•Bab 6

162 17 0
                                    


Selepas keluar dari kediaman Tuan puteri, Eun hee berniat berjalan pulang bersama para pelayannya. Hanbok mewah bangsawannyapun sudah berganti dengan Hanbok lusuh tanpa warna. Bukan apa-apa, Eun hee melakukannya karena ia akan pulang di tengah malam dari istana menuju kediamannya yang lumayan jauh, jadi demi menghindari sekawanan orang jahat yang mungkin akan kembali menganggu jalannya, Eun hee menyamar menjadi rakyat biasa.

Sesaat ketika langkah Eun hee bergerak pergi  diikuti para pelayannya, sebuah teriakan berat dari seorang pemuda berhasil menghentikan langkahnya.

"Agasshi ... tunggu!"

Seketika Eun hee menolehkan kepalanya ke belakang, menampakkan postur tegap seorang pemuda yang berlari menuju ke arahnya. Pemuda yang sama yang telah membantunya tadi.

Merasa heran, Eun hee sedikit memiringkan kepalanya sembari berujar, "tuan muda, apa yang kau lakukan di sini?"

Yi yoon terlihat kikuk. Sebelum menjawab pemuda itu sempat menatap ke arah lain untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Tuan perdana menteri Hyojo memintaku untuk menemani anda pulang, Agasshi. Lagipula ini sudah malam dan tidak baik bagi para wanita berjalan di malam hari."

Eun hee sempat ragu. Ayahnya mengirimkan seseorang untuk mengantarnya kembali. Juga bagaimana bisa pemuda aneh itu mengenal nama Ayahnya? Bukankah Yi yoon tadi bilang akan pulang setelah mengantarnya di istana? Kenapa dia kembali lagi, hanya untuk menolongnya?

Namun tidak ingin mengambil pusing, Eun hee hanya mengangguk mengizinkan dan kembali meneruskan perjalanan.

Sepanjang perjalanan hanya diisi dengan kesunyian dan suara para binatang malam. Hingga akhirnya Soobin buka suara.

"Agasshi ... bolehkah kita beristirahat sebentar?" tanya Soobin terlihat seperti rengekan permohonan. "Daritadi kami terus berdiri untuk menemani anda, jadi kami membutuhkan istirahat, Eonni."

Eun hee tersenyum tipis kemudian mengangguk. Dia sangat hapal dengan tingkah pelayan sekaligus teman sebayanya itu. Soobin memang pelayan istimewa bagi Eun hee, karena selain menjadi pelayan Soobin juga sudah dianggapnya seperti adiknya sendiri. Bahkan kalau sedang khilaf seperti ini, Soobin akan memanggilnya dengan sebutan Kakak.

Semua pelayan pun akhirnya mulai beristirahat dengan mendudukkan diri mereka di bawah pohon besar beralaskan batu yang bertempat tidak jauh dari sungai yang dipisahkan oleh jembatan kecil.

Eun hee melihat sekelilingnya ketika baru menyadari Yi yoon telah beranjak meninggalkan mereka dan berdiri di atas jembatan untuk memandangi pancaran cahaya rembulan malam ini. Tatapannya sangat teduh terlihat sangat mengagumi karya ciptaan Tuhannya itu.

Tanpa banyak berpikir, Eun hee ikut mendekat menuju jembatan kemudian berdiri tepat di sebelah Yi yoon sembari mengikuti arah pandang pemuda di sampingnya.

"Apa kau menyukai rembulan Doryeonim?" tanya Eun hee tiba-tiba berusaha memecah keheningan.

Mengalihkan pandangan ke arah Eun hee, Yi yoon tersenyum masih dengan senyumannya yang meneduhkan namun terlihat berbeda seperti tersirat sesuatu di dalamnya.

"Ne, rembulan adalah saksi kebersamaan kami dulu."

Eun hee sempat terdiam sejenak, menatap lekat Yi yoon yang berada di sampingnya.

"Doryeonim, apakah ada sesuatu yang mengganggumu saat ini?" tanya Eun hee, begitu melihat raut pemuda di sampingnya berubah menatapnya sendu. Sebelumnya Eun hee tidak pernah sepeduli ini dengan permasalahan orang lain.

"Ani, aku hanya sedang mengingat kisah lama diriku dengan seseorang dan ternyata dia sudah melupakan segalanya tentangku. Itu membuatku bersedih." Sembari menatap Eun hee, Yi yoon sedikit mengangkat sudut bibirnya tersenyum miris. "Aeh ... sudah lah lupakan saja perkataanku tadi, anggap saja aku tidak pernah mengatakannya. Mari kita lanjutkan perjalanan."

Say Promise [Joseon Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang