🍂𝐎𝐍𝐄𝐒𝐇𝐎𝐓 - 𝐎𝐮𝐫 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲 𝐢𝐬 𝐖𝐫𝐢𝐭𝐭𝐞𝐧

4.4K 252 20
                                    

"Kisah Na Jaemin menghadapi pahitnya takdir Tuhan."

•~•~•

Begin

"Tuhan tak pernah 'memberi' tanpa 'tujuan'."

•~•~•

Siang yang cukup terik. Seorang pemuda berusia sekitar 22 tahun—berjalan menyusuri koridor. Tas hitam tersampir di bahu dengan setelan kemeja berwarna biru bergaris—tak dikancing, serta kaus hitam longgar sebagai dalaman—juga celana berbahan levis hitam menyelimuti kaki jenjangnya.

Salah satu tangan ia angkat, melambai ke arah dua orang pria yang telah menunggunya di gerbang gedung fakultas. Kedua pria tersebut—Mark Lee dan Lucas Wong, membalas lambaian sang pria. Menginterupsi agar sang pria berjalan lebih cepat.

"Kalian sudah lama menunggu?" ujarnya begitu telah sampai di hadapan kedua teman prianya.

Mark menggeleng, "Belum lama."

"Ya sudah. Hari semakin terik, sebaiknya kita langsung berangkat. Jeno, kau tidak membawa mobil 'kan?"

Ucapan pria tertua di antara ketiganya, dibalas oleh gelengan sang pria—Jeno. Memang hari ini ia tidak membawa kendaraan pribadi. Mobilnya sedang diservis.

"Baiklah. Ayo, kita ke halte," ujar Mark.

Ketiga pria tersebut berjalan menuju halte yang letaknya tak jauh dari gerbang fakultas. Ketiganya, tidak ada satu pun yang membawa kendaraan pribadi. Maka kendaraan umum pun menjadi opsi.

Setelah menunggu sekitar 10 menit lamanya, bus datang. Segera ketiganya menaiki bus bersama dengan para mahasiswa yang lain.

Bus siang ini tak terlalu penuh. Bahkan cukup banyak kursi yang kosong. Maklum saja, waktu masih menunjukkan pukul 1 siang. Belum waktunya untuk para pelajar dan pekerja pulang ke rumah.

"Apa tidak ada kelas lagi hari ini, Jen?" Mark menoleh ke samping kanannya, tempat Jeno.

Jeno menjawab dengan gelengan kepala, "Tidak ada."

"Bagaimana dengan kalian?" Jeno menoleh ke arah Mark—yang duduk di sampingnya, dan Lucas—yang duduk di kursi belakang. Jeno dapat melihat pria di belakangnya karena tingginya tubuh yang pria itu miliki.

"Aku tidak. Entah dia," Mark mengedik ke arah belakang bermaksud menunjuk Lucas.

Sementara Lucas hanya tersenyum menampilkan deretan giginya. Melihat senyum itu, Jeno sudah sangat mengerti dan ia tak berniat bertanya kejelasannya.

Hening selama beberapa saat. Ketiganya sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Mark membuka akun media sosialnya, Lucas bermain game, dan Jeno menatap jalanan kota yang tak terlalu ramai.

Pikirannya beralih dari tugas-tugas barunya yang ia dapat di kelas tadi. Jeno tersentak sedikit kemudian menoleh ke arah samping—ke arah Mark yang masih asik memberi tanggapan hati di setiap postingan yang ia lihat.

Mark yang sadar jika Jeno tengah menatapnya, beralih menoleh. Mendapati wajah temannya yang nampak ragu.

"Kau masih ragu?" dan diamnya Jeno cukup memberi Mark jawaban yang jelas.

Nomin Oneshot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang