Pengakuan

239 27 14
                                    

Mata kecilnya perlahan terbuka, pelupuk matanya bergetar, mencoba sekuat tenaga memfokuskan pandangannya. Ia tidak dapat melakukannya dan kembali menutup matanya. Namun, indera lainnya masih berfungsi. Ia masih dapat mendengar suara roda yang berjalan, beberapa kaki orang yang terburu-buru serta mencium bau anyir darah dari cairan lengket yang mengalir di wajahnya.

"Kita butuh operasi. Tapi, tidak ada keluarga yang bisa dihubungi."

"Bagaimana anak ini bisa disini?"

"Mereka sendiri yang menelepon nomor darurat."

"Bagaimana ini, Sunbae?"

"Lakukan perawatan darurat terlebih dahulu. Setelah itu, kita akan menunggu hingga prosudurnya terpenuhi."

Ah—mungkin ia akan berakhir hari ini. Ia memang tidak mempunyai siapapun. Tidak masalah untuknya berakhir kapanpun. Akan tetapi, satu hal yang ia sesalkan. Ia tidak dapat menemuinya untuk terakhir kali.

"Woo...jin..."

***

"Hei, hei! Kang Daniel!"

Matanya berkedip beberapa kali. Di tengah kesibukan dengan secangkir kopi di gelas plastiknya, pemuda itu malah asik melamun.

"Hei, semua sudah bersiap. Kenapa kau malah melamun?"

Daniel tertawa canggung, "Iya, iya, aku akan segera ke sana. Kau duluan saja. Aku mau habiskan ini dulu"

"Cepat yah!"

"Iya, iya"

Tadi adalah teman sejawatnya, Ha Sungwoon. Pemuda itu memang berisik dan suka mengeluh akan tetapi berkat dirinya, sebagian acara dapat teratasi. Daniel menghela nafas, meneguk kopi dan kembali bekerja.

Acara ini terbangun karena kesalahannya. Salah satu senior meminta izin untuk mengadakan acara festival pada bertepatan dengan acara ulangtahun sekolah. Ia tau sekolah akan sulit mengeluarkan dana dan senior itu berjanji akan mencari cara untuk mengatasi keuangan acara tersebut. Tidak di sangka caranya dengan memungut uang secara illegal pada anggota OSIS lainnya. Bahkan uang tidak bisa dikembalikan karena sebagian telah dipakai untuk peralatan. Karena itu, mau tidak mau dengan uang yang tersisa, mereka merencanakan acara pentas kecil di jalan. Dengan beberapa koneksi dan sponsor, acara kecil itu bisa menghasilkan uang yang cukup untuk mengatasi masalah mereka.

Masalah ini juga melibatkan banyak orang. Tadinya ia ingin mengatasi masalah ini sendiri, tapi wakilnya mengingatkan uang yang mereka harus kembalikan cukup besar. Sehingga, ia terpaksa mengikuti rencana sang wakil.

Daniel tersenyum tipis. Hal yang tidak buruk dalam acara ini adalah ia dapat melihatnya. Pemuda kecoklatan yang bersemangat membawakan barang. Lucunya, pemuda itu diam-diam membawakan barang yang ia butuhkan. Jelas sekali, Daniel menyadarinya. Tidak mungkin tidak menyadari setiap kali ia mengatakan sesuatu seperti sihir benda tersebut ada di sana. Pemuda itu ketahuan setelah ke empat kalinya. Hanya karena kakinya yang sedikit terkilir, bahkan sekarang sudah tidak sakit untuk berjalan.

Siang hari, setelah istirahat. Grup dance tampil, dalam kerumunan ia menyadari seseorang. Pemuda tan itu. Daniel tak dapat menahan senyumnya, senyum sebuah kebanggaan. Ia teringat bagaimana dulu ia tampil bersamanya, pemuda itu sangat takut sampai menggetarkan punggung miliknya. Sekarang, ia berdansa tanpa keraguan dengan wajah seriusnya. Di tengah-tengah dansanya terkadang ia tersenyum dengan gigi gingsul manisnya. Senyum Daniel tidak bisa lekat dari wajahnya, matanya terus menerus mengikuti gerakan pemuda itu. Pandangan mereka bertemu. Pemuda itu terlihat terkejut kemudian mengalihkan pandangannya. Sontak Daniel tertawa melihat hal itu.

Jinnie My Kitty (NielCham)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang