"Tenyata, aku tidak pernah benar-benar mengenalmu."
***
Jangan lupa baca cerita Marco!
***"Hah?" Sahut mereka semua berbarengan.
"Stt!" Putra meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Ini rahasia, gue juga nggak sengaja denger waktu itu."
Putra baru saja menyelesaikan panggilan alam. Cowok itu berdiri di depan toilet kamar Athar, kemudian tidak sengaja mendengar suara obrolan Athar dan Sergio.
"Gue nggak bisa hidup kayak gini," ujar Athar.
"Emang hidupnya kenapa?" gumam Putra seraya mengintip.
"Cepat atau lambat, lo bakal jadi pewaris bokap lo," ujar Sergio.
"Lo tahu, gue nggak bisa." Athar menatap Sergio. "Mafia ... kapanpun gue bisa mati. Dan lo tahu, berapa kali bokap gue hampir terbunuh?"
"Gue tahu, bukan nyawa yang lo cemasin." Sergio menepuk pundak Athar, "lo nggak bisa ninggalin Candy, kan?"
"Itu yang utama." Athar menghela napasnya, "gue nggak mau bikin dia patah hati, makanya selama ini gue nggak pernah memperjelas hubungan kami. Lo tahu kan, Gi?"
"Jadi, sekarang lo mau apa? Cuman lo yang bisa jadi pewaris bokap lo, Thar."
"Ada cara lain." Athar menatap lurus ke depan. "Kalau suatu saat terjadi apa-apa sama gue, lo harus lindungin Candy. Bisa?" Cowok itu menoleh seraya menatap Sergio penuh harap.
"Terus, gue langsung keluar. Gue nggak bisa nguping lebih lama," ujar Putra. Ia mengalihkan pandangan pada Candy, "intinya, Athar mau keluar dari dunia itu. Dia mau lindungin lo, Bos."
Candy terdiam, Athar berkorban sejauh itu, hanya demi dirinya?
"Dan Athar terbunuh .... " ujar King, "mungkin nggak, ini ada kaitannya sama Om Haris?"
"Karena Athar nggak mau jadi pewaris, jadi dia bunuh makanya penyebab kematiannya sampai sekarang nggak terungkap?" Tebak Ari.
"Hah, gila banget, sih!" Seru Alvin, "masa ada bokap bunuh anaknya sendiri?"
"Terus, kalau emang bener ini semua ada kaitan sama Ayahnya Athar. Kenapa kita semua kena? Kenapa Candy diteror?" tanya King.
"Karena, Candy yang bikin Athar mau mundur dari dunia itu." Mereka semua menatap ke arah Putra, "dan kita semua teman-temannya Athar, yang juga jadi sahabatnya Candy. Kalau mau nyerang Candy, pasti harus nyerang 'tameng'nya dulu, kan?"
"Anjir kita semua dah kayak detektif conan," ujar King.
"Kita harus tetap cari tahu," ucap Candy.
***
"Lo kenapa nggak pulang-pulang daritadi, sih?" Kesal Marco. Cowok itu kesal menatap Barbie yang sedang duduk di sofa seraya menonton televisi.
"Gue disuruh jagain lo, lo denger sendiri tadi nyokap lo yang nyuruh. Budek lo?" sahut Barbie, gadis itu mendengus. "Ini juga, masa ruang VVIP nggak ada tontonan yang seru."
"Lo kira bioskop?" sindir Marco.
Barbie memutar bola matanya malas. "Harusnya sekarang gue di bioskop, nonton sama cowok ganteng. Atau shopping, bukannya jagain lo, Marconah."
"Emang ada, cowok yang mau sama boneka santet?"
Barbie memalingkan wajahnya, menatap Marco dengan tajam. "Heh, yang ngejar gue tuh, banyak. Gue aja milihin yang tajir, nggak kayak lo."
"Maksudnya, lo ngatain gue?"
"Iya, lah. Lihat aja cewek lo, kampung," ujar Barbie. Sukses memancing emosi Marco.
"Barbie Henzie Pradipta, siapa yang ngajarin kamu ngomong begitu?" Perhatian Barbie dan Marco teralih, pada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam kamar Marco.
"Daddy!" Pekik Barbie girang, gadis itu beranjak dari posisinya. Berlari memeluk Ayahnya.
"Ayo, minta maaf." Tegur Arjuna seraya menatap Barbie.
Barbie mencebikkan bibir, gadis itu menoleh ke arah Marco. "Sorry, ya, Marconah."
Marco memutar bola matanya malas. "Om, Papi sama Mami mana?"
"Papi kamu masih ada urusan, dia lagi ngumpulin anggota Eagle generasi pertama. Kalau Mami kamu, Om nggak tahu," sahut Arjuna.
"Candy, dia di mana?" tanya Marco lagi.
"Om lihat, tadi dia di bawah. Sama teman katanya," jawab Arjuna.
***
"Lo kenapa?" tanya Andra. Sejak mereka keluar rumah sakit, Candy terus mengawasi sekeliling. Gadis itu nampak risih.
"Peneror itu nggak ada ngehubungin gue hari ini, gue parno dia sengaja," jawab Candy.
Andra menggelengkan kepalanya. "Gue ngajak lo keluar buat bikin lo refresh, pasti lo suntuk di rumah sakit terus. Lo malah mikirin peneror."
Candy menoleh, gadis itu menatap Andra tajam. "Peneror itu nggak bisa disepelein, lo nggak lihat korbannya siapa aja?"
"Gue udah janji kan, sama lo." Andra balas menatap Candy, "selama ada di dekat gue, lo aman."
"Itu yang Athar bilang sebelum dia meninggal, itu juga yang Sergio bilang sebelum dia berakhir koma sekarang!" Candy memalingkan wajah, kemudian berjalan mendahului Andra.
Melihat kepergian Candy, Andra tersenyum. "Gue beda."
Andra menatap ke sekelilingnya, orang awam tidak akan sadar bahwa saat ini di sekeliling mereka ada sekitar sepuluh bodyguard berpakaian santai dengan pistol yang tersimpan di dalam tas mereka.
Hanya Andra yang tahu, karena ia yang membawa para bodyguard itu.
•CLADE•
JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DI SETIAP BAB
TAG IG AKU KALAU KALIAN POSTING QUOTES DARI CERITA INI
FOLLOW INSTAGRAM KAMI : cantikazhr
alunacandy
Andrasaviero
Sergioabrhm
KAMU SEDANG MEMBACA
Clade (tersedia di gramedia)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP "Good boy go to heaven, but badboy bring you heaven." Aluna Candy menjadi satu-satunya perempuan yang begabung di sebuah geng yang terkenal akan prestasi nakalnya seantero SMA Matahari. Bukan tanpa alasan, gadis itu diberi kehorma...