"muka kak minhee kusut banget," ujar yujin, "habis kena hukum, ya?"
minhee mengacak rambut gadis di dekatnya, "ngaco banget kalo ngomong. tadi temen gua pada ngecengin gua, ding. naik dulu ah, gak enak gua kalo harus ketemu si dongdong di depan gerbang gini."
baru mau narik gas, suara seorang pemuda langsung menginterupsi minhee dan yujin. "puding!" teriak seseorang itu.
yujin menengok, tapi gak ada niat untuk membalas sapaan pemuda yanh barusan melambaikan tangannya.
"siapa?" tanya minhee kepo. minhee sih curiga ini junho, lagian kan minhee emang belum pernah ketemu langsung.
"kak juno," jawab yujin singkat. "kenapa? aku mau pulang," lanjutnya ketika pemuda itu memghampirinya dan juga minhee.
"sama kakak aja," bujuk junho, menatap sengit minhee.
"gak mau."
"sama kakak aja, ding. ayo, turun," junho masih kekeuh ngajak yujin.
ini saatnya gua beraksi, batin minhee yang mulai kesel. "dia maunya sama gua, gak usah ribet ngurusin dia lagi. gua yang bakal jagain," kata minhee akhirnya.
"gua tetangganya, dan gua—" balas junho terputus.
"apaan? pacarnya aja bukan, gak usah sok mau merintah. giliran orangnya udah capek, lu baru ngasih perhatian, basi."
"kak mini," panggil yujin ragu. takut kak juno tersulut emosi, soalnya kak mini beneran seberani itu ngomongin itu.
"gua udah bilang, gua yang bakal jagain dia. jadi, lu gak usah ganggu dia lagi, biarin dia sendiri dulu," pesan terakhir minhee sebelum akhirnya benar-benar menjalankan motornya.
"maaf, pasti karena omongan gua tadi, lu bakal berantem besar sama si juno," ucap minhee penuh penyesalan.
mereka kembali lagi ke taman itu, tempat dimana yujin menceritakan keluh kesahnya kepada minhee.
"kak mini hari ini emang lagi mode keren, ya?" balas gadis itu terkekeh.
"hah?"
"tadi, makasih."
minhee diam, menatap serius yujin. "lu gak sedih?"
yujin menggeleng, senyuman juga masih setia menghiasi wajahnya. "enggak, soalnya kak minhee keren banget."
"serius, ding."
"ini aku serius, kak."
minhee mendengus pelan, "awas aja kalo nanti malem tiba-tiba nangis lagi."
"enggak, aku janji." gadis itu menyodorkan jari kelingkingnya, mengajak minhee untuk membuat janji bersama.
pemuda itu tersenyum kecil, lantas ikut menyodorkan jari kelingkingnya. saling mengaitkannya pada jari yujin.
"gua juga mau janji," kata minhee ketika jari mereka masih saling terpaut.
"apa?"
"ketika lu nangis, gua yang bakal ngehibur lu pertama kali.
yujin mengerucutkan bibirnya, "gak mau, janji yang lain dong. kan aku gak bakal nangis lagi."
"ya udah, gua janji bakal jadi alesan lu buat senyum di pagi hari."
"GELIII," rengek yujin. "tapi gapapa deh, aku suka."
"bilang aja lu salah tingkah, dasar bocah."
"bukannya kakak yang salah tingkah? itu kupingnya jadi merah."
minhee menunduk—kebiasannya ketika malu ataupun salah tingkah. malu banget ketauan gebetan sendiri salah tingkah.
yujin malah ketawa, yang berkali-kali malah ngebuat malunya minhee makin bertambah.
"ada janji yang lain gak, kak? ini kelingkingnya belum lepas tau daritadi," ocehnya.
minhee kembali mendongak. "gua bakal jagain lu."
"dikira aku monyet apa harus dijagain," keluh yujin.
"iya lu monyet, gua pawangnya."
"JELEK BANGET."
"yang penting kan selalu bersama."
yujin memukul pelan pundak minhee. "NYEBELIN," teriaknya yang diakhiri tawa mereka bersama.
—
cringe cringe bunyi sepeda
KAMU SEDANG MEMBACA
ica ica✓
Fiksi Penggemar(𝘧𝘵. 𝘬𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘪𝘯𝘩𝘦𝘦, 𝘢𝘩𝘯 𝘺𝘶𝘫𝘪𝘯) -kata orang sih, iseng-iseng berhadiah. coba tanya minhee, bener ga? [!] lowercase