Satu hari sebelum kejadian
Eun hee memperhatikan penampilannya di depan cermin rias kamarnya. Dia terlihat sangat cantik dengan balutan jeogori berwarna putih dan chima biru langit yang baru saja dibelikan ayahnya kemarin, tak lupa beberapa hiasan pita telah dipasangkan di rambutnya.
"Pelayan, apakah aku sudah terlihat cantik?" tanya Eun hee pada pelayan paruh baya yang telah mengasuhnya sejak masih bayi itu. Pelayan itu menatap Eun hee takjub melihat kecantikan majikan kecilnya itu.
"Tentu saja Nona, anda terlihat sangat cantik hari ini."
Eun hee tersenyum puas kemudian keluar dari halaman rumahnya diikuti pelayannya.
Berjalan keluar, Eun hee mulai menanyakan sesuatu yang sejak tadi mulai mengganggu pikiran gadis kecil itu. Gadis kecil itu mengisyaratkan pelayannya untuk menunduk, lalu membisikinya sesuatu. "Apa yang sedang dilakukan Aboenim saat ini?" tanya Eun hee pelan, pasalnya Eun hee suka keluar dari rumah dengan diam-diam tanpa memberitahu ayahnya terlebih dahulu, karena seringkali Ayahnya tidak akan mengizinkannya.
Pelayan itu masih sambil menundukkan kepalanya, dia berkata, "sekarang Tuan sedang berada di istana untuk melakukan pekerjaan, Nona."
Eun hee mengangguk mengerti.
"Lalu, apakah kau sudah membawa barang yang kuperintahkan kemarin?""Yee ... Semua barang sudah disiapkan, Nona Eun."
Sementara di depan hamparan bunga peony yang mekar dengan indahnya, seorang pemuda yang sekiranya seumuran dengan Eun hee tengah berdiri mematung memandangi karya ciptaan Tuhan yang begitu menakjubkan hingga tak mampu disampaikan lewat kata-kata itu. Pemuda itu sedang menunggu seseorang yang telah membuat janji dengannya sekitar satu minggu yang lalu.
"Seok Ha ya ...! Han Seok Ha Orabeonim ...!" teriak seorang gadis pada pemuda yang sedang memunggunginya itu. Gadis itu terlihat sangat antusias.
Han Seokha membalikkan badannya, menatap Eun hee yang sedang berlarian ke arahnya sembari mengangkat chima yang sedikit mengganggu aktifitasnya.
"Apakah kau sudah lama menungguku, Orabeoni?" tanya gadis itu riang, terlihat senang bisa bertemu dengan seseorang yang telah lama dinantinya.
"Entalah, dari tadi aku sibuk memandangi indahnya bunga Pheony yang bermekaran sehingga aku tidak sadar, berapa lama waktu yang kuhabiskan untuk itu Eun hee-yaa," jawab Seokha tenang, ekspresinya datar dan terlihat kosong seperti menyimpan raut kesedihan di wajahnya.
Eun hee yang dapat menangkap ekspresi sedih di wajah sahabatnya lantas bertanya padanya. "Oraboeni, apakah kau baik-baik saja?"
Bukannya membalas, Seokha malah meraih telapak tangan Eun hee yang sebelumnya menggantung di udara, lantas menggenggamnya erat.
Pemuda itu membawa Eun hee untuk duduk di sebuah kursi yang telah tersedia di pinggiran taman. Mereka duduk berdua saling berhadapan. Keduanya memang masih cukup kecil untuk memikirkan arti cinta, Eun hee yang masih berumur sepuluh tahun sedangkan Seokha yang masih berumur empat belas tahun. Namun, tak dapat dipungkiri jiwa persahabatan keduanya sangat erat.
"Kenapa kau tidak menjawabku? Ada masalah apa Han Seok Ha ... Orabeoni?"
Mata Eun hee sudah mulai berkaca-kaca, dirinya selalu merasa sedih ketika melihat Seok Ha sahabatnya menyembunyikan sesuatu darinya. Pertemanan mereka sudah hampir delapan tahun, rasanya menyakitkan ketika sahabatnya tidak bisa berterus terang padanya.
"Eun Hee ya ..., apa yang akan kau lakukan jika kita memang tidak pernah ditakdirkan untuk bersama?" tanya Seok ha, masih dengan wajah kalem seperti biasa. Ia tidak tahu bahwa dampak dari perkataannya itu menbuat Eun hee merasa tersakiti.
"Ya ...! Jangan berkata seperti itu Orabeoni! Itu sangat menyakitiku. Kita pasti akan bersama-sama sampai dewasa nanti."
Tanpa bisa ditahan lagi, lelehan air mata perlahan membasahi pipi gadis itu. Seokha merasa kecewa pada dirinya sendiri, dia tidak bisa menjaga orang yang paling disayanginya itu. Hal yang paling menyedihkan adalah karena Seok ha sendirilah penyebab dari air mata Eun hee.
Seok ha segera merapatkan tubuhnya hingga tak lagi menciptakan jarak, ia memeluk tubuh rapuh Eun hee yang sedang menangis di dalam pelukannya.
"Kenapa kau berbicara seperti itu, Orabeoni?" lirih gadis itu sembari terisak pelan berusaha meredam tangisnya. Ia tidak mau Seok ha merasa kecewa karena nya. Eun hee segera menggigit bibir bawahnya pelan takut-takut. "Apa kau akan meninggalkan sahabatmu ini?"
Seok ha semakin mengeratkan pelukannya, salah satu tangannya terangkat membelai lembut rambut gadis yang lebih muda empat tahun darinya, layaknya seorang kakak yang berusaha menenangkan adiknya berharap Eun hee tidak akan bersedih lagi. Apalagi setelah kepergiannya.
"Jika terdapat pilihan, aku akan memilih tetap tinggal dan berada di sisimu Eun hee-yaa. Tapi sepertinya takdir berkata lain," jawab Seok ha, yang mau tak mau membuat air mata gadis itu kembali menetes.
"Apa alasannya? Kenapa kau harus pergi Orabeoni? Apakah aku bisa bertemu kembali denganmu?"
Seok ha menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi Eun hee, lantas menghapus air mata gadis itu. Menurut Seok ha, gadis di depannya ini masih terlalu polos untuk sekadar mengerti segalanya, apalagi menyangkut politik istana.
"Aku tidak bisa memberitahukan alasannya padamu sekarang. Tapi berjanjilah padaku, kau akan tetap menungguku kembali, di sini. Ketika bunga pheony mekar dan bunga ceri berguguran. Berjanji lah padaku, untuk menungguku kembali."
Seok ha mengangkat salah satu tangannya lalu mengulurkan jari kelingkingnya, begitu pula Eun hee yang menautkan jari kelingkingnya pada jari Seok ha. Lalu seakan keduanya saling terikat pada janji yang dibuat pada masa kecil.
"Orabeoni, ingatlah! Aku akan datang ke sini menggunakan jang-ot untuk menutupi kepalaku sehingga kau akan mudah mengenaliku nanti."
"Baiklah, Eun hee-yaa. Aku akan selalu mengingatnya."
Namun semuanya seakan hanyalah omong kosong belaka. Seok ha telah mengingkari janjinya. Nyatanya Han Seok ha sahabat masa kecil gadis itu tidak akan pernah kembali.
****
Diawal bab ini, kalian pasti nggak paham dan sama sekali nggk dapat gambaran alur cerita ini kan? Tapi tenang aja. Aku udah nulis file cerita ini sampai 9 bab dan kalian bakal ngerti alurnya nanti.
Tetap mau stay? Or leave?
Jangan lupa tinggalkanVOTMENT
Bab selanjutnya bakal aku up besok, tetap stay tune ok?
See you yorobun^^
[Versi revisi update]
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Promise [Joseon Story]
Historical FictionEun hee hanyalah gadis biasa anak dari menteri perpajakan, Tuan Park Hyojo. Gadis dengan pandangan nyalang namun kosong. kehidupannya begitu kelam. Dimulai dari Ibunya yang meninggal hingga Sahabat kecilnya juga telah meninggalkannya. Eun hee hidup...