[ Info sebelum menuju ke random-shots kali ini yang asli kerasa gak jelasnya ...
'Kamar' yang disebut di vila ini sebenarnya berbentuk rumah sederhana bertingkat dua yang memiliki balkon kecil di lantai atas.
Detail: dalemnya ada 1 ruang serbaguna (maksudnya ruang kata buat ngumpul gitu) + 4 kamar tidur (2 atas & 2 bawah) + 2 kamar mandi (atas & bawah) + 1 dapur.
Lama-lama jadi kaya brosur persewaan rumah kan. Hadeh ]
Dah, dah.
Selamat menikmati taburan bumbu ketololan!
■■■ Kamar 1:
"Hai, Mas Fyoooo!" Kyusaku melompat entah dari mana dan langsung menempel seperti katak di punggung Fyodor. "Kita ketemu lagiii!"
Fyodor dengan simpelnya menodongkan cutter milik Kajii yang tergeletak di atas nakas kecil di dekat TV ke Kyusaku. "Turun gak lu."
Tanpa perlu diperingatkan dua kali, Kyusaku turun dan bersembunyi di bawah karpet yang baru didudukin Atsushi sama Tanizaki.
Tanizaki hanya menggelengkan kepala sementara Atsushi melanjutkan kegiatannya menata alat mandi di kopernya.
Nyari Yosano?
Oh, dia udah nyelonong ke kamar mandi duluan dengan alesan: "Gua mau bersih-bersih badan bentar. Ada yang berani ngintip? Mati."
Ya, sangat tegas. Bagaimana lagi? Yosano satu-satunya perempuan yang berada di kamar ini dan ia memiliki tanggung jawab untuk menjaga pride-nya.
■■■ Kamar 2:
"Ada yang punya chutato?" tanya Dazai sambil berguling-guling di sofa. "Aku lapeeeer—"
"CHITATO WOY!" protes Chuuya dari dapur.
"Nah iya itu."
Nikolai yang sejak tadi tepar di lantai deket pintu mendongakkan kepala. "Emang ada yang bawa makanan?"
"Mas Niko doang kali yang ga bawa," cibir Rianna yang baru masuk sambil bawa kopernya ke kamar atas.
Nikolai lalu menjatuhkan kepalanya kembali. "Oke, bodo amat."
Ranpo yang dari tadi cuma mencet-mencet remot TV langsung ngegas. "TAS MAKANANKU JANGAN DISENTUH YA, KAWAN. HEHEHE."
Kyouka yang berada tepat di samping Ranpo (dan udah menderita budeg sementara) mengangguk. "Iya, Mas Ran."
"Chu! Ambilin air putih, dong!" Dazai memerintah begitu saja tanpa usaha individual sama sekali.
Chuuya yang kesal mendengar ini langsung mengisi penuh sebuah gelas kaca yang ia ambil dari lemari dapur lalu mengendap perlahan ke belakang sofa.
Saat Dazai hendak mengucapkan sesuatu, Chuuya langsung menumpahkan air putih dari dalam gelas itu ke paha si cowok berperban dengan ekspresi polos. "Ups. Maaf. Aku sengaja."
"CHUUYA!!!"
Dan sekarang, Dazai harus cepet-cepet ganti celana kalo gak mau masuk angin.
■■■ Kamar 3:
"Ai belip ai ken plai~" dendang John Steinbeck saat akan ambruk di atas kasur di kamar yang ia share dengan Kunikida dan Akutagawa.
"Berisik, Steinbeck!" tegur Agatha yang lagi males-malesan di ruang depan.
John melongok dari kamarnya—ya, cuma keliatan kepalanya doang gitu. "Kalo Mba Tata gamau denger aku nyanyi, minjem headsetnya Akut aja noh."
Kebetulan, Akutagawa lagi mau masukin kopernya dari teras. Dia denger itu, lalu langsung ngasih headsetnya ke Agatha. "Nih, Mbak. Kalo udah slese ntar kasi di meja situ aja."
"Ya ampun, peka banget lu, Kut." Agatha menerima headset itu dan menyalakan hp-nya. "Makasi, ye."
"Sans aja. Dah, ya, Mba. Mau bantuin Higuchi angkat-angkat bawaannya sama koper si Elise."
"Ya. Ati-ati."
Damai sekali, ya.
Gak kaya saya sama temen-temen saya- /slap
■■■ Kamar 4:
Nah, di villa nomer 4 ini yang agak bermasalah.
Bukan. Bukan masalah yang kaya di kamar 2 tadi. Masalah ini adalah masalah yang ditimbulkan oleh rumor tentang sebuah kamar di lantai 2 yang gak boleh ditempati karena 'katanya' pernah buat kamar pesugihan.
Sebab dari pesugihan itulah, banyak roh penasaran yang berdatangan ke kamar di lantai 2 villa 4.
Tapi, rumor ini tidak menggentarkan jiwa dua orang pemuda bernama Mark Twain dan Tachihara Michizou.
Dikarenakan satu kamar yang tidak bisa dihuni, Nathaniel dan Pak Mori jadi satu kamar dan Mark, Tachi, serta Kenji harus dipersatukan.
Gak deng.
Pokoknya, karena sifat bawaan yang usil dan suka berpetualang (/g.), Mark dan Tachi memutuskan untuk coba menempati kamar berhantu itu.
[ A/n: kalo hantunya kaya hanako sama tsukasa sih diriku juga mau:( //plak ]
Haruno yang udah bener-bener nyerah sama mereka berdua cuma ngomong: "Kalian kalo dapet penampakan mistis jangan teriak-teriak, ye. Diamuk Pak Mori ntar, mampus."
Mark hanya memperlihatkan senyum lebarnya. "Udah, santai aja, Mba."
"Iya," sahut Tachihara. "Lagian paling ntar hantunya yang takut ama kita-kita."
"Hm, yodah. Serah kalian."
Dengan itu, Haruno turun ke kamarnya di lantai satu dan mulai menyiapkan apa-apa saja yang diperlukan untuk nanti bersama Louisa dengan bimbingan Bu Kouyou.
■■■ Kamar 5:
Villa 5 ini sebenarnya memiliki penghuni yang paling rempong sepanjang masa.
Kecuali Gin.
Ya, Akutagawa bungsu itu memang perempuan yang tidak terlalu memperhatikan penampilan. Karena dia emang udah cantik, sih.
/Y.
Karena gabut dan acara TV isinya cuma berita sama sinetron, para perempuan langsung bongkar muat.
"Mba Mar, ada bedak ga?" tanya Naomi tanpa mendongak dari kopernya. "Aku lupa bawa ..."
"Ada kok ini. Bedak bayi tapi," sahut Margaret. "Kalo kamu mau ntar minta ke kamarku aja."
"Oke, oke."
Lucy juga langsung ikut nimbrung. "Ada yang bawa sheet mask???"
Gin dengan santainya memberikan satu pak masker ke depan teman seangkatannya itu. "Ambil aja ini, aku masih ada stok banyak di rumah buat nii-san."
"Lah? Akut juga pake masker?" tanya Edgar yang sedari tadi urusannya cuma nulis, nulis, dan nulis buat bikin novel baru—katanya sih wajib buat kelengkapan tugas mapel basindo.
Itu saya, deng.
/dilempar sendal sama reader/
"Iya. Menurut Mas Poe, kenapa mukanya nii-san bisa putih mulus tanpa jerawat gitu?"
"Iya juga sih ya."
Katai yang baru kembali dari dapur ikut ngobrol. "Tapi mungkin aja dia suka cuci muka pake deterjen."
Abis itu, Katai kena pukul botol minum entah punya siapa.
— [ ✿ ] —
KAMU SEDANG MEMBACA
[PMR] Palang Merah Rese | bungou stray dogs
De Todo"dazai, ambilin P3K, dong. temennya kunikida kesandung kabel, nih." "jangan gua, atsushi aja." "j-jangan aku! mas chuuya aja!" "heh? kok gua?!" "WOY. INI KALO KORBANNYA PASUKAN PERANG BISA KEBURU MATI, TAU GA? UDAH SANA KALIAN BERTIGA KE UKS! SE. KA...