yasudah sana masuk ke kamar, besok kamu akan berangkat. Untuk masalah perlengkapan biar ibumu yang menyiapkannya" perintah Malik melihat anaknya yang sudah lemas.

Dibenak Azril masih ada sebuah pertanyaan yang mengganjal, yaitu dimana ia akan dipindahkan oleh ayahnya. Sebab Ayahnya tidak memberitahukan dimana ia akan mondok, yasudahlah mau dimanapun itu ia masih kurang percaya diri.

Azril mengangguk mengerti mendengar perintah dari ayahnya, Azril beranjak dari ruang tamu menuju kamarnya dengan gaya yang dilemas-lemaskan. Sungguh cute kelakuan Azril saat itu, membuat kedua orang tuanya terkekeh pelan dan gemas dengan tingkahnya yang terkadang menyebalkan juga menyenangkan. Itulah Azril.

"hmmm semoga aja Azril bisa berubah menjadi anak yang lebih baik lagi" ucap Astuti penuh harapan.

"amiiinn semoga saja, doakan lah dia supaya menjadi anak yang soleh dan berbakti kepada kedua orang tuanya" tuturnya begitu lirih.

"amiiin"

Vote and Next

Azril & AzizahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang