"Matamu sembab. Semalam menangis, ya?" Tanya Gilang saat jam makan siang.
Erina menyenggol lengan Gilang dan menatapnya tajam.
"Ahaha Shilla, kau tidak harus menjawab si bodoh ini. Abaikan saja dia dan makan yang banyak, okay? Ah, apa kau mau puddingku? Atau salad? Biar aku ambilkan." Ucap Erina. Shilla tersenyum.
"Santai saja, Rin. Aku tidak apa-apa." Ucap Shilla seraya tahu apa yang dipikirkan Erina.
"Oh! Bagaimana kalau hari ini kita karaoke? Manager sedang libur hari ini, jadi kita bisa pulang cepat, yay!" Seru Erina.
"Tapi aku juga atasanmu di divisi, loh." Canda Shilla. Erina cemberut.
"Oh ayolah...jangan terlalu kaku begitu. Kita juga perlu jalan-jalan. Benar kan, Lang?" Tanya Erina dan dijawab anggukan dari Gilang.
"Baiklah, apapun untuk kalian." Ucap Shilla. Ia berpikir bahwa dirinya pun juga butuh istirahat sejenak. Tiba-tiba, ponselnya berbunyi dan menampilkan nama Reza.
"Aku angkat telepon dulu ya." Ucap Shilla. Erina dan Gilang mengangguk.
"Ada apa, Rez? Apa hantu itu mengganggumu lagi?" Tanya Shilla.
"Ah, tidak. Aku justru mau bertanya padamu. Apa kau yang membereskan kamarku?" Tanya Reza. Shilla mengernyit bingung.
"Tidak, bukan aku." Ucap Shilla. Arvin tiba-tiba muncul di samping Shilla dan berkata,
"Itu aku. Aku hanya ingin berterima kasih karena kemarin dia sudah berhasil membuatmu berhenti menangis." Ucap Arvin. Shilla terdiam dan menatap Arvin.
"Ah, sepertinya aku lupa. Iya, saat kau mandi tadi pagi memang aku rapikan kamarmu. Hahaha." Ucap Shilla.
"Kau tidak perlu repot-repot, Shilla. Aku jadi merasa bersalah." Ucap Reza.
"Tidak apa-apa, kebetulan tadi pagi aku bosan." Ujar Shilla. Ia menatap Arvin yang kini tengah tersenyum dan duduk di samping Shilla.
"Itu Reza?" Tanya Erina. Shilla mengangguk.
"Berikan ponselmu padaku." Ujar Erina. Belum sempat Shilla bertanya, Erina sudah merebut ponselnya.
"Reza? Apa kau mau ikut bersama kami hari ini? Kita akan pergi karaoke." Ucap Erina bersemangat.
"Ah, ini Erina ya?" Tanya Reza. Gilang dan Shilla hanya memutar bola matanya kesal. Erina bilang Reza sangatlah tampan, jadi ia memutuskan untuk mendekatinya.
"Astaga, kau ingat aku?!" Seru Erina.
"Hahaha tentu saja. Hmm, karaoke ya? Boleh juga. Nanti aku akan pergi ke kantormu untuk menjemput Shilla. Kalian pulang jam berapa?" Tanya Reza.
"Jam empat sore. Jangan sampai lupa ya!" Seru Erina kemudian mengembalikan ponselnya pada Shilla.
Setelah memutuskan sambungan, Shilla menatap Arvin.
"Tidak apa-apa kan? Kau tidak perlu marah. Kami pergi berempat kok." Ucap Shilla.
"Hah...ya sudah. Aku tahu kau sangat perlu refreshing." Ujar Arvin setengah tak ikhlas.
"Apa Arvin ada di sini?" Tanya Gilang.
"Dia di sebelahku." Ujar Shilla.
"Hahaha, pasti sekarang dia cemburu melihat Shilla pergi dengan Reza. Tenang saja, Vin. Yang menyukai Reza itu aku, bukan Shilla." Canda Erina. Shilla hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Erina.
"Iya, lagipula kita hanya karaoke. Kau juga bisa ikut dengan kami." Ujar Gilang.
"Tentu saja aku akan ikut." Ucap Arvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen
Fiksi RemajaShilla tidak percaya dengan apa yang tidak terlihat. Namun, pemikirannya berubah setelah kejadian mengerikan itu terjadi padanya. Berkat yang tidak terlihat itulah, kini Shilla tetap bisa hidup dengan tenang tanpa gangguan apapun.