• Bab 10

171 12 3
                                    


Di depan jembatan kolam teratai, seorang wanita berhiaskan yongjam di kepalanya itu duduk termenung sembari memainkan batu kerikil di sekitarnya. Istana sungguh membosankan. Saat kecil Eun hee pernah berpikir bahwa hidup di istana sangatlah bahagia dengan banyak pelayan yang akan selalu menuruti perintahnya dan gaun-gaun mewah yang begitu memanjakan mata. Namun kenyataannya, selama dirinya hidup di istana hanya kekosongan yang menghampiri.

Tidak ada Seok ha, tidak ada Ayahnya, tidak ada soobin yang selalu bersikap manja, juga Ibu angkatnya yang selalu menghawatirkan wanita itu. Eun hee sangat merindukan mereka semua.

Saat masih sibuk dengan pemikirannya, Pelayan Jo yang sedaritadi merasa khawatir karena Ratunya malah duduk di bawah, segera menghampiri Eun hee.

"Jungjeon mama, bangunlah jangan duduk di bawah seperti ini. Kami sangat menghawatirkan anda Mama," ujar Jo sanggung yang ditanggapi Eun hee dengan senyuman tipis. Setidaknya masih ada yang menghawatirkannya di istana, batin Eun hee miris.

"Tidak apa-apa Jo sanggung. Aku hanya ingin begini untuk sebentar saja."

"Tapi Mama, tidak baik jika ada yang melihat anda seperti ini. Apa yang akan mereka pikirkan tentang Ratu negeri ini," cicit pelayan itu dengan pandangan tertunduk, ia takut Eun hee merasa tersindir dengan ucapannya. Meskipun dia tahu, Ratunya tidak akan pernah membentaknya ataupun barangkali menyakitinya sedikitpun.

Karena tidak tega dengan para pelayannya yang daritadi telah setia menungguinya, Eun hee segera merapikan hanboknya kemudian bangkit berdiri.

Wanita dengan dangui merah muda itu menatap sekelilingnya tanpa minat, sebelum akhirnya sebuah ide terlintas di benaknya. Baiklah, mungkin dengan membaca sebuah buku akan dapat menghilangkan suasana hatinya yang buruk itu.

Jadi tanpa berpikir lagi, Eun hee berjalan meninggalkan paviliunnya menuju Jibokjae (perpustakaan) yang terletak paling ujung di wilayah istana. Saat sampai di depan sana, Eun hee terkejut lantaran Raja juga sedang berada di Jibokjae, terlihat dari para pelayannya yang tengah berjaga di luar bangunan. Eun hee tidak akan mengganggu aktifitas Raja, bukan? Dia hanya ingin meminjam beberapa buku sebelum kembali ke paviliunnya, sudah itu saja.

Baru saja Eun hee hendak memasuki ruangan itu, spontan wanita itu menghentikan langkahnya kala melihat Kasim Han yang kebetulan keluar dari Jibokjae dan sempat terkejut melihat Yang mulia Ratu berada depannya. Cepat-cepat Kasim Han menunduk memberi hormat.

Tapi sebelum Kasim Han berlalu, dengan cepat Eun hee mencegatnya. "Ah Kasim Han, apakah Raja sedang sibuk di dalam? Apa aku boleh masuk dan mengambil beberapa buku, sebentar saja?"

Kasim Han yang melihat itu tersenyum. "Menjawab Yang Mulia Ratu. Tentu saja, Jungjeon mama. Jeonha pasti akan senang melihat anda."

Eun hee balas tersenyum dan melanjutkan langkahnya memasuki ruangan itu. Dari depan pintu, tampak sang Raja yang sedang terfokus membaca banyak gulungan kertas. Raaut letih dengan kerutan di keningnya tergambar jelas di wajah tampannya itu. Hingga beberapa detik kemudian, Yi yoon menyadari ada yang sedang mengawasinya, segera saja pria itu mengangkat wajahnya dan menemukan wanita yang dicintainya itu berjalan menghampiri dengan senyuman manis di wajahnya.

"Jeonha, apakah kedatanganku menggangumu?" tanya Eun hee sopan dengan nada bicara tidak seformal biasanya. Yi yoon yang menyadari hal itu langsung tersenyum cerah dan menatap lembut wanitanya.

"Tidak sama sekali, aku senang melihatmu ada di sini," ungkap Yi yoon, raut letihnya seolah sirna begitu saja saat melihat wajah cantik Ratunya . "Apa yang membuatmu datang kemari, Jungjeon?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Say Promise [Joseon Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang