Dua Puluh

3 1 0
                                    

Sinar mentari mulai menerobos perlahan-lahan menuju celah-celah jendela untuk memancarkan sinarnya. Rasa hangat dari sang mentari mulai bersentuhan dengan kulit. Pandangan silau sang mentari yang bersentuhan dengan kelopak mata membuat Karla yang sedang tertidur nyenyak terganggu dengan sinarnya. Akhirnya perlahan demi perlahan Karla mulai membuka matanya terbangun dari alam tidurnya.

Kini waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, hari ini adalah hari libur bagi kuliahnya. Biasanya waktu seperti ini Karla gunakan untuk waktu bermalas-malasan, seharian dikasur melepas kerinduan akan kasur kesayangannya. Namun karena tadi malam Karla melakukan kesalahan, hal itu selalu terngiang-ngiang dibenaknya. Membuat waktu mager di hari liburnya terganggu dan terpaksa Ia harus memikirkan segala cara agar Radja mau mendengarkan perkataan Karla.

Sudah 30 menit Karla memandangi dirinya di depan cermin yang menampakkan seluruh tubuhnya. Dirinya sudah bersih, wangi dan imut dengan pakaian terbaik yang ia pilih. Tidak lupa Karla memoles tipis wajahnya sehingga wajahnya yang begitu cantik semakin tampak diperjelas.

"Kenapa gue harus repot-repot seperti ini. Bahkan gue belum terpikirkan rencana apa yang harus gue lakukan agar Radja tidak marah lagi. Merepotkan! Dan bahkan membuang-buang waktu libur gue". Gerutuk Karla dikamarnya sembari mengumpat dengan berbagai ekspresi dan gaya selayaknya seorang aktor yang sedang bermain Opera.

"Tapi... Cantik juga yaa guee. Sudah lama tidak menghias diri seperti ini". Ucapnya sambil bergaya bak seorang model.

Setelah puas memperagakan berbagai macam gaya model, Karla menelusuri seluruh penjuru rumah untuk menemukan Radja namun hal itu nihil.

Tok..tok..tok..
"Vinooo.. vinoo.. Lo ada didalam".

"Iya kenapa?". Tanya vino sambil memegangi pintu kamarnya yang terbuka setengah.

"Lo tau Radja dimana? Gue Uda cari dimana-mana tidak menemukannya".

"Untuk apa Lo cari dia? Lo Kangen?".

"Ya enggaklah, gak mungkin gue kangen sama dia. Gue mau ngelurusin permasalahan tadi malam. Biar Dia gak marah lagi dan Lo juga gak marah sama gue. Kalau semuanya marah sama gue terus nanti gue ngobrol dengan siapa? Kan dirumah ini cuma Lo yang nyambung kalau diajak ngobrol".
Vino dibuat salting kedua kalinya oleh Karla, vino langsung memalingkan wajahnya disaat pipinya terasa hangat.

"Vin.. Lo kenapa sih? Diajak ngomong malah lihat tembok. Gue bukan tembok, gue disini!!! Ih nyebelin". Ucap Karla sambil melipat kedua tangan didadanya.

"Hahaha maaf, tadi pas Lo lagi ngomong gak sengaja gue kelihat semut lagi kawin di tembok. Terkejutlah gue, gue lagi polos gini malah dikasih tontonan porno". Itulah alibi vino yang benar-benar tidak masuk akal sehingga membuat Karla semakin kesal.

"Au ah terserah Lo deh, percuma gue tanya Lo. Sama aja lo dengan bos Lo itu kalau lagi miring nya".
Karla beranjak dari hadapan Vino yang masih tertawa terbahak-bahak, entah apa yang membuatnya tertawa seperti itu namun Karla tidak memahaminya.

Karla beralih mencari Radja diluar halaman rumah. Halaman rumah yang cukup besar seperti rumahnya yang dulu besar dan megah bahkan halaman rumahnya dia sering jadikan arena balapan sepeda bersama teman-temannya. Keringat mulai bercucuran namun Radja tak kunjung ditemukan. Lumayan seperti olahraga pagi hari. Entahlah, mungkin wangi parfum yang dia gunakan sudah mulai memudar efek keringat yang banyak mengalir. Hal itu membuatnya terus mengerutuki disepanjang perjalanannya dan dia sedikit kesal karena sudah mempersiapkan penampilan dirinya yang kini tergantikan oleh keringat yang keluar.

"Nah itu Radja dikebun halaman belakang, ngapain dia sambil berjongkok gitu". Ucap Karla sambil berusaha berlari agar bergegas berada didekat Radja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sindrom StockholmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang