Delapan

15 3 2
                                    

Muka Kawe sangat pucat, tubuhnya sangat lemas dan belum ada respon sama sekali untuk menandakan akan kesadarannya. Ia masih tertidur dengan tenang, menampakkan akan kelelahan yang ia alami saat ini. Ia sangat membutuhkan istirahat yang nyaman, kehidupan yang nyaman, dan menggapai cita-cita yang ingin ia raih.

Disatu sisi, ada pria yang terus-menerus memandanginya begitu dalam, ada rasa kehangatan dibola matanya. Dan rasa bersalah muncul didalam benaknya, rasa bersalah telah membawa orang tidak bersalah masuk kedunia yang kejam. Terkadang hatinya suka berkecamuk tidak karuan, dimana ia harus mengikuti perintah sahabatnya yang sudah menjadi atasan dan satu sisi ia tidak tega untuk terus-menerus melakukan hal kejam. "Aku harus tetap hidup didalam dunia ini". Kata-kata itu yang selalu menjadi motto hidupnya.

Tanpa sadar, tangannya menyentuh rambut Kawe. Meraih rambutnya Dan mengelus dengan hangat. Ia tidak ingat kapan terakhir kalinya ia seperti ini dan dibelai rambutnya seperti ini. Mungkin terakhir kali saat ia masih sangat kecil, itupun mulai kabur dalam memorinya.

"Apa mungkin aku merindukan sosok ibu". Ucapnya lirih
"Kar.. kar.. kapan kamu akan bangun, apa kamu sangat membutuhkan waktu untuk istirahat? Tapi ini tempat yang tidak tepat, ini rumah sakit kar".

Sontak Vino dibuat panik oleh Kawe.
"Kar kamu kenapa? Kok nangis?".

Perlahan mata Kawe mulai membuka  dan memandangi sosok didepannya dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Kar.. Karla kamu kenapa? Kenapa nangis?".

"Aku merindukan kedua orangtuaku, kenapa aku masih hidup, enggak aku mati saja agar bisa ketemu mereka".

"Kamu ngomong apa sih, jangan sembarangan deh. Lagian tadi Raja tidak sengaja memberikan kamu es krim strawberry. Dia tidak tau kalau kamu alergi strawberry. Sudah jangan menangis lagi, kalau Raja melihatnya kamu akan membuatnya semakin depresi". Vino langsung mengelap airmata uang menempel di pipi Kawe dan langsung duduk menjauh dari ranjang Kawe.

"Apa kamu juga merindukan ibumu Vin?".

"Apa maksud mu?".

"Maaf, aku tadi tidak sengaja mendengar ucapan mu". Kalimat itu sontak membuat Vino terkejut dan mendekati ranjang Kawe.

"Jadi dari tadi kamu sudah bangun?? Kenapa kamu diam aja? Kamu sengaja ya".

"Aku gak sengaja mau nguping pembicaraan kamu kok. Beneran?! Aku hanya takut untuk membuka mata, takut bertemu kalian. Tetapi, air mataku malah mengalir tidak tertahan". Ucap Kawe semakin lirih dan menundukkan kepalanya diantara lipatan kakinya".

"Kamu menangis karena mendengar ucapan aku ya? Maaf Uda membuat kamu sedih dan maaf sudah membawa kamu dalam lingkungan ini".

Kawe mengangkat kepalanya untuk memberanikan diri melihat wajah vino.
Vino langsung memalingkan wajahnya dan mengarahkan langkahnya melihat pemandangan diluar dari jendela kamar.

Brak!!!
Suara bantingan pintu mengejutkan mereka berdua, Raja buru-buru masuk untuk melihat kondisi Kawe.

"Huh ngos-ngosan aku kamu buat, capek aku lari-lari. Baguslah kamu Uda sadar".

"Kenapa kamu lari-lari gitu?". Tanya Vino

"Kan tadi aku habis ngelunasi biaya administrasinya sih Kari Ayam ini. Eh baik kan aku Uda ngelunasi uang administrasi kamu kar, aku tau kamu pasti tida punya uang. Jadi aku goda mbak kasirnya dan ada kata yang menyinggung mbaknya, jadi tadi kami berdua adu mulut deh.. trus dia mau ngejar aku, ya jadi aku kabur deh hahaha".

Bener-bener gangguan jiwa deh dia, aneh!. Ucap Kawe dalam hati

"Kenapa kamu wajahnya Mandang saya kayak gitu? Cemburu?".

"Idih kepedean banget deh jadi orang!". Teriak Kawe suaranya memenuhi ruangannya.

"Hahaha. Oh iya, Get Well Soon lahh...".

"Hah? Maksudnya?". Kawe memandangnya dengan ekspresi aneh, tidak mengerti maksudnya.

"Get Well Soon lahh, semoga cepat sembuh. Gitu aja gak tau".

"Hahaha". Ketawa Vino akhirnya tidak bisa ditahan lagi.

"Oh.. Get Well Soon, ngomong nya get well soon aja. Ngapain pakai lah segala, bikin bingung".

"Hei anjirr kamu Vin, kenapa kamu ngajarin aku gak bener. Sengaja kamu ya? Senang aku diketawain ya?".

"Eh, aku gak ada loh sengaja kamu dipermalukan gini Raja, tadikan aku bilangnya Get Well Soon. Kenapa pakai lah dibelakangnya".

"Kan kamu tadi yang bilang 'get well soon lahh' pura-pura lupa nih".

"Hmm baiklah aku salah, aku minta maaf".

"Mau sekali kamu selalu mengalah Vin". Ucap Kawe

"Kari ayam diam, jangan ikutan membelanya".

"Hmm baiklah aku salah, aku minta maaf". Kawe langsung memalingkan badannya dari hadapan Raja dan coba memejamkan matanya, karena tidak tau lagi apa yang harus dia lakukan saat ini

Sindrom StockholmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang