Happy Reading...
.
.
.
.Tiga orang gadis tengah berdiri di sana. Menatap mereka penuh harap agar bisa duduk bersama di sana.
"Boleh?" tanya salah satu gadis yang ada di tengah-tengah.
Gabriel mendongakkan kepala menatap satu persatu wajah mereka.
"Boleh," singkat Gabriel.
Ketiga gadis itu duduk di bangku kosong yang letaknya di depan Gabriel. Mereka hanya diam dan memperhatikan Gabriel. Tidak ada yang membuka mulut semua memilih bungkam.
"Manusia apa bukan sih, baru kali ini gue di anggurin. Cowoknya juga sama. Padahal gue udah cantik gini itu owok nggak minat sama gue ck," batin salah satu dari mereka.
Gabriel diam, menikmati minumannya sambil memainkan sedotan di gelasnya.
"Boleh kenalan?" tanya salah satu dari mereka bertiga.
"Boleh," jawab Kenza, karena Gabriel tak kunjung menjawab.
"Kenalin gue Aurel yang bawa kipas Chintya dan yang itu Sindy," ucap gadis yang bernama Aurel.
"Ohhh oke, dia yang ada di depan lo Gabriel gue Kenza dia Fania dia Della dan cowok ini Tomi," ucap Kenza mengenalkan satu persatu ke Aurel.
"Kita bisa berteman?" tanya Aurel dengan senyum manis. Namun kedua teman di sampingnya membelalakan matanya.
Gabriel tidak menjawab dia langsung berdiri dan mengantungi handphonenya. "Gue ada urusan. Gue duluan," ucapnya datar.
Semuanya memilih mengikuti kepergian Gabriel minus Aurel, Chintya, dan Sindy.
Gabriel serta keempat manusia itu berjalan keluar kantin, banyak yang memandang mereka aneh. Pasalnya mereka sedang di dekati oleh geng paling diidamkan di sekolahan itu. Aurel, Chintya, dan Sindy adalah jajaran workay alias worang kaya yang pasti siapa saja mau di dekati olehnya.
Di tempat, Aurel antek-anteknya berdecak sebal terutama Sindy. "Sombong banget tuh cewek. Lo juga Rel, ngapain deketin mereka sihh bego," cercanya.
"Gue mau berteman salah emang?"
"Gab siapa tuh Gab—"
"Gabriel bego!" seru Sindy memotong omongan Chintya.
"Nah iya, dia siapa sih baru tau gue murid baru Rel?"
"Iya sekelas sama gue,"
****
Gabriel membawa teman-temannya termasuk Tomi ke suatu tempat. Lebih tepatnya di gudang belakang sekolah. Gudang olahraga yang kini sudah tak terpakai lagi.
"Ril, maksud lo hama?"
"Yap! lo bener Za Aurel dan dua budaknya itu." jawab Gabriel yang kini tengah duduk di sofa usang.
"Kok lo tau? lo tahu dari mana Ril?" tanya Kenza masih bingung.
"Lo nggak perlu tau Za, belum saatnya kalian semua tahu," jawaban Gabriel membuat Kenza mendengus kesal.
"Gab, soal abang lo tadi?" tanya Tomi sedikit ragu.
"Nanti gue jelasin ke mereka. Sekarang kalian masuk dulu ke kelas gue mau jalan-jalan," ucap Gabriel kemudian bangkit dan keluar dari gudang.
Gabriel berjalan menyusuri koridor dan berakhir ke taman belakang sekolah. Gabriel mendudukkan bokongnya ke rerumputan dan menghembuskan nafas beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRIELLA [SEDANG REVISI]
Teen Fiction⚠️❗PERINGATAN! TOLONG BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN DAN KOSA KATA! KARENA ADA BEBERAPA KATA KASAR DAN TIDAK PANTAS DI DALAM CERITA INI❗⚠️ **** Bukan hanya tentang pembunuhan saja. Kisah ini akan bercerita lebih dari itu. Mereka yang berhianat, dan mere...