11

10 4 0
                                    

Shilla susah siap berangkat ke kantor. Namun, hingga sekarang Reza belum juga bangun. Mungkin dia kelelahan kemarin, batinnya. Shilla kemudian menulis note dan menempelkannya di kulkas.

Reza, aku berangkat ke kantor dulu. Aku sudah tinggalkan sarapan di bawah tudung saji. Jika kamu mau keluar, aku meninggalkan kunci cadangan di atas meja dekat TV.

Arvin tiba-tiba muncul dan membaca note yang Shilla tempelkan di belakang Shilla.

"Ok." Ucap Arvin tiba-tiba. Shilla kaget dengan jawaban tiba-tiba Arvin di tengah kesunyian.

"Ah! kau selalu saja membuatku kaget." Ucap Shilla. Shilla kemudian menatap Arvin dengan serius dengan menyilangkan tangannya.

"Arvin, tolong jangan ganggu Reza selama aku ada di kantor." Ucap Shilla

"Hmm, bagaimana ya? Biar aku pikirkan dulu." Ucap Arvin, kemudian ia menghilang.

"Hei! Bagaimana bisa kamu menghilang begitu saja?!" Ucap Shilla. Tetapi, Arvin tidak juga muncul.

Kalau begini jawabannya, sudah pasti ia akan mengganggu. Ck. Maafkan aku Reza, batin Shilla.

Shilla kemudian mengunci pintu dan berangkat menuju kantor.

°°°

Reza baru saja bangun dari tidurnya. Ia sangat kelelahan kemarin. Tapi, surveinya membuahkan hasil. Dia mendapat kontrakan yang bagus dengan harga cukup terjangkau di dekat kantornya.

Reza keluar dan melihat note di kulkas. Ia membuka tudung saji dan melihat satu piring nasi goreng. Reza memutuskan untuk membuat satu telur mata sapi untuk melengkapi sarapannya. Ia kemudian mengambil toples garam dan kemudian mengambil telur dan wajan.

Arvin yang melihatnya, mengganti toples garam dengan toples gula. Kemudian, ia tersenyum puas. Reza yang tidak menyadarinya meneruskan masakannya.

Reza memakan makanannya. Sedangkan Arvin melihat Reza dengan senyum jahilnya. Rasa manis itu telah sampai ke Reza hingga ia menunjukkan ekspresi aneh.

Aku yakin tadi aku mengeluarkan toples garam, batin Reza. Ia memutuskan untuk tidak memakan telurnya karena rasanya begitu aneh.

Setelah sarapan, ia memutuskan untuk bersantai sebentar. Ia menyalakan TV untuk mengusir kebosanannya. Ia terus menekan tombol power di remotenya. Tetapi, lampu hijau di TV selalu berganti menjadi merah kembali.

"Kemarin sepertinya TV ini baik-baik saja." Gumam Reza. TV tersebut memang baik-baik saja, dia hanya tidak tahu bahwa disana ada Arvin yang menekan tombol power di TV.

Reza menekan tombol  power untuk terakhir kalinya. Kali ini, Arvin membiarkan Reza karena ia sudah mempunyai ide yang lebih bagus.

Reza sedang menonton kartun ketika channel TV berganti tiba-tiba. "Ada apa dengan TV ini?" Ucap Reza, ia mengganti kembali channel TV. Tetapi, tiba-tiba volume TV semakin besar hingga ia terlonjak kaget. Reza segera mengecilkan volume dan mematikan TV.

"Masa bodoh dengan TV itu. Aku ingin mandi saja." Pikir Reza.

Saat ia ingin pergi ke kamar mandi, TV tersebut menyala kembali. Reza kaget untuk yang kedua kalinya. Reza kemudian menekan tombol power untuk mematikannya kembali. Sedangkan, Arvin sedang tertawa puas melihat ekspresi Reza yang mulai ketakutan.

Setelah mandi, ia memainkan ponselnya di kamar. Tetapi, tiba-tiba lampu kamarnya berkedap-kedip. Ia langsung pergi ke luar kamarnya.

"Sial. Hantu di rumah ini berulah lagi?!" Batin Reza. Ia segera mengganti pakaiannya dan membawa dompet, ponsel, serta kunci mobil miliknya.

UnseenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang