Prolog

752 74 10
                                    


Daehwi-ya, aku akan pergi. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Status dan keistimewaanku tidak ada bandingannya dengan hidup bersamanya. 

Somi-ya, kau yakin? Cinta merupakan hal yang fana, ia datang dan pergi di hati manusia. Kau terjebak oleh hal itu. Memiliki perasaan pada manusia merupakan hal yang tabu. Pikirkan kembali, jika kau menyesal di kemudian hari. Kau tidak akan pernah kembali ke tempat  yang sama.

Perempuan manis itu mengangguk, tersenyum dengan lebar. Somi adalah penjelmaan dewi kucing, bertugas melindungi kucing-kucing yang tertinggal di bumi. Kucing merupakan hewan yang suci, hewan yang paling bersih dibandingkan dengan hewan lain. Itu yang diketahui manusia, dibalik itu semua manusia tidak mengetahui. Hewan tersebut diturunkan dari langit ke bumi untuk menjaga manusia dari siluman dan roh jahat yang menggangu keseimbangan antara dunia manusia dan dunia roh.

Namun, manusia tidak tau rasa berterima kasih. Ketika kucing hanya menyapa mereka sudah mempersiapkan air dan sapu untuk mengusir nya. Tidak ada persembahan makanan, yang ada mereka diberikan makanan dengan racun di dalamnya. Membunuh para kucing agar tidak menguasai wilayah mereka. 

Suara para kucing di malam hari merupakan tanda bagi mereka untuk mengusir para roh dan siluman jahat. Suara itu merupakan gangguan bagi manusia, mereka terkadang menimpuki para kucing itu agar terdiam.

Demi seekor kucing bumi. Somi merelakan posisi nya sebagai dewi, meninggalkan singgasana khayangan dan turun ke bumi. Daehwi tidak dapat menghentikannya. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan sahabatnya yang terlampau polos pergi sendiran. Ia pun mengikuti nya.

Memperhatikan bagaimana Somi sang kucing kecil berjuang mencari pujaan hatinya, terkadang ia kelaparan dan kehausan. Di pukul oleh para manusia, yang hanya dapat dilakukan pemuda itu melihatnya. Menolong dan melindungi kucing merupakan tugasnya. Namun, ia tak dapat ikut campur jika kucing tersebut dalam sebuah kutukan. 

Kutukan yang di dapat karena menodai tubuh sucinya, ia di sidang oleh para dewan dan diputuskan untuk menjalani upacara pembersihan. Somi tau, upacara itu akan menghilangkan ingatannya tentang makhluk yang dicintainya. Ia memilih untuk kabur ke bumi, namun ia sudah di tandai oleh mereka. Somi pun kehilangan kekuatannya dan menjadi kucing biasa.

Menjadi kucing kecil biasa yang tak mempunyai kekuatan apa-apa, Somi terlihat sangat bahagia. Terutama ketika ia bertemu kembali dengan kucing bumi yang ia cari selama ini, mereka terlihat sangat bahagia ketika bertemu.

Daehwi hanya dapat tersenyum, jika memang kebahagiaan nya berada di sana. Ia tak dapat mencegah temannya itu. Daehwi yang tadinya memutuskan untuk pulang, berada di bumi sebentar, mengobati kucing kecil yang terluka parah akibat keisengan manusia. Hatinya geram sekaligus khawatir. Untuk yang terakhir kali, ia kembali ingin melihat sahabatnya. 

Ia hanya tersenyum, hingga kecelakan itu terjadi. Sebuah sepeda melaju dengan sangat cepat ke arah kedua kucing itu. Sepeda itu menabrak salah satu di antara kedua kucing itu. 'Menggilasnya bersamaan dengan batu tajam yang terletak di dekatnya. Manusia yang menabraknya terdiam, tanpa melihat keadaan sang kucing. Ia pergi begitu saja.

Somi menangis melihat kucing hitam di sebelahnya, bergeletak tak berdaya. Kekuatan, jika saja ia punya kekuatannya. Ia bisa menolongnya. Namun, apalah daya kekuatannya telah direnggut. 

"Daehwi-ya, Daehwi-ya. Tolong dia, gunakan kekuatanmu untuk menembuhkannya"

Daehwi menggeleng, ia tak bisa ikut campur dengan urusan Somi. Itulah peraturannya. Seorang yang berdosa tidak mempunyai hak untuk di tolong. Mereka harus menjalani hukuman atas dosanya. Hukuman untuk Somi, menelan penderitaan atas cinta yang dipilihnya. 

Perlahan kucing itu mulai mengeluarkan banyak darah. Nafasnya tersengal-sengal, ia sedang sekarat.

"Jika kau kembali, jika kau kembali dan mengulang proses pembersihan. Mungkin, kucing itu akan kembali hidup"

Somi agak ragu, namun ia tak punya pilihan, setidaknya ia ingin kucing itu tetap hidup. Walaupun ia tak akan pernah mengingatnya lagi. Itu lebih baik. Ia kembali, memohon ampunan pada para dewan. 

"Tolong, tolong selamatkan kucing itu sebagai ganti dari ingatanku"

pintanya. Permintaannya ditolak, kucing yang sudah diambang kematian bukan urusan para dewa. Tugas itu beralih pada malaikat kematian, kucing itu telah dilingkari oleh api kematian. Dewa tidak berhak mencampuri hal itu. 

Bola mata yang besar dari perempuan cantik itu membulat. Ia berlari dari sana dan turun kembali ke bumi. Sesampainya di bumi, seorang malaikat kematian sudah mencabut nyawa kucing itu.

  "T-tidak, TIDAK! Jangan ambil, kembalikan, kembalikan nyawanya kembali ..." Somi terisak di bawah kakinya.

"Kumohon, kembalikan, kembalikan dia, aku berjanji tidak akan pernah bertemu dengannya lagi"

Takdir tidak dapat di rubah, garis takdirnya sudah di tentukan. Satu pesan untukmu. 'aku mencintaimu, maaf meninggalkanmu lebih dulu, tetaplah bahagia walau tak bersamaku' 

Malaikat maut itu pun menghilang, Somi kembali menjadi kucing, menangis sejadinya. Pilu dirasakan oleh Daehwi melihat sahabatnya. 

"Aku mengutuknya. Aku mengutuk manusia yang telah membunuhnya" Ucapnya keras. 

"Somi, lebih baik kau kembali"

Somi menggeleng dan memeluk mayat kucing itu. Ia tak henti-hentinya menangis, tak sejenakpun meninggalkan mayat itu. Hujan, panas tak dihiraukan. Hingga tubuhnya tak kuat dan ia pun terjatuh sakit.

Daehwi mengangkat tubuhnya dari sana, membawanya kembali ke khayangan. Menaruhnya di air suci di sana, tubuh Somi kembali ke keadaan semula. Namun, Somi tak kujung bangun. Ia dalam status koma, jiwanya masih belum menerima kematian dari kekasihnya. 

Aku mengutuknya. Aku mengutuk manusia yang telah membunuhnya

Permintaan nya sebagai seorang kucing telah di teriakkan. Daehwi akan menghukum manusia itu, manusia yang telah membuat sahabatnya menderita. Ia kembali ke bumi, bocah berkulit kecoklatan itu masih melajukan sepedanya dengan cepat sama seperti waktu itu. Daehwi memunculkan sebuah batu tepat di tengah, membuat bocah itu kehilangan kendali atas sepedanya. 

Bocah itupun terpental dari sepedanya akibat rem mendadak. Daehwi berdiri di depannya, memberikan penglihatan untuk bocah itu. Wajah bocah berusia sekitar sepuluh tahun itu memucat, keringatnya bermunculan. 

"H-hantu ..."

"Hantu?"

Daehwi terkekeh sebelum melanjutkan. "Kalian manusia memang tak tau diri, kami adalah dewa kucing. Aku datang memberikan keadilan pada kucing yang menderita akibat ulah manusia. Park Woojin, usia sepuluh tahun. Dinyatakan bersalah atas dosanya menghilangkan nyawa seekor kucing. Penuntan dilakukan oleh kucing putih, Somi"

"A-aku tidak sengaja, maaf, maafkan aku ..."

Bocah itu tersungkur dan memohon, namun Daehwi menghiraukannya. "Dosa dibayar dengan sebuah hukuman. Penuntutan telah dilakukan, terimalah hukuman dari dosamu. Rasakan, perasaan yang sama yang di derita olehnya"

Sebuah cahaya mengelilingi Woojin. Tubuhnya kian mengecil, bulu bermunculan dan akhirnya tubuhnya berubah sempurana menjadi seekor kucing kecil dengan bulu keemasan. 

"Kau akan berubah kembali menjadi manusia setelah mengorbankan seseorang yang kau cintai"


Jinnie My Kitty (NielCham)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang