Red String

427 57 40
                                    

Aku membencinya, pria itu. Pria yang selalu menunjukkan punggungnya pada kami.

"Aku membencimu, Ayah"

***

Pemuda itu berjalan dengan cepat menuju ruang kelasnya. Botol mineral yang di bawanya di hentakkan ke meja. Memandangi jendela tempatnya duduk. Memapah pipinya dengan wajah masam.

Teman-teman nya yang sedang asik mengobrol berhenti, saling menoleh pandang bertanya-tanya, ada apa dengan pemuda itu.

"Kau kenapa?" Tanya pemuda ikal itu berbasa-basi.

"Apa akhirnya ada yang menolakmu?" Sambung pemuda yang lebih kecil di sampingnya.

Pemuda itu menggerakkan meja saking kesalnya. "Aish! Aku kesal sekali dengan anak itu!" Keluhnya. Mereka kembali saling pandang, bertanya siapa yang di maksud olehnya.

"Siapa? Sepupunya Jihoon?"
"Jihoon punya sepupu? Aku baru mendengarnya? Seperti apa orangnya?"
"Kurang tau tanya saja, Daniel"

Daniel menoleh ke arah Jaehwan dengan pandangan mematikan, pemuda ikal itu hampir melarikan diri dari tempatnya.

Daniel membuka botol minum yang baru ia beli, meneguknya sekaligus hingga tersisa sedikit air di dalamnya.

"Dia itu dekil, tidak sopan, kasar dan menyebalkan!"

"Ah..."

Respon keduanya, tak pernah Daniel sejarah ini pada seseorang walaupun seseorang menumpuknya dengan bola baseball secara sengaja. Pemandangan langka bagi keduanya.

"Dia.... Beraninya menampar wajahku keras sekali. Aku hanya mengatakan pernah bertemu dengannya. Menjengkelkan sekali"

Pemuda kecil itu menolehkan wajah Daniel memeriksa kondisi wajahnya, memang terlihat merah, goresan juga bekas cakaran kuku juga terlihat di pipinya.

"Hm, kau bertemu dengan kucing yang ganas"

Ujar pemuda kecil itu sambil terkekeh. "Huh!? Kau bercanda Sungwoon? Kucing? Ia lebih terlihat seperti anjing gila!"

Jaehwan memapah dagu sambil memperhatikan pembicaraan keduanya.

"Menurut ku lebih mirip kucing, matanya yang kecil dan juga gigi gingsulnya. Bukannya ia sangat manis"

Daniel berdecak kesal, sedikit mengacak-acak rambutnya. "Sudahlah jangan membicarakan tentangnya lagi..."

Matanya menelisik ke seluruh ruang kelas. "Dimana Minhyun?" Keduanya ikut menelisik juga.

"Ah, dia ada di ruang OSIS. Biasalah, murid teladan" ujar Sungwoon.

"Apanya yang murid teladan, seharian di ruang OSIS sendiri, ia lebih mirip sosiopath" sambung pemuda ikal itu malas.

"Jangan memberi julukan sembarangan hanya karena proposal mu di tolak"

"Aku mengatakan hal ini bukan karena itu, dia memang agak aneh. Benarkan Daniel?"

Daniel berdiri kemudian berkata. "Apa yang kau katakan. Dia wakil ketua terbaik yang pernah ada. Jika ada orang yang aneh itu kau"

"Ya, perlu banget mengatakan hal itu pada temanmu!"

Tanpa menghiraukan perkataan Jaehwan ia pun pergi. Kini Jaehwan yang memangku wajahnya dengan wajah masam.

"Aish... Si Daniel itu, kita berteman sudah lama tapi rasanya aku tak pernah memahaminya"

"Kau yang tak pernah bisa di pahami, ia hanya bersikap objektif"

"Teman tidak memandang objektif, bukankah saat seperti ini kita lebih membela teman"

Jinnie My Kitty (NielCham)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang