"Berawal dari sebuah dare, berakhir jatuh dalam pesona Lee Jeno."
•~•~•
— Begin —
"Menjadi seorang paparazzi itu tidak buruk. Tapi..."
•~•~•
Rooftop menjadi latar tempat keempat siswa sekolah menengah atas menghabiskan waktu istirahatnya. Membentuk lingkaran untuk memulai permainan yang biasa mereka mainkan bersama.
Kali ini nama Na Jaemin yang keluar. Menimbulkan sorakan timbul dari mulut ketiga teman prianya. Sementara ia hanya mengeluh karena dare yang ia dapat.
"Siapa yang akan memberinya dare?" Haechan bersuara, membuat kedua teman prianya yang lain saling bertatapan bingung. Entahlah, tapi bagian memberi dare itu cukup sulit.
"Baiklah, sepertinya hanya aku yang memiliki otak di sini."
Haechan mengaduh kala sebuah tamparan ia dapatkan di paha. Pelakunya, Huang Renjun. Pria tertua di antara ketiga temannya yang lain.
"Sembarangan! Kau saja yang terlalu bersemangat menjahili Jaemin," dengusnya.
Merengut kemudian tertawa. Memang benar, Haechan yang paling bersemangat dalam hal ini. Katakan saja jika ia adalah yang paling senang menjahili Jaemin di antara kedua temannya yang lain.
"Baik, akan kumulai. Hm.. Jaemin, kau tahu Lee Jeno, bukan?"
Jaemin mengangguk. Lagi pula siapa yang tidak mengenal Lee Jeno? Pria tampan dan populer. Ia pintar dan berbakat di bidang olahraga. Siapa yang tidak akan jatuh ke dalam pesonanya? 9 dari 10, ya sebanyak itu.
"Karena ia juga salah satu idolaku di sekolah, aku ingin kau menjadi paparazzi-nya selama sehari."
Kedua mata Jaemin melebar terkejut, "Yang benar saja?! Tidak! Aku tidak mau!"
Jaemin beralih bersidekap. Menjadi paparazzi seorang Lee Jeno adalah hal yang pastinya akan sangat melelahkan juga merepotkan. Ingatlah jika Jeno adalah idola hampir seluruh murid di sekolahnya. Hampir 3.000 orang saingannya.
Bayangkan sendiri.
"Kau tidak mau?"
"Tidak."
"Baiklah, aku tidak akan memaksa. Tapi, kau pun tahu jika setiap tantangan ditolak, maka akan ada hukuman yang menggantikan."
"Aku tidak peduli. Apa hukumannya?"
Haechan menyeringai, "Berikan Buntaengi padaku."
Kedua manik Jaemin kembali membulat, "Tidak!"
Buntaengi adalah boneka berwarna merah muda milik Jaemin. Ia sangat menyukai boneka itu karena bentuknya yang menggemaskan.
"Kalau begitu, terima dare-nya atau berikan Buntaengi padaku?"
Jaemin terdiam. Pilihan yang sangat sulit baginya. Jika ia menerima dare, maka ia akan berurusan langsung dengan pangeran sekolahnya. Namun jika ia tidak menerimanya, boneka kesayangannya menjadi taruhan.
Kepalanya kian terasa berputar saat kedua temannya yang lain—Renjun dan Chenle mulai memprovokasi. Menyorakinya agar menerima tantangan yang diberikan oleh Haechan.
"Baiklah! Aku terima. Puas?!"
•~•~•
Terlanjur berkata 'ya' membuat Jaemin menjadi kelimpungan. Pasalnya, ia kini tengah menjalankan tantangan yang diberikan oleh Haechan padanya—menjadi paparazzi pangeran sekolah. Hal yang sulit, Jaemin akui itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nomin Oneshot Collection
Short Story> > > > > > > 🍂-Apa kalian sungguh percaya dengan kisah 'happy ending'? Mungkin kebanyakan orang demikian, tapi saya tidak. ⚠WARNING⚠ Cerita dibuat hanya untuk hiburan. Setiap chapter berisi bawang, alias SAD ENDING. Mengandung konten BOYS LOVE dan...