001- Tubuh Asing

7 1 0
                                    

Olivia bangun dari tidurnya yang terasa lama, tapi ia merasa dirinya sangat berbeda, seperti ada yang memeluk dan menciumnya, sangat nyaman.

Oliv mengerang meminta air. Orang yang di sebelahnya ikutan bangun, "Udah bangun?"

Tunggu.

Suara itu sangat asing.

Suara itu.

Suara laki-laki.

Oliv langsung bangun dari tempat tidur dan berteriak, tapi bukan teriakan yang keluar. Dia mengeong.

"Maur, kenapa kamu selalu hiperaktif?"

Belum selesai terkejutnya Oliv yang berada di tubuh kucing, ia melihat laki-laki itu tidak mengenakan baju. Dia laki-laki yang memeluk dan mencium pipinya saat tidur.

"Meong~" Hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Oliv tidak hanya mencoba satu kali tapi berkali-kali sampai pria setengah telanjang itu menggendongnya lalu menimang-nimang.

"Maur kenapa? Lapar?"

Oliv merasa dirinya masih bermimpi. Lalu, pria tak dikenalnya itu membawa Oliv ke tempat makanan. "Makan dulu ya."

Entah kenapa, Oliv merasa lapar dan ia memakan makanan kucing itu dengan lahap. "Pintar," seru pria itu.

Setelah merasa kenyang, Oliv tersadar. Bagaimana nasib tubuhnya?

...

Ada sesuatu yang menusuk tangan Maur. Apa ini? Maur mencoba melepaskan, dalam sekali percobaan berhasil, tapi terasa sangat nyeri.

Kenapa semuanya terasa mudah?

Maur baru sadar saat ia mencoba turun dari ranjang, kakinya hanya dua. Dia seperti manusia. Tunggu? Manusia? Dia itu kucing.

"Misi?" Loh? Bukan suara mengeong yang keluar. Suara manusia.

Bersamaan dengan itu suster masuk ke ruangannya. "Sudah bangun, Mbak? Saya cek suhu dulu ya."

"Pipis." Lagi-lagi suara manusia yang keluar.

"Baik, kamar mandi di sini, nanti balik lagi ke sana ya, Mbak." Suster itu menuntun Maur ke kamar mandi.

Aneh, rasanya Maur seperti paham sekali memakai kamar mandi, semua itu gerakan dari tubuhnya secara tiba-tiba.

Selesai di kamar mandi. Maur langsung keluar rumah sakit, seakan lupa dengan perintah suster. Di luar sangat ramai, Maur takut akan tersesat.

Hanya satu yang ia ingat. Dirga.

"Ga."

Jujur, Maur cukup kaget dia bisa memanggil Dirga.

"Cantik."

Eh, Dirga juga pernah memanggilnya cantik. "Dirga?"

Ternyata sekelompok cowok yang sedang nongkrong di warung bakso. Wajah Maur cemberut. Tapi, Maur langsung sadar, mungkin mereka kenal Dirga karena mereka menggunakan kata "cantik" juga.

"Misi." Maur mendekat kepada sekelompok cowok-cowok itu lalu duduk di kursi yang kosong.

"Tau Dirga?" tanya Maur.

Beberapa cowok itu tampak terkejut saat Maur mengajaknya ngomong, biasanya cewek-cewek yang mereka goda tidak akan mendekati mereka, jangankan mendekat, nengok saja tidak berani.

"Eh, Neng laper?"

Jam segini biasanya Maur sedang makan, tapi rasanya sekarang tidak terlalu ingin, tapi Maur juga penasaran dengan rasa makanan yang dimakan mereka.

"Mau itu," kata Maur menunjuk bakso yang langsung diiyakan oleh tukang baksonya.

Maur melihat orang lain setelah mengambil bakso, memberi uang lalu memasukkannya ke kantong celana. Saat ini, Maur memakai gaun yang ada kantongnya.

Ada beberapa amplop putih yang ketika dibuka isinya beberapa lembar ratus ribu.

"Uang?" Ia bertanya pada sekelompok cowok berwajah seram.

Yang ditanya malah takut, karena semakin yakin kalau gadis di depan mereka bukan gadis cantik biasa.

"Neng, sumpah. Kami gak maksud catcalling. Kirain eneng teh udah gitu, jalan wae. Saya gak bakal ambil apa-apa dari eneng asal kami juga ga dilaporkan."

"Cat... aku?"

"Iya, Neng. Kami semua minta maaf."

Tak lama bakso yang dipesan Maur datang. Bersamaan itu, para lelaki berwajah seram mencoba untuk pergi. "Tunggu."

Mereka langsung balik duduk ke tempat semula. "Mau nanya," kata Maur.

"Iya, kenapa, Neng?"

"Tau Dirga?" tanya Maur sambil memakan bakso dengan lahap, rasanya enak sekali.

"D..Dirga siapa? Polisi ya, Neng?"

Sungguh, para preman itu ketakutan.

"Dirga Mahendra."

"Oh, bentar Neng, kita cari dia ya di hp," Walaupun Maur bingung kenapa Dirga ada di hp, tapi Maur gak mau berpikir, dia memilih untuk menghabiskan makanannya.

Cukup lama preman yang tidak ada rambutnya itu berkutat dengan hp. Maur memberikan duit selembar 100 ribu kepada tukang bakso, tetapi dikembalikan dengan banyak lembar uang yang berbeda-beda.

"Ini Neng, tinggal di daerah Kalibata. Mau dianter?"

"Mau. Nanti dikasih hadiah," kata Maur menunjukkan uangnya.

Para preman itu mengangguk semangat, lalu Maur diajak masuk ke mobil bak.

"Menurut lu, si cantik itu dibawa ke tempat Dirga itu atau ke tempat gelap?" tanya salah satu komplotan cowok berwajah seram yang duduk di belakang bak.

"Langsung Dirga lah, macam tak tau saja kau watak si bos yang mulutnya saja genit tapi hati dan pikirannya penuh dengan istri galaknya itu."

Perjalanan tidak terlalu jauh karena jalanan juga sedang tidak macet. Mobil berhenti di tempat yang Maur kenal.

"Neng Cantik."

Maur tersenyum mendengar kata "cantik".

"Kami turunkan di sini wae nya, eneng tinggal nyebrang, tanya satpam yang namanya Dirga Mahendra, kami mau langsung lurus buat pulang," jelas si ketua yang tidak diketahui namanya.

"Uang," Maur memberikan semua uangnya yang kalau ditotal hampir 500 ribu.

"Terima kasih."

Mereka meninggalkan Maur sendirian. Kalian pernah melihat kucing menyebrang? Seperti itu lah cara Maur menyebrang, sesekali dia berjengit, tapi hanya menoleh lalu kembali jalan menuju apartemen Dirga.

Maur melewati satpam karena dia yakin bahwa itu emang apartemen Dirga, tanpa perlu bertanya, dia hapal lantai dimana Dirga tinggal.

...

13.05.20

Cat PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang