Daddy

9.1K 414 59
                                    


Matahari bersinar terik hari ini, masuk melalui jendela yang terbuka lebar di sebuah ruangan dapur tempatku bekerja.. Aku baru seminggu diterima bekerja di kantor ini, sebagai asisten pribadi seorang konglomerat muda bernama Wang Yibo. Lelaki berusia 26 tahun yang sukses menjalankan bisnis kedua orang tuanya hingga berkembang pesat menjadi brand otomotif utama di Beijing.

Menjadi asisten pribadi seorang konglomerat tidaklah mudah. Aku mau tak mau harus mengikuti gaya dan kebijakan bosku mulai dari mempersiapkan agenda kegiatan hari ini sampai beberapa hari kedepan, mempersiapkan materi presentasi ke klien, mengatur jadwal pertemuan dan masih banyak lagi. Selain itu, aku juga dituntut memberikan pelayanan sesuai keinginan bos, mulai dari urusan logistik, jadwal olahraga, jadwal bertemu klien hingga ke urusan pribadinya.

"Pak Wang mencarimu!" Aku menoleh ke sumber suara dari depan ruang dapur. Itu pak Othong, salah satu karyawan di kantor ini.

"Baiklah pak, saya ke ruangannya, sekarang." Jawabku. Pak Othong mengangguk lalu beranjak pergi meninggalkan dapur ini.

Kantor ini masih sangat mengutamakan kesenioritasan sehingga tak jarang aku disuruh melakukan hal-hal yang seharusnya tak menjadi tugasku seperti saat ini, aku sedang membuatkan secangkir kopi pagi untuk pak Jhembhut di bagian keuangan.

Buru-buru ku masukan sesendok gula dan mengaduknya hingga tercampur rata. Setelah aku rasa semua telah siap, langsung ku antarkan kopi itu ke ruangan kerja pak Jhembhut. Beruntung papa muda itu sedang tak berada di ruangannya, jika tidak, ia pasti akan menahanku dengan berbagai dad jokes garing miliknya.

Dengan sedikit terburu-buru aku menuju ruangan pak Wang. Ku ketuk sebentar pintu kaca itu lalu ku tarik perlahan gagang pintunya yang mengiringi jantungku yang berdegup kencang.

"Mengapa lama sekali?" Pertanyaan itu menjadi teguran awal bagiku untuk hari ini. Aku menelan ludahku susah dan berjalan perlahan mendekatinya.

"Maaf pak, saya tadi disuruh buat kopi panas untuk pak Jhembhut." Ucapku memberanikan diri menatap kedua atensi tajamnya itu. Ujung bibirnya tertekuk ke bawah lalu mendesah kasar setelah mendengar jawaban dariku.

"Itu bukan tugasmu, sayang."

Jantungku semakin berdegup kencang saat mendengarnya mengucapkan kata 'sayang' itu lagi. Aku rasa sampai kapanpun, takkan pernah terbiasa dengan sisi lain dari Wang yibo ini.

"Maafkan saya pak." Aku mengucapkan itu diakhiri bungkukan badan 90° padanya. Setelah itu, dapat ku dengar tawa pelan dari Yibo yang memecah kecanggungan di antara kami.

"Kemarilah!" Perintahnya. Aku refleks, melangkahkan kakiku hingga tepat di depan meja kerjanya. Ku beranikan diri menatap Yibo lagi dan sekarang ekspresinya telah berubah. Ia tersenyum penuh arti padaku, senyuman manis yang aku kenal dari seorang Wang Yibo.

"Duduk disini," Perintahnya sambil menepuk paha kanannya. Aku menatapnya terkejut lalu melayangkan pandangan mematikan untuknya. "Tapi pak," Aku menoleh ke sekeliling kantor ini. Kantor ini hanya dilapisi oleh kaca tebal sebagai sekatnya sehingga pemandangan dari dalam kantor ini bisa terlihat jelas dari luar ruangan.

"Turuti perintah daddy!!"
Napasku tercekat mendengar perintahnya itu. Mengapa yibo mudah sekali merubah ekspresinya ?? Aku masih tak habis pikir bisa berkenalan dengan lelaki yang mempunyai seribu wajah sepertinya.

Aku menghampirinya dengan ragu, lalu mendudukan diri di atas pangkuannya.

Yibo melingkarkan kedua tangannya erat di pinggangku lalu mendekatkan wajahnya menuju telinga kananku. "Aku tahu kamu masih baru di kantor ini, tapi bisakah kamu tak secanggung ini dengan daddy??" Ia mengucapkan itu diakhiri desahan pelan yang mampu menyalurkan kenikmatan tersembunyi ke sekujur tubuhku.

Let's PlayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang