"Ibu... ayolah. Aku ingin cepat bermain!" Rengek Rina. Anak itu bergelayut manja di lengan Shilla.
"Rina, tunggu sebentar sayang. Ibu ingin menghubungi ayahmu agar ia bisa menyusul kita nanti." Ujar Shilla. Setelah mendapat nomor suaminya, Shilla menelepon nomor tersebut.
"Halo? Ada apa, Shil?"
"Halo, aku dan anak-anak ingin pergi ke mall di pusat kota. Reno membutuhkan tas baru dan Rina ingin bermain di sana. Tapi, sebelumnya kita ingin mengunjungi tempat itu." Ujar Shilla. Ia menarik pelan lengan Reno yang tengah duduk manis dengan buku di tangannya.
"Ayo, nak." Bisik Shilla. Reno mengangguk dan mengikuti gerakan Shilla menuju pintu rumah diikuti Rina.
"Baiklah. Hati-hati, hun."
"Okay, see u soon." Shilla mematikan sambungan telepon dan menaiki sebuah taksi online pesanannya bersama kedua anaknya.
"Ibu? Kenapa kita ke arah sini? Ini bukan arah mall yang ingin kita tuju." tanya Rina.
"Kau ini berisik sekali." Gerutu Reno di sampingnya.
"Ck. Kau saja yang terlalu pendiam. Dasar kutu buku!" Seru Rina.
"Tapi aku pintar." Balas Reno dengan tatapan mengejek.
"Aku juga pintar!" Rina tak mau kalah hingga akhirnya Shilla mengenggam tangan Rina untuk menenangkan gadis kecilnya.
"Rina, kau tidak boleh mengejek saudaramu. Ayo, minta maaf." Shilla menyodorkan tangan Reno.
"Tidak mau!" Ucap Rina seraya memalingkan mukanya. Shilla tersenyum. Melihat tingkah Rina, Shilla teringat pada seseorang yang sangat mudah merajuk seperti ini.
"Hah... baiklah, Bu. Biar aku saja yang minta maaf. Maafkan aku, Rin." Ujar Reno mengalah. Ia tak ingin membuat keributan. Laki-laki itu cenderung lebih suka keadaan sunyi, berbanding terbalik dengan kembarannya yang sangat hobi membuat keributan.
"Tapi kamu tidak salah, sayang." Ujar Shilla seraya mengusap kepala Reno.
"Tidak apa-apa." Ucap Reno seraya tersenyum. Ia kembali sibuk pada pemandangan di luar kaca mobil.
Tak lama, mobil berhenti di sebuah pemakaman. Di sana, Shilla dan anak-anaknya turun. Setelah membayar, mereka bertiga memasuki kawasan pemakaman.
"Kenapa kita pergi ke sini?" tanya Rina.
"Karena kita akan mengunjungi seseorang." Jawab Shilla. Ia menggenggam tangan kedua anaknya. Perempuan itu menyempatkan diri untuk membeli taburan bunga serta air mawar sebelum akhirnya menemukan makam yang dimaksud.
"Ibu, aku mau pulang saja! Di sini menyeramkan!" Seru Rina memberontak.
"Rin, kalau kau membuat keributan, arwah-arwah di sini akan marah dan menghantuimu." Ujar Reno santai.
"B-benarkah?" Tanya Rina takut.
"Ya, tentu saja." Jawab Reno.
"Baiklah. Aku akan diam." Ujar Rina kemudian cemberut. Shilla hanya terkekeh melihat aksi kedua anaknya.
Perempuan itu duduk di samping makam seorang laki-laki. Di tengah terik matahari yang sangat menyengat, ia tetap tersenyum dan mengusap nisan dari makam tersebut.
"Halo, Arvin. Sudah lama, ya?" Ucap Shilla seraya tertawa kecil. Ia membersihkan rumput-rumput yang ada di makam tersebut dan menaburinya dengan bunga segar dibantu oleh Rina dan Reno.
"Apa kabar, Vin? Aku sangat merindukanmu." Ujarnya lagi.
Shilla menyiram makam Arvin dengan air mawar dan menatapnya seraya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen
Teen FictionShilla tidak percaya dengan apa yang tidak terlihat. Namun, pemikirannya berubah setelah kejadian mengerikan itu terjadi padanya. Berkat yang tidak terlihat itulah, kini Shilla tetap bisa hidup dengan tenang tanpa gangguan apapun.