16 || Obsession

1K 112 11
                                    

"We can't win against obsession. They care, we don't. They win."- Douglas Adams.

•••••••••

"Aku mau ketemu dengan mama." Minhwa merengek tatkala ia berlari mengejar langkah Jongdae ketika pria itu hendak membuka pintu kamarnya. Pria itu berdecih sebal. Sejak kemarin Minhwa selalu merengek meminta bertemu dengan Jae In dan juga memaksanya untuk menelepon mantan istrinya itu.

"Papa bilang tidak ya tidak." ucap Jongdae kesal.

Minhwa perlahan beringsut menjauh ketika melihat tatapan tajam Jongdae. Baru kali ini ia melihat papanya menatapnya tajam dan berkata kasar padanya. Gadis kecil itu menangis memanggil mamanya ketika Jongdae masih menatapnya bengis.

"Eyy, bocah ini merepotkan sekali." Minseok datang dari arah dapur dengan segelas wine-sesekali melirik Jongdae.

"Hyung, urus bocah ini, merepotkan sekali."

Jongdae menghela napas kasar. Amarah masih menguasai dirinya. Dalam hati ia tidak akan tinggal diam dan menyerahkan apa yang telah ia dapatkan untuk di rebut kembali oleh orang lain-termasuk Baekhyun.

Minseok mendengus begitu sosok Jongdae tidak terlihat lagi dan menatap Minhwa tajam. Tubuh Minhwa menegang tatkala Minseok mendekatinya lalu tak lama menjambak rambut gadis kecil itu hingga memekik kesakitan dalam tangisnya.

"Kau masih beruntung dikurung dalam sini. Kalau tidak kau sudah ku lempar ke jurang," gumamnya.

"Paman, j-jangan hiks..." Minhwa merengek di sela tangisnya. Minseok menyeringai.

"Bermain sedikit sepertinya tidak apa-apa," ucapnya sambil membawa Minhwa ke dalam gudang penyimpanan senjata di belakang rumah.

***

Jongdae menatap berkas-berkas yang berserakan di atas tempat tidurnya dengan tatapan nyalang. Semua berkas itu ia dapatkan dari orang-orang suruhannya untuk memantau semua perusahaan miliknya dan juga usaha gelapnya sebagai penerus klan mafia China yang dulu sempat ayahnya jalankan. Namun sebuah berkas lain menarik perhatiannya. Cukup tebal seakan berkas itu sangat penting ketika instingnya berusaha untuk menyakinkan dirinya untuk segera ia buka.

Tidak ada yang aneh sama sekali-namun saat ia menarik isinya, dan membaca beberapa berkas yang ada di dalamnya. Amarahnya menjadi tersulut kembali. Ia merasa dikhianati oleh keluarga Byun yang selama ini telah mereka bantu. Keluarga Byun meminta bantuan mafia Jepang untuk menjadi tamengnya. Jongdae segera mengambil ponselnya lalu men-dial Byun Hansoo. Tidak menunggu lama, memang sedaritadi pria paruh baya itu memang menunggu telepon darinya.

"Apa yang kau lakukan, sialan?" tanpa basa-basi Jongdae memakinya.

Terdengar helaan napas di seberang sana, "Aku rasa sudah cukup hubungan kerjasama kita, tuan Kim."

Jongdae berdecih sinis, "Kau berani bermain-main denganku rupanya... Baiklah, aku bisa saja menlenyapkan nyawa cucumu dan juga anakmu. Oh, atau sekeluarga juga bisa aku lakukan hahahaha..."

Suara gebrakan di seberang sana semakin membuat tawa Jongdae semakin nyaring. Ia tidak mudah dipermainkan seperti ini.

"Aku peringatkan padamu. Jangan menyentuh anakku seujung kuku jarimu!" Peringatan Byun Hansoo. Ia tidak main-main untuk memperingati pria yang selama ini telah menjadi benalunya.

"Sayangnya, anakmu itu akan segera datang untuk menyelamatkan anaknya yang sedang bersamaku. Bermain-main sebentar sepertinya sangat menyenangkan. Sampai nanti, tuan Byun Hansoo yang terhormat." Jongdae mematikan sambungan ponsel mereka secara sepihak tanpa menunggu balasan apapun.

Book 1 : Love Abuse [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang