P r o l o g°||

145 15 0
                                    

Adzkia POV

Saat ini aku berada di ruang perpustakaan bersama keempat sahabataku. Perkenalkan saja namanya Laras, Sindy, Sandy dan Erlina.

Sindy Sandy ini anak kembar beda 2 menit dan yang sungguh! Membuatku ingin memiliki kembaran juga seperti kakak kakakku.

Bahkan aku sangat heran, kenapa banyak sekali kandidat anak kembar yang berada di sekelilingku. Itu membuatku iri dan ingin memiliki hal serupa
Tapi ingat! Iri itu ngak boleh sama Allah! Hehe

Sejarah Peradaban Islam adalah topik yang sedang aku bahas dengan keempat sahabatku ini.

Aku beri tahu ya, Laras ini orangnya cantik bahkan bisa dibilang nyaris sempurna dengan segala kelebihannya. Tidak sepertiku yang menjadi terpendek diantara keempat sahabatku ini. Sedangkan Erlina biasa dipanggi Ina salah satu sahabatku yang paling heboh.
Bayangkan saja sebuah aplikasi yang didahului dengan sebuah lagu yang berakhir dengan joget joget tak menentu menjadi salah satu kegiatan yang membuatnya candu

Aku tidak tahu. Apa itu faedahnya, yang aku tahu joget joget seperti itu hanya usaha pengeluaran keringat, namun banyak temanku yang menyukai bahkan mereka melakukannya satu kelas full.
Catat tidak termasuk aku yaa.

Semua orang disini memanggilku Adzkia, tapi tidak untuk sahabatku ini yang memanggilku seenak mereka. Teruntuk khusus keluargaku mereka memanggilku dengan sebutan Huda. Katanya biar etis saja begitu.., hihi bagus juga sih

Aku nyaman dengan keluargaku. Bahkan sangattt nyaman hanya saja hukuman keluarga yang kadang membuatku agak kesal. Semboyannya begini "Salah satu kali, hafalkan 1 lembar ayat suci dalam satu hari". Lumayan sulit. Namun mau bagaimana lagi

"Adzkiayang keluar yuk. Aku dah penat dengan ujian hidup ini" seru Ina dengan suara bar - barnya

"Iya donggg, mie ayam enak deh kayanya " lanjut Laras

Sudah ku bilang kan mereka akan memanggil aku dengan nama seenaknya dan aku hanya mampu mendengar sembari menahan kesabarankun

Aku bukan dari anak berkalangan tinggi, namun aku juga bukan termasuk anak berkalangan rendah, alhamdulilah nya, aku termasuk dalam keluarga yang berkecukupan.

Katanya aku polos? Entahlah. Aku sendiri tidak tahu apa yang membuatku selalu menuruti apa yang dikatakan orang jika mereka memerintahku kecuali dalam hal yang buruk.

Setelah aku membereskan semua bukuku aku mengikuti keempat sahabatku dari belakang. Mereka lupa apa bagaimana, padahal yang diajak aku tapi kenapa malah aku ditinggal.

"Kia cepetan sih. Kita udah laper tau" kalimat Sindy membuatku tersadar bahwa aku harus cepat cepat berjalan ke arah depan.

"Ya udah ayok,. Kia juga laper dari tadi" ucapku menurut sembari membenarkan tas diselempangan dan bros pandaku,

"Kuyyyy" kompak mereka berempat tanpa malu di ruang perpustakaan ini.

Hal ini sontak membuatku terperanjat kaget. Aku hanya bis ber istighfar dan mengelus pelan dadaku.

"Jangan teriak teriak ih. Kia gampang jantungan tau" kataku agak kesal.

Mereka yang kutegur hanya cengengesan tidak jelas.

Kantin bukanlah hal jauh yang harus dilalui dengan pesawat cukup belok kanan dari perpustakaan dan kami sudah sampai ditempat. Hanya saja sewaktu aku berbelok dua murid laki laki menabrakku, aku kesal bukan main.

Setelah kulihat bedge kelasnya berwarna hijau aku yakin laki" ini berasal dari angkatanku, bukannya menolong mereka malah saling menyalahkan

Setangguh Cinta Al Azhar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang