Luka (1)

1.3K 80 0
                                    

Hai🌺 Kembali lagi sama Dell 🌸
Ada yang kangen sama Rara and Tamara?

Enjoy and happy reading!

*

**

Waktu berjalan begitu cepat. Pemakaman mama sudah selesai. Kutatap nanar batu nisan dengan ukiran nama mama di hadapanku. Air mata seakan tidak lagi mampu keluar. Sudah habis, mungkin.

Aku merasakan sebuah tangan mengusap kepalaku lembut. Aku menghela napas pelan. Sesak itu masih terasa.

“Maafin Mbak yang gak bisa jaga Ibu, Mbak,” kata Mbak Dayu sambil terisak. 

"Mbak gak salah, Rara yang gak bisa jaga mama sampai mama akhirnya memutuskan bunuh diri kayak gini," kataku sendu.

Kupeluk tubuh wanita yang berusia beberapa tahun di atasku itu. Kami menangis bersama. Tak terasa rintik hujan mulai membasahi bumi. Tetesannya melebur, seperti hatiku yang hari ini juga hancur. Isak tangis masih mengiringi guyuran hujan. Hanya sebuah payung yang dipegang Andra yang melindungi tubuhku.

Sudah tidak ada siapapun di tempat pemakaman. Hanya Andra yang masih setia duduk berjongkok di sampingku.

“Ra, balik yuk. Ujannya makin deres.” Lagi-lagi Andra membujukku. Mbak Dayu sudah pulang terlebih dahulu menyiapkan acara tahlil nanti malam.

“Lo aja pulang dulu, gue masih mau nemenin mama,” kataku lirih, hampir menyerupai bisikan.

Terdengar suara helaan napas panjang dari Andra. Lagi-lagi aku hanya menangis. Diusapnya air mata di pipi lalu membawaku ke dalam dekapannya. Membiarkan kemejanya basah oleh air mata.

“Ra, kalo lo kayak gini, nyokap lo gak akan seneng,” kata Andra lembut.

“Kenapa mama tinggalin gue, Ndra?”

Andra mempererat pelukannya .

***

“Makan dulu,” ucap Andra menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauknya. Kini kami sudah kembali ke kediaman Mbak Dayu. Aku menggeleng lesu. Tatapanku kosong.

Rumah Mbak Dayu sangat ramai, para tetangga sedang sibuk memasak untuk acara nanti malam. Aku memang meminta mama dimakamkan di sini. Rasanya percuma saja jika dimakamkan di Jakarta. 

Papa juga tidak peduli lagi padaku dan mama. Bahkan saat dikabari oleh Andra, lelaki itu hanya menjawab akan segera datang, namun meski sudah sehari, papa belum ke sini. Mama meninggal kemarin malam dan baru dikuburkan hari ini. Harusnya jika semalam papa langsung berangkat, sekarang dia sudah di sini. Namun kenyataannya, nihil.

“Makan, Ra,” bujuk Andra lagi.

“Gue gak laper, Ndra.”

Andra menatapku sendu. “Kalo lo gini terus, lo bisa sakit.”

“Gue gak mau,” tolakku lagi.

Andra diam saja, sepertinya dia menyerah.

“Mbak Rara.” Panggilan Mbak Dayu membuatku menoleh.

“Saya akan menceritakan semuanya setelah Mbak Rara makan,” lanjutnya. Aku mengangguk, melirik sejenak makanan di piring. Andra dengan sigap menyuapiku. Aku tidak protes, hanya saja rasa makanan ini sangat hambar.

Aku menutup mulutku rapat-rapat. Baru lima sendok makanan masuk ke perutku, tetapi aku sudah merasa kenyang.

“Sudah, jangan dipaksa,” kata Mbak Dayu pada Andra. Cowok itu hanya mengangguk patuh dan menggenggam tanganku.

Sahabatku Istri Muda Papaku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang