02 - Surprise?

11K 604 7
                                    

Happy Reading...


.
.
.
.

"Gabriel pulang!" seru Gabriel ketika ia sudah sampai di mansion Listho.

Gabriel pun melangkah masuk diikuti oleh para sahabatnya.

Para sahabat Gabriel memutuskan untuk menginap dahulu di mansion keluarga Gabriel karena kondisinya tak memungkinkan untuk mereka pulang ke rumah masing-masing. Lagiphls mereka sudah capek dan pengen cepet tidur.

Sepi dan senyap tak ada satu pun tanda-tanda kehidupan yang muncul di mansion ini. Lampu-lampu pun redup menandakan kalau mansion ini benar-benar seperti tidak terawat baik.

Tapi, Gabriel tetaplah berpikir positif mungkin saja keluarganya sedang keluar? atau jalan-jalan mungkin saja kan?

Kenza, Fania, dan juga Della pun bingung mengapa kondisi mansion Gabriel seperti ini? Apakah ada sesuatu yang terjadi di sini?

Namun tak selang lama, lampu tiba-tiba mati dengan sendirinya dan itu membuat para sahabat Gabriel terkejut. Tak mereka saja bahkan Gabriel pun terkejut karena tiba-tiba lampu mati. Apakah orang tuanya itu lupa untuk membayar listrik? ahh sangat tidak mungkin.

Mereka kaya raya jadi tidak mungkin membayar listrik saja lupa bukan?

"Gabriel ini ada apa sih kok gue merinding ya," racau Della was-was.

"Mana gue tahu setan!" sengit Gabriel.

"Jangan nyebut setan disini dong Ril, gue jadi takut nih," balas Fania menimpali.

"Iya nih anjir gue juga merinding," Kenza ikut menimpali sambil menatap sekitar dengan was-was.

Mata mereka tak henti-hentinya menatap kesana kemari. Berharap lampu segera menyala agar mansion ini kembali terang. Hingga tak lama kemudian ada sebuah suara aneh.



DOR!






















Suara sebuah balon yang meletus terdengar keras. Bersamaan dengan itu, lampu di ruangan pun menyala.

"Welcome to home Gabriel!!!!" teriak dua orang kembar yang berdiri tak jauh dari sana.

Gabriel pun menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tatapan aneh.

Tanpa aba-aba lagi. Kedua abang kembar Gabriel segera berlari ke arah Gabriel dan langsung memeluknya erat. Gabriel membalas pelukan kedua abangnya meskipun sedikit ogah.

"Princess, abang kangen kenapa lama banget sih di rumah omanya hm? Nggak kangen apa sama abang Gevan yang ganteng ini?" Omel Gevan dengan posisi masih memeluk Gabriel.

Devan memutar bola matanya malas. Apakah sifat alay lebay yang dimiliki oleh Gevan tidak bisa dihilangkan? ingin sekali rasanya Devan menelan Gevan hidup-hidup saat ini juga.

Gabriel segera mengurai pelukan mereka bertiga kemudian beralih menatap kedua abangnya sambil memegang tangan kedua abangnya itu.

"Kangen. Tapi, ya kalian tau sendiri. Btw, mereka nginep," ucap Gabriel sembari menunjuk dimana para sahabatnya berdiri.

"Iya, terserah deh. Dari dulu juga emang udah sering nginep," ucap Gevan, jengah.

Para sahabat Gabriel hanya tersenyum simpul ke arah abang-abang Gabriel.

"Mommy? daddy?" tanya Gabriel karena tidak melihat batang hidung kedua orang tua yang selama ini ia rindukan.

Mereka berdua sulit menjawab pertanyaan Gabriel. Tapi, kalau mereka berbohong Gabriel akan mengetahuinya nanti. Lebih baik jujur saja.

GABRIELLA [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang