Not Right

175 18 28
                                    

Pemuda itu membuka pintu, melihat sang pasien yang terbaring dengan mata tertutup kini membuka matanya, menoleh dengan pandangan kosong. Sesaat perasaan bersalah mengalir deras dalam hatinya, ia menggenggam erat keranjang buah yang dibawanya, memberanikan diri mendekati dan menaruh buah itu untuk sekedar duduk menatapnya. 

Hening. Ia tidak tau memulai dari mana. Tatapan pasien yang mengarah padanya beralih pada jendela di dekatnya. Masih tak mengatakan apapun. Pemuda itu melonggarkan tenggorakan dengan berdehem kemudian mulai berbicara. 

"Apa kau sudah baikan?"

"..."

"..Hm...suara burungnya sangat bagus, yah... aku jadi teringat waktu kau kecil kau menangis karena burung kecil yang kau beli mati dan memutuskan untuk tidak membeli lagi karena takut menyakitinya. Padahal kau sangat menyukainya. Pada akhirnya, kau selalu pergi ke taman pagi-pagi hanya untuk mendengarkan suara burung. Kau bahkan tersesat di jalan, untung saja aku menemukanmu. Kau sangat membuat panik semua orang..."

Pemuda itu terhenti saat sang pasien menggenggam erat selimutnya. Ia telihat cemas dengan cerita itu. Pada akhir cerita bukan hanya tersesat, ia bahkan sempat hampir tenggelam dan pulang dengan luka-luka. Setelah pulang, ibunya memarahi habis-habisan. Namun, bukan itu titik permasalahannya. "Menyusahkan", kata itu keluar diantara banyak omelan hingga membuat anak kecil yang terluka bergetar hebat. Itu hanya amarah sang Ibu yang sangat khawatir dengan anaknya, namun tidak dikeluarkan dengan cara yang baik, menurutnya begitu. 

Setelah mengingat hal ini, ia baru menyadari, hal itu akan menghancurkan hati sang anak. Ia baru saja terluka dan tersesat tentu saja ia butuh kenyamanan dari perasaan takutnya. Tapi, tidak ada yang perduli dengan perasaan. Setelah ibunya selesai membalut lukanya, ia terus meminta maaf, tapi hati Ibunya terlalu dingin untuk menghiburnya. Bukan hanya itu, ia juga tidak membantu menghibur, hanya ikut menasihati. Sedikit ia merasakan hal yang janggal, tidak pernah terpikir itu membuatnya semakin sedih. Anak itu hanya menggangguk mengerti, setelah ia memberikan player miliknya dan memberitahukan cara memasukkan suara-suara yang disukainya. Senyum anak itu kembali ceria dan menganggap permasalahan itu selesai. 

Tapi, ternyata goresan di kaca tetap akan menimbulkan bekas. Semakin ia berbicara, goresan itu semakin nyata. Karena itu ia memutuskan untuk diam kembali. Setelah itu, ia sangat canggung terutama saat berhenti di tengah. Ia mengambil sesuatu hanya untuk menjadikan kesibukan. Hal yang berada di dekatnya hanya buah-buahan. Ia mengambil apel dan mengupas kulitnya membentuknya seperti kelinci yang lucu. Ia tertawa melihat betapa menggemaskannya kelinci itu dan membanggakannya pada pasien di dekatnya. 

"Lihat, Donghyun. Kelinci ini sangat lucu... tuing...tuing.. ayo buka mulut, Donghyun-ah, kelincinya mau masuk...Ah!"

Saat ia memainkan kelinci seolah kelinci itu melompat-lompat ingin masuk ke mulut Donghyun. Tapi tangannya di tepak hingga kelinci apel itu jatuh ke lantai. Ekspresinya begitu kecewa dan hampir saja suara omelan yang kesar keluar dari mulutnya. Saat melihat goresan besar di sekitar garis dagunya, ia terhenti. Tentu saja Donghyun menolak, akan sangat sakit ketika ia membuka mulutnya. Karena itu ia tidak berbicara. Seketika itu, aura negatif menyelimuti. Tanpa sadar ia menarik tangan Donghyun pelan. Menuliskan karakter di telapak tangannya yang memutih. 

[Apa itu sangat sakit?] , tanyanya. Pupil Donghyun mengecil, pemuda itu membuang wajahnya. Ekspresinya sangat rumit. Ia tidak terlalu paham, ia rasa Donghyun mengatakan sesuatu seperti "Untuk apa kau perduli?". Karena itu ia menuliskan sesuatu lagi. 

[A.I.U.E.O], Donghyun menjadi bingung hingga memiringkan kepalanya. Ia pun tertawa. "Hehe, apa kau pikir aku mengatakan sesuatu? Kau tertipu", ekspresi Donghyun yang datar membuatnya memelankan tawanya dan mulai berdehem untuk mengatasi rasa malu itu. "Donghyun masih marah pada Hyung?" katanya dengan nada manis. Kali ini wajah nya terlihat serius walaupun masih dingin. Ia membalikkan tangan yang di pegang, kemudian mulai menuliskan sesuatu. 

Jinnie My Kitty (NielCham)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang