1

26 4 0
                                    

"Selamat ya, Shil."

"Wah, makan-makan nih kita."

"Hebat juga kamu. Baru beberapa bulan di sini dan sudah bisa naik pangkat jadi ketua di divisi kita."

Shilla hanya tersenyum malu mendapat pujian dari teman-temannya. Tak dapat dipungkiri, hatinya kini sangat senang. Jabatan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya bahkan bisa ia raih dalam waktu enam bulan. Mungkin, ini semua karena kerja kerasnya selama bekerja.

"Makasih, semuanya. Nanti malam kita makan ya, aku yang bayar." Ucap Shilla. Ia merasa harus berbagi kebahagiaan dengan teman-temannya. Karena tanpa mereka, Shilla yakin tidak akan mendapat posisi ini.

Semua temannya bersorak senang. Setelah ribut membicarakan perihal makan malam nanti, mereka semua kembali ke komputer mereka masing-masing dan melanjutkan pekerjaan mereka.

"Hei, Shilla." Ucap Arvin. Pria itu tengah membawa setumpuk kertas dan melewati meja Shilla.

"Arvin! Aku tidak melihatmu tadi." Ucap Shilla seraya cemberut. Alvin terkekeh.

"Aku tadi mengambil ini di ruang fotokopi. Selamat ya, aku turut senang. Kita harus jalan-jalan akhir pekan ini." Ucap Arvin. Shilla mengangguk.

"Nanti malam jangan lupa ikut makan malamnya ya, Vin." Shilla menatap Arvin dengan tatapan memohon.

"Bukankah itu hanya divisimu? Aku kan bukan divisi editorial." Ucap Arvin. Shilla menggeleng.

"Kamu tamu VIP." Ujar Shilla. Arvin tersenyum dan mengangguk.

"Iya. Nanti aku ikut. Aku lanjut dulu ya. Semangat kerjanya, Shil." Ujar Arvin. Ia mengusap kepala Shilla sekilas dan berlalu menuju ruangan manager.

Wajah Shilla memerah malu. Ia senang memiliki pacar yang sangat baik dan romantis. Di samping kesuksesannya sekarang, Arvin lah yang banyak berperan di hari-hari berat Shilla. Pria itu selalu ada di saat Shilla membutuhkan, begitupun sebaliknya. Shilla berharap kebahagiaan ini dapat berlangsung selamanya.

°°°

"Mbak, saya pesan satu teh manis, satu dendeng, satu telur, dan satu ayam, ya." Ucap Gilang dengan semangat.

Erina yang mendengarnya pun langsung menyenggol lengan Gilang, "Lang, yang bener aja."

"Lumayan Rin, mumpung makan gratis." Ucap Gilang.

"Ya aku tahu, tapi yang ada kamu kekenyangan." Ucap Erina.

"Sekali-sekali lah, Rin." Ucap Gilang sambil terkekeh. Erina yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya. Di sisi lain, Shilla tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya.

"Shil, ah, apa harus kupanggil senior?" Canda Arvin.

"Hahaha.... Apaan sih Vin, tapi idemu boleh juga, panggil aku senior." Ucap Shilla.

"Memangnya aku bicara apa tadi?" Ucap Arvin yang bertingkah seolah-olah lupa dengan apa yang ia katakan.

"Gak usah pura-pura lupa." Ucap Shilla.

"Baiklah, Senior Shilla. Oh iya, soal jalan-jalan di akhir pekan, bagaimana kalau kita melakukannya hari ini?" Ucap Arvin.

"Hari ini?" Tanya Shilla.

"Iya, cukup traktir aku dengan cokelat panas di Taman Lampion." Ucap Arvin. Shilla terlihat berpikir sebentar.

"Bagaimana? Setuju?" Tanya Arvin.

"Setuju." Shilla mengangguk dan tersenyum kepada Arvin.

Berbagai macam makanan yang telah dipesan datang, memenuhi meja panjang.

UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang