Hai🌺 Kembali lagi sama Dell 🌸
Ada yang kangen sama Rara and Tamara?Enjoy and happy reading!
***
Keesokan harinya.
Papa pulang lebih awal, Tamara menyambutnya dengan wajah sok manis dan rengekan manja. Sungguh menjijikkan.
“Mas, mana oleh-oleh buat aku?” tanyanya sembari menggamit lengan papa dengan manja.
“Ada di bagasi. Buat Rara juga ada,” jawab papa sambil melirikku.
“Iya, pa. Makasih,” sahutku.
“Kamu semalem nggak pulang? Kemana?” tanya papa menginterogasiku.
“Nginep di tempat mama.”
Papa hanya mengangguk mengerti.
“Mas pasti capek, mau istirahat atau makan dulu?” Pertanyaan Tamara mengalihkan perhatian papa.
“Mas mau makan di luar sama kamu. Mas ganti baju dulu, tunggu sebentar sayang,” kata papa dan berlalu menuju kamarnya.
“Dasar benalu,” sindirku lalu kembali ke kamar.
Papa dan Tamara baru saja meninggalkan rumah. Ini kesempatan baik. Aku segera mengambil ponsel. Kucari kontak Andra dan menghubunginya.
“Halo, Ndra. Bokap gue udah balik. Lo bisa ke rumah gue sekarang?”
“Oke, gue otw!” gumam Andra lalu sambungan diputus sepihak olehnya.
Aku menghela napas, semoga semua berjalan lancar. Kuturuni anak tangga dan memutuskan untuk menunggu di sofa ruang tamu.
“Bi!” Bi Imah berjalan tergopoh-gopoh menghampiriku.
“Ada apa, Non?” tanya Bi Imah.
“Bibi jaga depan, ya. Rara mau jalanin rencana. Bilang sama Rara kalo ada yang dateng.”
“Siap, Non.”
Bi Imah berlalu dan berjaga sesuai instruksi. Aku menyiapkan diri agar tidak terbawa emosi. Segalanya harus berjalan sesuai rencana.
Tiga puluh menit berlalu. Terdengar suara motor memasuki gerbang rumah. Baru saja aku hendak berdiri, Bi Imah sudah menghampiriku.
“Ada cowok dateng, Non. Bawa motor gede, sendirian,” jelas Bi Imah.
Aku mengangguk dan menjawab, “Iya, Bi. Itu temen Rara. Tolong bukain pintu dan suruh dia masuk.”
“Siap, Non.”
***
“Gimana?” tanya Andra saat sudah berdiri di hadapanku.
“Tamara lagi jalan sama bokap gue. Nanti kalo mereka udah pulang, baru kita mulai dan lihat apa yang akan dia katakan buat membela diri saat ngelihat elo,” ujarku.
“Oke,” sahutnya lalu duduk di sampingku.
Tak butuh waktu lama untuk menunggu, hingga akhirnya terdengar suara mobil memasuki gerbang.
“Mereka dateng, kita pura-pura ngobrol aja,” kataku berusaha menetralkan kegugupan.
Andra hanya mengangguk dan kami pun memulai sandiwara.
Tamara dan papa berjalan mendekat ke arah kami.
“Eh ada tamu,” sapa papa, kami segera berdiri dan menoleh.
“Andra!” pekik Tamara dengan reflek melepaskan gamitan tangannya pada lengan papa. Matanya hampir saja melompat saking terkejutnya. Wajahnya pucat pasi seperti habis melihat hantu. Rasanya aku ingin tertawa puas melihat ekspresinya saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabatku Istri Muda Papaku (Completed)
Tiểu Thuyết ChungBagaimana Rasanya jika papamu menikah dengan sahabatmu? Gadis yang notabenenya seusia denganmu, yang lebih cocok menjadi saudarimu. Pasti menyakitkan bukan? Terlebih jika mamamu masih hidup? Hati anak mana yang tidak hancur? Itulah yang dirasakan ol...