Bab 4 : Sosok baru

64.8K 7.1K 1.3K
                                    

"Ditinggalkan tanpa persiapan, tanpa adanya perpisahan. Sungguh, rasanya aku hancur perlahan."

***

FOLLOW SEBELUM MEMBACA, VOTE, KOMEN.

***

Candy mengatur napasnya. Gadis itu keluar perlahan dari dalam toilet. Dengan tangan yang memegangi dada, dan napas yang terengal-engal.

Ia berbalik, hendak berjalan menuju parkiran menemui Sergio dan temannya yang lain. Namun, tubuhnya menubruk sesuatu yang membuatnya hampir jatuh jika saja tidak ada sebuah tangan kekar yang refleks menariknya.

Candy mendongak, mendapati sepasang mata cokelat tajam menatap matanya dengan intens. Mata itu ... Candy mengenal seseorang yang memiliki mata seperti itu.

"A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A ... thar?" ucap Candy refleks, tangannya terangkat ingin menyentuh wajah yang tertutupi masker berwarna hitam itu.

Cowok bermata cokelat itu mengernyit. "Siapa lo bilang?"

Seketika Candy sadar dari lamunannya, ia segera menarik diri dari posisinya. Gadis itu menggeleng kuat, sekali lagi melirik ke arah cowok di hadapannya. Postur tinggi, memakai hoodie berwarna abu-abu dengan celana abu-abu pun.

Wajahnya ditutupi masker hitam, sehingga hanya menampilkan bagian dahi dan matanya saja.

Tidak mungkin dia Athar.

Tidak mungkin.

Candy menyaksikan sendiri tubuh Athar yang hancur setahun yang lalu.

Candy menyaksikan sendiri kekasihnya dimasukkan ke dalam tanah.

Bukan dia.

"Sorry." Candy kemudian berlalu.

Cowok itu memperhatikan kepergian Candy hingga punggung gadis itu menghilang. Saat ia hendak turut beranjak, punggungnya ditepuk keras.

"Ngapain, Ndra?" Itu Junio, cowok itu baru saja kembali dari kantin sehabis membeli segelas kopi susu.

"Nggak papa, tadi gue salah toilet," sahut Andra, cowok bermata cokelat itu.

"Modus aja lo, ke toilet cewek." Ejek Junio, "lo ngapain pake masker item gini, sih? Nggak sekalian tuh, topi item, kacamata, biar kayak idol korea yang takut dikuntit sama dispatch." Junio terkekeh. Jangan salah ya, biar cool begini, Junio tuh fanboy sejati.

"Udah, ah. Mending ke kelas," ajak Andra.

"Eoseo!" Junio mengikuti langkah Andra. Namun, mata sipitnya menangkap ada yang tidak beres dengan tangan Andra.

"Eomeona! Dangsin-ui son-eun eotteohge doesoseubnikka?!" Junio menarik tangan Andra yang terdapat bercak merah di sana.

*Ya Tuhan! Apa yang terjadi dengan tanganmu?*

"Lo jangan ngomong bahasa aneh kenapa si? Gue mana paham," kesal Andra. Menarik tangannya.

"Tangan lo napa anjir, ada darahnya!" Junio heboh.

"Bukan darah," sahut Andra.

"Terus, apaan?"

"Ya gitu kah pokoknya bukan darah."

**

"Gue mau ke makam," ujar Candy saat tiba di parkiran.

"Oke," ucap Sergio. Mereka sudah terbiasa dengan Candy yang suka berubah tiba-tiba.

"Nggak perlu ikut, gue pengen sendiri," putus gadis itu. Ia menaiki motor CBR 150 cc berwarna hitam miliknya, memasang jaket dan helm berwarna senada.

"Ndy, yakin? Kita bakal nemenin lo, deh." Sergio memaksa.

"Gue nggak mau, lo semua ngumpul atau ke basecamp aja. Gue mau sendiri. Jangan berani ngelawan gue." Mata Candy terlihat menatap tajam dari balik helm fullface-nya. Itu sudah peringatan, bahwa jangan main-main dengan perkataannya.

Gadis itu menghidupkan mesin motornya, kemudian melajukan benda berwarna hitam itu menuju tempat pemakaman. Rumah baru Athar, setahun belakangan ini.

Dua puluh menit berlalu, Candy tiba dan memarkirkan kendaraannya. Gadis itu turun, kemudian berjalan mencari letak makam Athar.

Tidak sulit, karena tempat itu masih baru. Tidak banyak makam dan makam Athar terletak tersendiri, memisah.

"Hai." Candy menyentuh nisan yang terbuat dari batu marble berwarna putih, tertulis nama Athariq Haris Sanjaya dengan tinta emas. "Selamat tanggal sebelas."

Meski sudah setahun berlalu, Candy masih saja selalu datang setiap tanggal sebelas untuk memperingati hari jadinya dengan Athar.

"Sebentar lagi aku ulang tahun, Thar. Kamu nggak sibuk nyiapin surprise kayak biasanya?" Candy menyapu air matanya yang jatuh ke pipi.

Athar selalu memberikan suprise tidak terduga di hari spesial Candy. Dan surprise dari Athar untuk ulang tahunnya yang ketujuh belas sangat lah berkesan. Athar memberikannya perpisahan.

"Waktu denger kabar kamu udah nggak ada, saat itu juga aku berharap itu cuman prank konyol kamu yang kesekian kali." Gadis itu tertawa miris, "udah setahun, kamu nggak mau berhenti? Aku kangen."

Satu jam ia berada di makam, banyak hal yang ia ceritakan pada Athar meski tidak ada respon. Hanya hembusan angin yang menjawab semua celotehan Candy.

"Kayaknya aku udah gila beneran." Candy terkekeh. Gadis itu merasa suasana mulai berubah. Angin bertiup sangat kencang, kemudian berhenti tiba-tiba. Merasa ada yang aneh, Candy menoleh, perasaannya mengatakan bahwa ada yang memperhatikannya sejak tadi.

Benar saja, tidak jauh dari posisi Candy sekarang, ada seorang lelaki yang tengah menatapnya. Candy menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatannya. Tubuh jangkung itu ... meski wajahnya kini ditutupi oleh masker berwarna hitam, namun Candy sangat yakin.

"Athar!"

Tepat setelahnya, sosok itu berlari entah kemana.

CLADE•

Hayuk aku bikin pusing lagi😭✌🏻

NEXT? 700 KOMEN DUYUUUU😛
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN

TAG INSTAGRAM AKU JIKA KALIAN MEMPOSTING QUOTES

JANGAN LUPA FOLLOW : cantikazhr

Clade (tersedia di gramedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang