9.Prefix

7.1K 288 21
                                    

(Revisi)

Kalau masih ada typo bertebaran baik di part sebelumnya maupun di sini harap maklum oke :)

Selamat membaca Zyng-zyng Nom ❤️

Gila, satu kata yang tepat untuk di sematkan pada gadis bermata hitam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gila, satu kata yang tepat untuk di sematkan pada gadis bermata hitam itu. Bagaimana tidak dirinya sudah berjanji untuk membantu pria yang selalu masuk ke dalam mimpinya itu, namun apa yang harus di lakukan untuk membantunya? Hanya karena berharap kalau membantu pria itu mungkin saja dia tidak akan masuk ke dalam mimpinya lagi.

"Aku benar-benar gila! Bagaimana mungkin aku bisa membantunya? Wujudnya saja aku hanya bisa bertemu dalam mimpi. Astaga Alessia kau sudah tidak waras!" Celoteh gadis yang sedang sarapan di meja makannya tersebut. Sedang asik-asiknya mengunyah makanan hampir saja ia mennyemburkan kunyahannya itu dari mulut saat melihat sosok pria yang selalu datang ke mimpinya itu tengah berdiri tidak jauh darinya. Dia tersenyum, senyum menawan bagi siapapun yang melihatnya akan langsung jatuh cinta.

"Aku bukan hantu!" Ucapan itu pertama kali keluar dari mulutnya setelah keheningan yang cukup lama terjadi di antara mereka.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Gadis itu masih belum merespon apa yang barusan di ucapkan oleh pria tersebut, dirinya masih terkejut dan tidak bisa merespon apa pun yang barusan terjadi padanya kini. Tunggu apa dia bermimpi lagi? Tapi itu tidak mungkin pasalnya kali ini dirinya sangat-sangat sadar di tambah tadi ia sempat tergigit lidahnya saat mengunya sereal yang sedang dia makan tidak mungkin ini mimpi! Ini nyata bahkan sangat-sangat nyata.

Agggghh.

Pada akhirnya dia berteriak kencang saat sadar kalau dirinya tidak sedang bermimpi. "Pergi! Pergi kau dari sini!" Ucap Alessia pada akhirnya sembari berdiri dari tempat duduk dan menutup kedua telingannya seolah-olah takut akan bisikan yang akan berdatangan padanya kalau dia mendengar suara dari pria itu lagi.

"Jangan takut sayang!" Ucapnya lagi yang entah sejak kapan berdiri tepat di hadapannya itu. Pria tersebut membawa gadis tersebut ke dalam pelukannya mencoba untuk menenangkan Alessia yang sedang ketakutan padanya.

"Jangan takut sayang!" Deg, detak jantungnya tiba-tiba berpacu dengan cepat saat melihat kelopak mawar hitam yang lagi-lagi berjatuhan seperti rintikan air hujan di matanya. Alessia berkeringat dingin tidak bergerak seinci pun dari pelukan pria tersebut seola-olah kalu dia bergerak sedikit saja maka dirinya akan kembali merasakan hal yang membuatnya bingung apakah itu nyata atau tidak.

"Apa maumu?" Tanya Alessia dengan nada bergetar karena takut. Pria itu tertawa sebentar setelah mendengar nada suara Alessia yang bergetar karena ketakutan padanya.

"14, 3, 7, 30, 1." Balasnya kemudian, Alessia mendorong tubuh pria itu hingga melepaskan pelukannya tadi. Bisa di lihat olehnya bahwa dia tengah tersenyum aneh.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti! Ini bukan sebuah kuis!" Ucap Alessia marah seperti sedang di permainkan oleh sosok tersebut.

Dia hanya memiringkan kepalanya sembari tersenyum kembali. "Kau akan mengerti sebentar lagi, hanya perlu menunggu saja." Balasnya masih dengan senyum yang aneh menurut Alessia.

"Aku tidak mempermainkan dirimu Alessia!" Ucapnya dengan nada yang tegas seperti memberi tahu bahwa dia sedang tidak main-main. Sekali lagi gadis itu merasa di permainkan oleh sesuatu yang aneh di hidupnya ini.

"Kau hanya perlu menunggu saja sampai waktunya tiba!" Lanjutnya lagi namun sosok itu telah hilang dari pandangan Alessia. Gadis itu hanya memandang kosong kelopak mawar hitam yang tertinggal di sekitarnya itu. Dirinya mulai berpikir bahwa sepertinya dia sudah salah dalam mengambil keputusan untuk menolong pria yang di berinya nama Jojo tersebut.

"Arghhhh... Alessia kenapa kau mau saja waktu itu!" Ucap Alessia yang seketika menyesali keputusannya waktu itu, tapi kalau di sesali juga tidak ada gunanya pria tersebut telah memberikan sebuah kode angka yang mulai membuatnya penasaran. Sebenarnya apa arti dari kode tersebut? Sepertinya itu merupakan sesuatu yang penting, Alessia menghembuskan nafasnya pelan dan meyakinkan dirinya bahwa ia harus mencari tahu apa arti dari kode tersebut.

"Ini baru permulaan sayang!" Suara itu lagi-lagi terdengar jelas di telingannya. Baiklah sepertinya dirinya harus mencari tahu apa arti dari kode itu.

---My Life---

"Ci!" Panggilan dan tepukan di pundakny tersebut membuat sang empunya tersentak kaget.

"Iss Ra kaget tau!" Balasnya garang menatap sahabatnya itu, dan yang di tatap hanya tersenyum lebar menampakan barisan gigi rapinya.

"Habisnya aku perhatikan kamu dari tadi kok melamun terus, kamu ada masalah? Ceritain aja Ci siapa tahu aku bisa bantu." Ucap Rara tulus.

"Enggak ada masalah kok Ra hehehe, udah ayo kita ke kantin aku lapar." Balas Alessia sembari menarik tangan Rara setelah dosen kuliah mereka hari ini keluar. Rara merasa Alessia berbohong, gadis itu tidak pandai menyembunyikan sesuatu darinya. Hanya saja Rara tidak ingin memaksa gadis tersebut kalau dia ingin bercerita kapan saja dirinya akan selalu menjadi pendengarnya.

"Ra pesan bakso aja! Aku lagi pengen yang pedas sama ada kuah panasnya gitu." Ucap Alessia sembari menuju tempat bakso di kantin kampus mereka. Rara hanya bisa pasrah karena sahabatnya ini adalah penggemar makanan satu itu.

"Oh iya Ci besok Sabtu tuh, kita olahraga yu lari pagi setelah itu kita lanjut berenang." Ucap Rara mengajak Alessia yang masih menunggu pesanan mereka di antarkan ke meja mereka.

"Yaudah besok kita pergi, sudah lama enggak olahraga bersama Ra, tapi setelah aku dari toko bunga ya." Balas Alessia kepada sahabatnya itu, dan langsung di ancungi jempol olehnya.

Tidak lama pesanan mereka sampai juga, uap yang keluar dari kuah panas tersebut semakin menggugah selera makan Alessia, gadis tersebut langsung saja memberi kecap dan cabai sebanyak mungkin ke mangkuknya.

"Ci astaga kamu kayak enggak makan tiga hari saja!! Terus jangan banyak-banyak makan cabai nanti sakit perut." Rara menegur sahabatnya itu saat melihat tingkahnya seperti tidak makan beberapa hari. Alessia tidak memperdulikan perkataan Rara, dia hanya fokus makan bakso kesukaannya dan juga masih memikirkan ucapan dari pria itu tadi.

14, 3, 7, 30, 1

Apa Maksudnya itu? Ini semakin membingungkan dirinya saja.






Sudah di revisi yah teman-teman.

My Life (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang