"Mas Al, ada yang nyariin di depan" ucap seorang lelaki berperawakan tinggi, sepertinya ia seorang security.
"Siapa kang?" tanya Al. "Gak tau mas saya baru pernah liat. Cewek euh meni cantik pisan tapi badan sama mukanya luka-luka gitu" jawab lelaki itu.
Al mengernyitkan dahinya bingung. Siapa seorang gadis yang mencarinya malam-malam seperti ini? Ditambah badan dan mukanya yang luka-luka. Membayangkannya saja sudah membuat Al bergidik ngeri.
"Bilangin kang saya lagi rapat, sibuk" ucap Al.
"Udah mas. Tapi katanya teh penting" sahut Parjo--Security yang tadi memanggil Al.
"Oke makasih kang" ucap Al.
Setelah Al meminta izin pada teman-temannya yang sedang berdiskusi tentang pertandingan basket akhirnya Al keluar ruangan itu lalu menemui gadis yang katanya ada urusan penting dengannya.
"Adara?" tanya Al. Adara mendongakkan kepalanya menatap Al. Kondisi Adara sangat mengenaskan. Pelipis dan hidungnya mengeluarkan darah, rambut berantakan, dan tangannya yang sepertinya terluka karena terlihat dari cara Adara memegang pergelangan tangannya.
"Lo kenapa?" Al bertanya lagi. "Kak anterin gue sama bunda ke rumah sakit. Gue sama bunda ketabrak mobil di depan supermarket" ucap Adara. Suaranya benar-benar lirih, untung saja Al dapat mendengarnya.
"Tapi Ra, gue lagi ada rapat penting buat pertandingan minggu depan. Gak bisa ditinggalin" sahut Al.
"Tapi ka-" belum sempat Adara menuntaskan kalimat yang akan keluar dari bibirnya, Al berkata "Gue janji bakal nganterin lo sama bunda pas gue selesai rapat. Tunggu gue, rapatnya bentar lagi beres"
Setelah mengucapkan kalimat itu, Al kembali masuk kedalam ruangan dimana rapat sedang berlangsung.
Adara menundukkan kepala dan mengacak rambutnya frustasi. Setelah 15 menit menunggu, Al masih belum menyelesaikan rapatnya. Akhirnya Adara memutuskan untuk menghubungi ayahnya.
"Halo ayah rara sam-"
"Maaf, saya Camilla sekretaris Pak Reynand. Mohon maaf ya Pak Reynand sedang meeting penting dan tidak bisa diganggu untuk saat ini"
Tutt!
Sambungan telepon terputus sepihak. Tak kehabisan akal, akhirnya Adara berusaha untuk menghubungi Kafka--Kakak angkat sekaligus sahabat masa kecilnya.
"Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silahkan coba beberapa saat lagi"
Kafka pun sama. Tidak bisa dihubungi. Sedangkan Al dan ayahnya sama-sama tidak bisa diharapkan.
Adara menghampiri bundanya yang pingsan dipinggir jalan dan memeluk bundanya dengan sangat erat. Saat ia ingin menghubungi ambulan, ponselnya mati. Habis baterai.
Berharap ada seseorang yang melewati jalan sepi itu tapi hasilnya nihil.
Karena tidak bisa menahan rasa nyeri dikepalanya dan juga ia tidak kuat menahan rasa dingin. Akhirnya ia pingsan dalam keadaan sedang memeluk sang bunda dipinggir jalan yang terlihat sangat sepi.
***
"Dok, gimana keadaan Adara dan ibunya?" tanya seorang lelaki yang diketahui bernama Rafi.
"Adara hanya mengalami luka luar dibagian pelipisnya. Sedangkan hidungnya mengeluarkan darah akibat terlalu syok. Tapi... " ucap Dokter itu. "Pergelangan tangan kanannya mengalami keretakan. Tapi tidak perlu terlalu khawatir karena itu semua bisa sembuh. Hanya memerlukan proses sekitar 3 bulan untuk menyembuhkan pergelangan tangannya yang retak" lanjutnya.
"Sedangkan ibunya mengalami koma yang disebabkan oleh cedera berat di kepalanya" jelas sang Dokter.
"Oke dok terimakasih. Tolong berikan perawatan yang terbaik untuk keduanya" timpal Rafi.
Dokter itu tersenyum dan mengangguk ke arah Rafi.
Terlihat jelas raut khawatir di wajah tampan Rafi saat memandangi Adara diatas brankar dengan cairan infus yang mengalir di lengan kirinya.
Rafi sudah mencoba untuk menghubungi ayah dari gadis itu. Tapi hasilnya nihil. Sedangkan Kafka? Ah, Rafi baru ingat jika ia tidak memiliki nomor ponsel Kafka. Berniat untuk meminta nomor Kafka tapi niatnya kembali terurungkan saat Adara membuka matanya.
"Ra? Lo udah sadar? Mana yang sakit?" ucap Rafi dengan nada khawatirnya.
Adara hanya menggeleng. "Mana bunda?" tanyanya.
"Bunda lo koma" cicit Rafi pelan. Takut Adara syok dan kondisinya tambah drop.
Adara menangis mendengar hal itu. Rafi baru pertama kali melihat Adara menangis. Pasalnya, Adara jarang sekali menangis sampai-sampai teman dekatnya pun tidak pernah melihat Adara sedang menangis.
Bukan sok kuat, tapi memang gadis itu susah menangis kecuali jika sudah dibentak.
Rafi yang melihat itu, langsung berdiri disamping Adara. Mengusap surai lembut Adara.
"Lo gak perlu khawatir, gue yakin bunda lo pasti bakalan sembuh. Lo harus kuat ra demi bunda lo" ucap Rafi.
Adara hanya mengangguk. Tetapi ia tetap tidak menghentikan tangisnya.
"Gue pengen liat bunda Raf" lirih Adara. Rafi hanya tersenyum lalu mengangguk.
Akhirnya Adara ke ruangan dimana tempat sang bunda dirawat. Adara memakai kursi roda yang didorong oleh Rafi.
Adara ingin sekali masuk dan memeluk bundanya. Tapi ini sudah larut malam dan ia juga sedang sakit. Jadi akan repot bila ia masuk ke ruangan bundanya.
Akhirnya Adara hanya melihat bundanya dari kaca yang terdapat dipintu tempat bundanya dirawat.
"Raf, tolong hubungin ayah" ucap Adara. Rafi mengangguk dan langsung menghubungi Reynand.
"Ra, ayah lo gak bisa dihubungi. Nomornya sibuk" sahut Rafi.
Sedangkan Adara hanya tersenyum kecut. Ia sudah bisa menebak bahwa sekarang ayahnya pasti sedang bersama wanita itu.
"Kalo Kafka? Bisa dihubungin gak?" tanya Adara. "Tolong hubungin Kafka" lanjutnya.
"Gue gak punya nomornya Kafka" jawab Rafi. "Sini, gue hafal" timpal Adara.
Mendengar hal itu, Rafi langsung memberikan ponselnya pada Adara.
Saat Adara ingin mengetik nomor Kafka menggunakan tangan kanannya tiba-tiba ia merasakan sakit pada pergelangan tangannya.
Adara meringis. Hal itu tak luput dari perhatian Rafi. Lelaki itu langsung menganbil alih ponsel yang berada di tangan kiri Adara.
"Lo kenapa Ra?" tanya Rafi. "Pergelangan tangan kanan gue sakit banget Raf" cicit Adara sambil meringis. Terlihat pergelangan tangannya yang membengkak.
Rafi langsung mendorong kursi roda Adara ke ruang dokter.
Setelah diperiksa, dokter memutuskan untuk memperban pergelangan tangan Adara dengan perban elastis. Dan memberi saran agar Adara tidak boleh mengangkat benda-benda yang berat.
Sekarang, Adara dan Rafi sedang berada di kamar rawat inap Adara. Rafi sudah menghubungi Kafka dan suara Kafka terdengar sangat panik dan langsung bergegas menuju rumah sakit.
© andinaarahma

KAMU SEDANG MEMBACA
Adara [remake]
Novela Juvenil[Arcturus Series #1] [⚠️]Cerita sedang dalam proses pembuatan ulang. Adara Keizhira Gilbert. Gadis mandiri yang memiliki segalanya. Lahir dari keluarga kaya raya yang berlinangan harta tak menjamin bahwa gadis itu akan selalu bahagia. Dia lahir dar...