Hai🌺 Kembali lagi sama Dell 🌸
Ada yang kangen sama Rara and Tamara?Enjoy and happy reading!
***
Hari menjelang malam, aku membantu Tante Wina menyiapkan makan malam. Keluarga ini begitu hangat, bahkan mereka tidak memperlakukan aku seperti orang luar. Senda gurau menghiasi meja makan malam ini, Andra selalu melempar senyum padaku. Ah, kenapa setiap dia tersenyum hatiku menjadi tak karuan.
Aku memutuskan kembali ke kamar saat selesai membantu Tante Wina membereskan meja makan. Kubaringkan tubuh dan menatap langit-langit kamar. Aku rindu mama.
Tok tok tok!
Ketukan pintu membuatku terlonjak. Dengan segera aku bangkit dan membuka pintu. Di sana tidak ada siapapun, hanya sebuah boneka Teddy besar tergeletak di lantai. Aku mengambil boneka itu dan celingukan mencari siapa yang meletakkannya. Sedetik kemudian, Andra dengan senyum mengembang berjalan ke arahku.
"Suka?" tanyanya.
"Suka, Makasih Ndra," jawabku tulus.
"Gue minta lo jaga boneka itu," pintanya.
Kupandang boneka itu dan tersenyum. "Iya, pasti gue jaga."
"Sama satu lagi," ucapnya.
"Apa?"
"Tolong jaga hati gue juga, lo mau, kan?"
Deg!
Jantungku, Ya Tuhan!
"Lo, se ... rius?" tanyaku gugup. Rasanya tanganku mulai gemetar. Jantungku sedang lari maraton di dalam sana. Keringat menetes di dahi, padahal malam ini cuaca cukup sejuk.
"Gue serius, Ra!" serunya mantap.
"Em ...." Ucapanku menggantung.
"Lo mau kan jadi cewek gue, Ra?"
Tanpa ragu aku mengangguk.
"Thanks, Ra."
"Sama-sama. Tapi, gue boleh nanya sesuatu?" tanyaku.
"Boleh sayang."
Ah, jantungku. "Lo kok bisa secepet ini suka sama gue?"
Andra tersenyum dan mengusap pipiku lembut. "Awalnya, gue gak punya perasaan apa-apa sama lo. Tapi, setelah kita sering bareng-bareng, gua jadi kagum sama lo. Gimana cara lo ngelawan Tamara, cara lo jaga nyokap lo, cara lo nyelesaiin masalah sendiri, itu bikin gue makin suka sama kepribadian lo." Andra menyelipkan anak rambut di belakang telingaku sebelum melanjutkan. "Sampe hari itu nyokap lo meninggal, gue rasanya ikut ngerasain apa yang lo rasain. Gue putus asa liat lo nangis, sampe akhirnya gue sadar. Gue sayang sama lo, gue pengen lindungi elo dari Tamara dan bokap lo."
Aku tersenyum. Jujur saja aku juga sangat nyaman berada di dekat Andra.
Melihatku hanya diam. Ia berjalan maju, menepis jarak di antara kami. Diusapnya puncak kepalaku dan berkata, "Udah, jangan banyak pikiran. Tidur sayang, jaga kesehatan."
Aku mengangguk dan segera menunduk. Pipiku memanas, mungkin sekarang sudah semerah kepiting rebus.
**
Kutelangkup wajah dengan kedua tangan. Andra sudah pergi sedari tadi, tetapi detak jantungku masih lari maraton. Pipiku juga masih terasa panas. Entahlah hari-hari yang kulalui bersamanya selalu indah. Dia selalu ada dan mengerti diriku, menjaga serta tidak pernah menyakitiku. Hari sudah larut. Kuputuskan untuk segera tidur, aku tidak ingin membuat dia khawatir lagi. Sekarang aku merasa tidak pernah sendiri, banyak yang menyayangiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabatku Istri Muda Papaku (Completed)
General FictionBagaimana Rasanya jika papamu menikah dengan sahabatmu? Gadis yang notabenenya seusia denganmu, yang lebih cocok menjadi saudarimu. Pasti menyakitkan bukan? Terlebih jika mamamu masih hidup? Hati anak mana yang tidak hancur? Itulah yang dirasakan ol...