SKCT-06

19 8 4
                                    

Nayra mengejar Uza yang berjalan dengan langkah lebarnya. Sesekali ia memangil cowok itu agar berhenti. Namun tetap saja, Uza menampakkan gaya budeknya dengan tidak berhenti apalagi menoleh. Tepat di koridor depan kelas XI IPA I Uza memberhentikan langkahnya karena Nayra memblokir jalannya.

"Stop! Huh, capek." Nayra bernapas sesenggukan. Ia juga merentangkan tangannya agar Uza tidak berniat kabur.

"Minggir Ra, gue males ribut."

"Hah? Bukannya sikap lo yang kaya tadi justru bikin ngajak ribut ya? Ngapain sih lo tuh ganggu banget jadi orang?" ujar Nayra. Kini mereka jadi pusat perhatian para anak kelas XI IPA I. Menyadari hal itu, Uza menarik Nayra ke tembok sebelah kelas tersebut. Tempat yang jarang di lalui banyak orang. Ya setidaknya mereka tidak jadi sorotan.

"Ra, gue temennya Arvin. Gue lebih tau sifat dia sebelum lo kenal dia. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa karena tuh cowok!" perkataan Uza membuat Nayra memutar bola matanya malas.

"Justru kalo lo temennya, dukung dong dia mau deket sama siapa aja."

"Masalahnya ceweknya tuh elo!"

"Ya terus kalo gue kenapa Za?!"

"Karena lo temen gue yang paling berharga, Ra." ujar Uza lirih. Matanya menatap Nayra sendu. Nayra sendiri tertegun mendengar apa yang Uza ucapkan.

"Gue nggak mau orang terdekat gue kenapa-napa, Ra. Gue harap lo ngerti."

"Terus mau lo sekarang apa Za?" tepat saat Nayra menutup mulutnya, bel masuk berbunyi.

"Gue nggak mau bahas ini lagi. Gue mau ke kelas." Uza melangkahkan kakinya meninggalkan Nayra yang tersandar di tembok sambil memejamkan matanya. Gadis itu jadi pusing sendiri, ia tidak mengerti apa mau Uza terhadapnya.

Pikirannya saat ini terkunci dengan apa yang Uza katakan. Memangnya apa buruknya Arvin di mata Uza? Bukankah selama ini mereka berteman baik? Lalu apa yang membuat Uza seperti membenci laki-laki itu? Segala pertanyaan-pertanyaan itu mengelilingi otaknya.

"Lo ngapain di sini, Nay?" seseorang dengan suara familiar itu membuat Nayra membuka matanya.

"Arvin?"

"Udah bel lo nggak pengen masuk kelas?" Arvin mendekati Nayra.

"Gue pengen ke UKS," jawab Nayra dengan menggelengkan kepalanya.

"Ya udah yuk gue anter." Cowok itu merangkul Nayra. Tanpa balasan dari Nayra, mereka berdua pun berjalan dengan hati-hati menuju ruang UKS yang tak jauh dari sana.

Setelah masuk ruang UKS Putri mereka di sambut dengan Kania, satu-satunya petugas PMR di kelas unggulan. Mana lagi jika bukan kelas XI IPA I.

"Arvin, Nayra? Loh Nay, kok lo pucet banget? Bentar gue siapin tempat dulu." Kania membuka tirai yang menutupi ranjang kemudian menepuk-nepuk bantal menggunakan tangannya.

"Tiduran di sini dulu Nay. Bantal UKS emang agak tebel, harap maklum ya?"

Arvin menuntun Nayra dan memegangi tangan Nayra saat gadis itu menaiki ranjang.

"Jagain dia. Gue mau ke ruang piket bikin surat ijin." Kata Arvin setelah itu ia pergi dari UKS. Tidak lupa dia juga menutup pintunya.

"Teh anget atau air putih anget?" tawar Kania sambil tersenyum ramah.

"Air putih aja," Kania menganggukkan kepala lalu pergi dari UKS untuk mengambil air putih di dapur sekolah. Tak lama gadis itu pun kembali.

"Ini Nay," Nayra duduk lalu meraih gelas yang diberi oleh Kania. Dia meminumnya setengah lalu menaruh gelas tersebut di atas nakas. Sementara Kania hanya melihat Nayra sambil mengusap-usap kaki Nayra yang sudah terbalut selimut.

SKCT : Siapa Kita? Cuma TemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang