"Diam juga, kan, lo! Bagi gue, lo itu cuman remahan rengginang doang, enggak ada apa-apanya. Bibir merah udah kaya kanibal yang makan manusia, pipi merah kaya udah ditonjok, mata warna biru kaya bunglon. Gue sih geli lihat cewe kaya lo, enggak sudi, cuih."✓Hal✓
"Lo duduk sama siapa, Zel?" tanya Hal setibanya dia di kelas.
"Eh, Hal. Gue duduk sama Jeno." Zelbin kemudian mengalihkan pandangannya ke sudut bibir Hal yang memar berwarna biru.
"Sudut bibir lo kaya memar gitu, Hal? Lo berantem atau dihajar orang yang enggak dikenal?" Zelbin bertanya.
Hal hanya diam tidak menjawab, dia hanya mengusap bibirnya dan sedikit mengeluarkan suara rintihan seperti menahan sakit. "Gue nanya loh, Hal, bukan lagi ceramah."
"Oh iya... anu, gue nabrak pintu kemarin. Talen dorong pintu kencang banget pas gue masuk, alhasil bibir gue bonyok gini. Tapi gue tetap ganteng kan, Zel?" tanyanya sembari terkekeh.
Zelbin hanya tertawa ringan, baginya lelaki di hadapannya bisa dibilang aneh, kadang tampang dingin yang seram membaluti wajah tampannya, kadang juga tampang humoris terpapar di bibir merahnya.
"Gue duduk di belakang lo, Zel. Kalau semisal gue nanya, gue harap lo kasih jawaban. Soalnya kalau nanya teman samping gue enggak kenal, jangankan teman luar kelas, teman sekelas aja males gue ajak kenalan."
Gadis itu mengangguk patuh dan menempelkan tangannya di depan jidat, ibarat dia memberi ucapan, siap-komandan-laksanakan.
"Okay, okay."
Perbincangan singkat di antara keduanya terputus karena Jeno dan guru yang mengawas hadir. Semua murid menduduki tempatnya masing-masing sesuai tempat yang telah diatur. Dengan bibir bungkam, pikiran mengingat pelajaran, dan hati yang mengucapkan doa, semuanya terpapar di wajah para murid yang ingin melaksanakan tugas ujian.
"Hal... lo udah punya pacar belom?" Terdengar suara bisik-bisik dari wanita yang duduk bersama Hal menanyakan hal yang pasti menurut orang lain itu sangat tidak penting.
"Hey, Hal. Gue nanya loh, aturan mah jawab jangan diam aja, ibarat kaya pemandu wisata gue."
"Pertanyaan lo sangat tidak bermutu, bodoh!" Hal menjawab dengan penuh penekanan, "lo mau minta jawaban? Gue kasih, asal bibir pahit lo diam!"
Wanita yang bernama Tiara hanya menelan salivanya dengan susah. Baginya, ini pertama kali dirinya direndahkan oleh lelaki, selain wajah yang cantik, kekayaan yang dia miliki juga hampir mendekati kekayaan yang Serin miliki.
"Diam juga kan lo! Bagi gue, lo itu cuman remahan rengginang doang, enggak ada apa-apanya. Bibir merah udah kaya kanibal yang makan manusia, pipi merah kaya udah ditonjok, mata warna biru kaya bunglon. Gue sih geli lihat cewe kaya lo, enggak sudi, cuih," kata Hal yang benar-benar menusuk hati. Zelbin yang mendengar juga hanya menahan tawa, sedangkan Jeno hanya melirik sedikit kemudian terkekeh pelan.
Tiara semakin dibuat tidak selera mengerjakan kertas di hadapannya. Alhasil dia merobeknya dan membuang asal. Itu yang menyebabkan guru hadir ke tempat Hal dan Tiara.
"Tiara? Ada apa? Kenapa kertas LJK kamu disobek? Apa kamu tidak butuh ini semua? Jika iya, kamu boleh keluar," ucap Bu Narti, pengawas ruang kelas Budaya sekaligus wali kelas Tiara.
Tiara tidak menjawab apa pun. Dia hanya merutuki kebodohannya yang di luar batas. Kenapa bisa dia merobek kertas LJK, padahal itu sangat penting untuk ujian kali ini.
"JAWAB TIARA!!" bentak Bu Narti yang membuat bibir gadis itu membuka.
"Anu, Bu. Saya kesal, saya lupa jika itu kertas LJK, eh saya sobek, ya sudah lah, nasi sudah menjadi bubur. Jadi tidak akan bisa lagi keulang," Tiara menjawab dengan santai kemudian berjalan keluar kelas.
"Saya ujian susulan saja. Saya tidak selera mengerjakan ujian, saya permisi, Bu. Selamat siang dan selamat menjalan tugas sebagai pengawas."
Ucapan Tiara membuat seisi kelas melongo. Tiara dengan mudahnya mengucapkan itu, sangat santai berpamitan. Sangat tidak mempunyai moral, jika boleh segera dikelurkan dari sekolah, mungkin Tiara sudah semenjak 2 tahun lalu tidak ada di High School Bandung.
"Sudah anak-anak, kalian kembali kerjakan. Kerjakan dengan benar dan teliti, agar kalian semua bisa naik kelas bersama dan masuk ke PTN yang kalian harapkan. Aamiin."
"Aamiiin."
Semua murid berteriak mengucapkan satu kalimat yang benar-benar nyata dari hatinya untuk bisa mendapatkan PTN yang mereka harapkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Reydevjenal [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Gue berjanji sama diri gue sendiri bahwa gue akan mencari tahu siapa yang udah bunuh papa dan mama. Walaupun mereka udah mau meminta maaf dan bertekuk lutut di hadapan gue sambil nangis-nangis, gue enggak akan maafkan," ucap Zelbin, sembari terisak...