Pembalasan (Ending)

2.7K 83 0
                                    

Hai🌺 Kembali lagi sama Dell 🌸
Ada yang kangen sama Rara and Tamara?

Enjoy and happy reading!

***

Dua hari berlalu, selama aku di sini, kusempatkan setiap hari berkunjung ke makam mama. Rencananya hari ini aku dan Andra akan kembali ke Jakarta. Tidak peduli papa membenciku atau tidak. Dia tetap papaku. Aku tau ada niat busuk di dalam hati Tamara. Takkan kubiarkan Tamara berlaku semaunya lagi. 

Bukannya aku kabur meninggalkan papa saat tau kondisi papa. Tetapi mendengar papa mengucap bahwa dia menyesal memiliki anak sepertiku sudah cukup menghancurkan hatiku. Kuputuskan untuk ke sini dan menjenguk mama. 

“Kamu udah siap ketemu papa kamu lagi?” tanya Andra sembari membelai pipiku lembut. Kini kami sedang berada di taman belakang menikmati secangkir teh dan beberapa potong kue, hanya berdua. Mbak Dayu sedang keluar, ada urusan.

“Aku nggak tau, Ndra. Aku masih ragu, tapi papa butuh aku.”

Andra menelangkup wajahku dengan tangannya. “Aku selalu di sini buat kamu, nggak ada yang bolehh nyakitin kamu, termasuk orang tua kamu dan diriku sendiri,” ucapnya lembut.

“Makasih, Ndra.”

“Sama-sama, Honey.”

“Ihhh... jijik, Ndra!” seruku geli.

Ia hanya tertawa, lalu bergumam, “Jangan sedih terus, Sayang.”

Aku mengangguk. Betapa beruntungnya aku memilikinya. Di saat banyak orang meninggalkanku seperti mama, Kak Rafa, Bi Imah, dan papa. Namun ia tetap setia di sampingku, menjaga dan selalu menyayangiku.

Tiba-tiba suara ketukan di pintu depan membuat aku dan Andra terlonjak.

“Biar aku yang buka, mungkin itu Mbak Dayu,” kata Andra. Aku mengangguk dan membiarkannya pergi untuk membuka pintu.

Tak selang beberapa lama terdengar suara Andra meninggi. Segera kuberlari ke depan untuk melihat apa yang terjadi.

“Tidak puaskah anda sudah melukainya selama ini!” teriak Andra. Aku menghentikan langkahku. Terpaku di tempat melihat siapa yang sekarang berdiri di depan Andra. Papa dengan kondisi lemah dan wajah pucat pasi. 

“Papa,” gumamku lirih, mataku sudah memanas. 

Mereka menoleh, Andra menghampiri dan menatapku lembut. “Jangan usir papa, Ndra,” pintaku lirih. Buliran bening berjatuhan satu per satu di pipi. Andra mengusap air mataku dengan ibu jarinya lalu tersenyum.

“Apapun yang kau inginkan akan kulakukan, asal jangan menangis.”

Aku mengangguk, kuhampiri papa dan memeluknya.

“Maaf.” Kata-kata itu lolos begitu saja dari bibir papa, membuat aku semakin terisak.

Setelah melepas pelukan, kubawa Papa ke salah satu kamar dan membaringkannya. Papa menolak ketika ingin kubawa ke rumah sakit. Jadi, kupinta Andra  mencari dokter panggilan untuk Papa.

“Ra,” panggil Papa lirih.

“Iya, Pa. Rara di sini,” jawabku menggenggam tangan Papa.

“Papa salah, Ra. Maafin papa. Sekarang papa tau semuanya. Tamara yang punya niat jahat dan selalu meracuni pikiran papa.” Tubuh papa bergetar hebat.

“Papa tau?”

“Ya, Papa sudah tau semuanya,” kata papa dengan sorot mata penuh penyesalan.

“Rara cuma nggak mau papa kenapa-kenapa,” gumamku sembari memeluknya erat.

“Maafin papa. Papa selalu nyakiti kamu, Rafa dan Mama kalian. Maafin papa.”

Sahabatku Istri Muda Papaku (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang