11 : : 拾起 (pick up)

1.1K 126 11
                                    

"Xuan, kau tidak apa-apa?" tanya Junlin merasa khawatir karena penampilan Yaxuan yang saat ini sangat mengkhawatirkan di mana kantung mata yang menghitam belum lagi pandang yang sayu.

Yaxuan mengangguk. "Aku tidak apa-apa."

"Jangan bohong, apa semalaman kau tidak tidur? Atau kau tidur sangat malam sekali?" Yaxuan menghela napas lalu menatap Junlin. "Benar, aku baik-baik saja."

Karena tidak ingin memaksa Yaxuan untuk bercerita akhirnya Junlin hanya bisa kembali diam lalu dengan cepat membuka bukunya karena guru akan segera datang. Namun tetap saja Junlin akan menunggu sampai Yaxuan mau bercerita kepadanya.

Selama pelajaran tidak ada yang salah dari Yaxuan, ia belajar seperti biasanya tak mengalami gangguan ngantuk ataupun tertidur membuat Junlin sedikit lega namun masih bingung dengan keadaan Yaxuan di pagi ini, lelaki itu juga semakin lebih diam dari biasanya.

Hingga saat waktu istirahat Yaxuan bahkan seperti tak berniat ke kantin, ia masih diam di tempat masih bergelanjut manja dengan bukunya.

"Xuan, kau tidak ingin ke kantin?" tanya Junlin, Yaxuan menggeleng ia tersenyum kecil. "Tidak. Aku sedang tidak ingin, kau saja." Junlin menghela napas jika tanpa Yaxuan mana ia mau ke kantin sendirian akhirnya dengan terpaksa Junlin tidak ke kantin juga padahal perutnya sudah berteriak minta diisi.

"Apa ada Song Yaxuan?" tanya seseorang di depan pintu membuat Yaxuan dan Junlin menoleh cepat. Mereka langsung terkejut dengan keberadaan Chengxin yang berdiri di depan pintu dan merupakan orang yang bertanya tadi.

Yaxuan beranjak lalu menghampiri Chengxin.

"Ada apa ya, kak?" tanya Yaxuan.

Chengxin menunduk kecil lalu kembali menatap Yaxuan tangannya dengan perlahan menyerahkan sebuah kotak makan yang sedari tadi dibawanya. "Karena aku belum dapat menepati janjiku jadi aku membuatkanmu bekal saja, tolong dimakan ya," ucap Chengxin tersenyum kecil dan karena itulah Yaxuan menjadi sedikit gugup, jantungnya kembali berdenyut kencang padahal Yaxuan tahu bahwa hubungan Chengxin dan Jiaqi bukan hanya sekedar senior dan junior yang dekat namun sudah menjadi sepasang kekasih, Yaxuan masih ingat kejadian di tempat tongkrongan Jiaqi dan teman-temannya itu.

"Ah... Terima kasih, padahal kak Chengxin tidak perlu repot-repot seperti ini," ucap Yaxuan sambil menggaruk tengguknya yang tidak gatal sama sekali.

Chengxin kembali tersenyum. "Tidak apa-apa, saat ini aku sedang senang memasak makannya aku juga membuatkanmu bekal."

"Sekali lagi terima kasih, kak." Chengxin mengangguk lalu berkata, "Sama-sama kalau begitu aku kembali ke kelasku," pamit Chengxin lalu segera pergi setelahnya.

Yaxuan membawa bekal buatan Chengxin ke dalam kelas, Junlin memperhatikan selama ia berjalan, lalu duduk di kursinya kembali.

"Kenapa kak Chengxin memberikanmu bekal?" tanya Junlin lalu menilik bekal yang ada pada genggaman Yaxuan.

"Untuk menepati janjinya, dia pernah berjanji padaku akan mengajakku makan bersama tapi karena selalu ada kendala sehingga ia membuatkanku bekal."

"Ku pikir kau dan kak Chengxin ada sesuatu, tapi Xuan menurutku saat ini kau tidak perlu lagi mengharapkan kak Chengxin. Apa kau lupa suamimu saat ini adalah orang yang terbaik untukmu." Yaxuan menaikkan alisnya merasa bingung dan bertanya-tanya mengapa Junlin berbicara seperti itu.

"Aku hanya memberitahumu Xuan, ku harap kau bisa memikirkan perkataanku ini."

꒰꒰ 🍢 ˊˎ -

Entah apa yang merasuki Yaowen saat ini karena ia berinisiatif untuk menjemput Yaxuan pulang sekolah, ia dengan bersemangat pergi menuju sekolah menggunakan mobilnya.

Saat sudah sampai di sekolah Yaxuan, Yaowen menunggu di parkiran. Ia bimbang antara memberitahu Yaxuan bahwa ia menjemput atau tidak.

Melirik sekitar, sudah banyak siswa yang berhamburan pulang. Sekolah semakin sepi namun Yaowen sama sekali tak melihat batang hidung Yaxuan sama sekali.

"Apa ia sudah pulang ya?" batin Yaowen.

Karena penasaran Yaowen keluar dari mobilnya lalu mencoba mencari Yaxuan ke dalam sekolah.

Sampai di lapangan indoor Yaowen dapat melihat banyak siswa yang sedang bermain basket, ada pula yang berada di pinggir lapangan sambil berteriak-teriak tidak jelas dan di situlah ia melihat orang yang di carinya sedari tadi.

Alis Yaowen naik melihat apa yang dilakukan Yaxuan hari ini. "Apa yang sedang ia lakukan?" herannya.

Sadar akan keberadaan Yaowen, Yaxuan seketika berhenti berteriak.

Yaxuan kemudian menyenggol tubuh Junlin lalu bertanya, "Lin apa aku salah lihat— itu Yaowen?"

Junlin memicingkan matanya lalu dengan cepat menganggu. "Benar itu Liu Yaowen."

"Kak Chengxin," sahut Yaxuan sambil mengacungkan tangannya.

Chengxin pun menoleh. "Iya ada apa?"

"Aku izin ke toilet." Chengxin mengangguk mengijinkan hingga Yaxuan dengan cepat berlari menghampiri Yaowen yang saat ini sedang bersandar di dinding.

Ketika telah berada di depan Yaowen, Yaxuan kemudian menarik Yaowen keluar dari lapangan indoor membawa lelaki itu dari keramaian.

"Kau sedang apa di sini?" tanya Yaxuan.

Yaowen mendekat kemudian tersenyum kecil. "Menjemput istriku, apa itu salah?"

Yaxuan menghela napas ekspresi wajahnya semakin jengkel dan kesal. "Aku bukan anak kecil. Tolong jangan lakukan ini lagi padaku, aku tak mau sampai teman-teman ku curiga terhadapmu."

"Xuan, sayang. Aku kesini karena ingin menjemputmu. Aku tak ingin kau naik taksi lagi, aku tak ingin terjadi sesuatu lagi padamu."

Deg

Jantung Yaxuan hampir saja berhenti. Entah kenapa perkataan Yaowen barusan membuatnya merasakan hal yang berbeda. Semakin hari Yaxuan semakin takut untuk jatuh cinta terhadap Yaowen.

Ia takut.

Sekaligus belum siap.

"Aku baik-baik saja. Aku akan pulang bersama Junlin dan kejadian itu tak akan terulang lagi."

"Maaf aku tak bisa percaya itu. Memang apa kau bisa menjamin kalau nanti kau akan baik-baik saja?"

"Ayolah, aku bukan anak kecil lagi aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Kau memang bukan anak kecil tapi kau adalah istriku."

Bruk

Suara barang terjatuh membuat Yaxuan dan Yaowen terkejut, mereka berdua takut ada yang mendengar pembicaraannya tadi.

Bisa gawat jika sampai ada yang tahu tentang hubungan keduanya.

"Itu pasti hanya tikus."

"Ku harap juga begitu," ucap Yaxuan lalu berbalik untuk kembali lagi ke lapangan indoor karena latihan eskul pemandu sorak belum selesai.

Namun, tangan Yaxuan ditarik hingga tubuh mungilnya ikut tertarik lalu membentur dada bidang Yaowen.

"Xuan, berjanjilah padaku kau akan baik-baik saja."

Yaxuan terdiam, ia sangat terkejut dan merasa bingung sekaligus karena Yaowen saat ini sangat berbeda dengan Yaowen yang ia kenal sebelumnya.

Kenapa dengan tiba-tiba Yaowen bersikap sangat aneh dari biasanya.

Young Mariage | WenXuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang