Pagi ini setelah membersihkan diri, gadis dengan hanbok lusuhnya tampak buru-buru pergi dan terlihat tidak sabaran. Bahkan rambutnya pun tidak diikat rapi dan dibiarkan setengah dengan daenggi terselip di tengahnya.
Eun hee sedang menyamar menjadi rakyat biasa. Kali ini dia rela membiarkan aktifitas tidurnya terlewati begitu saja hanya demi bangun pagi untuk menghindari pelayannya dan pergi ke suatu tempat yang hari-hari ini sudah jarang di temuinya itu.
Sesampainya di tempat yang ia tuju, gadis itu melepas Jang-ot yang menutupi wajahnya. Pemandangan pertama kali dilihatnya masih sama seperti tujuh tahun lalu. Terdapat hamparan luas padang rumput dengan bunga pheony yang tengah bermekaran sedangkan di belakangnya terdapat gubuk dengan pohon ceri terjejer rapi. Namun sayang, orang yang ditunggunya tidak akan pernah kembali.
Sekarang air mata kembali menghiasi wajah gadis itu. Di sinilah, tempat dimana Eun hee mendapat ketenangan dan bisa dengan bebas mengeluarkan seluruh beban yang ada dalam hatinya.
"Han Seok Ha Orabeonim ..., bagaimana ini? Aku akan mengikuti pemilihan sejabin. Aboeji yang menginginkannya, aku sama sekali tidak tertarik, tapi aku harus mengikutinya .... Apa kau mengizinkannya Orabeoni?"
Hening, tidak ada jawaban. Namun Eun hee selalu percaya sahabatnya itu pasti bisa mendengarkan keluh kesahnya. Setidaknya dengan ini Eun hee bisa sedikit mendapatkan ketenangan.
Gadis itu terduduk, menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya menahan isakan.
"Orabeoni ... Bogoshippeoyeo."
Tiba-tiba sekelebatan bayangan masa kecilnya nampak terlihat jelas di depannya. Terdapat gadis kecil sedang menangis sesenggukan tepat berada di sebelah Eun hee, kemudian datang sosok anak laki-laki kecil menghampirinya.
Seok ha kecil ikut terduduk menatap Eun hee kecil yang sedang menangis. Seok ha menepuk pelan bahu gadis kecil itu berusaha menenangkannya.
"Hei kenapa kau menangis? Apa yang sedang terjadi denganmu?"
Masih dengan air yang meleleh membasahi pipinya, gadis itu menatap ke arah lelaki di sampingnya. "Eommonim, dia telah meninggalkanku .... Sedangkan Abeoji akan menikah lagi dan mencarikan Ibu baru untukku." Akhirnya tangis gadis itu pecah.
"Aeh ... sudahlah jangan bersedih, kalau kau bersedih Ibumu di sana juga akan ikut bersedih," ujar Seokha sembari menghapus air mata yang masih menggenang di pelupuk mata gadis itu dengan tangan mungilnya."Kau tahu, sejak kecil aku juga sudah kehilangan Eomma namun aku tetap bahagia, karena Abeoji telah merawatku dengan baik sekaligus berusaha menjadi sosok Ibu untukku."
"Apa kau bisa bahagia hidup tanpa Eommonim?"
"Yee, aku sangat bahagia." Seok ha menyunggikan senyum ramahnya, kemudian tangannya bergerak menunjuk ke arah langit sembari matanya tampak menerawang jauh ke atas sana. "Di sana, Eomma sangat bahagia bila melihatku bisa tersenyum, jadi aku harus selalu tersenyum dan terlihat bahagia untuk Eomma. Kau juga harus seperti itu. Kau mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Promise [Joseon Story]
Historical FictionEun hee hanyalah gadis biasa anak dari menteri perpajakan, Tuan Park Hyojo. Gadis dengan pandangan nyalang namun kosong. kehidupannya begitu kelam. Dimulai dari Ibunya yang meninggal hingga Sahabat kecilnya juga telah meninggalkannya. Eun hee hidup...