003- Kini Kembali

3 1 0
                                        

"Peluk aku."

Oliv kucing dan Dirga menatap horror ke arah Maur. Tampilan Maur saat ini benar-benar seram. Gaun putih panjang yang sudah kotor, rambut acak-acakan dan wajahnya dekil karena asik berguling-guling ke sana kemari.

"Makan."

Dirga mendesah lalu mengambil makanan kucing untuk diberikan kepada Maur manusia. "Gak suka."

"Serius, Oliv.. eh Maur.. Siapa pun lo? Bukannya ini makanan favorit lo?"

"Iya, tapi baunya aneh. Mau susu, Dirga punya di kulkas, gambar gelas rumput," kata Maur manusia genit.

Dirga kehabisan kata-kata. Begitu pun dengan Oliv kucing. Akhirnya dia memberikan Maur susu yang diterima dengan senang hati oleh Maur.

Hari sudah malam dan Dirga gak ada niatan untuk begadang, dia malah ingin hari cepat berlalu. Jadi, dia membawa Oliv kucing ke kamar lalu mengunci pintunya.

Dirga memiliki firasat, cewek aneh itu pasti akan berusaha tidur di kamarnya. sampingnya. Dirga gak mau.

Sebenarnya, Oliv kucing juga gak mau sih, tapi apa boleh buat, tubuhnya terbiasa dengan sentuhan Dirga.

Tak butuh waktu lama mereka tertidur. Sama seperti Maur manusia yang tertidur di sofa karena menyerah tak bisa membuka pintu kamar Dirga.

...

Oliv terbangun dengan perasaan aneh, tidak aneh sih, hanya.. beda dari kemarin. Tunggu. Kemarin kan dia jadi kucing, sekarang kok rasanya beda.

Dia mengusap matanya, ada tangan, ada jari. Oliv langsung ke kamar mandi untuk berkaca. Betapa terkejutnya dia melihat bahwa tubuhnya kembali!

"Anjir mimpi buruk ternyata, mana ada... Huaa Anjrit! Kaget gue, kirain kemarin cuma mimpi. Ternyata beneran, bangke." Dirga ikutan heboh pagi-pagi saat memasuk kamar mandi dan menemui Oliv di sana.

"Dirga, gue Oliv. Gue balik ke badan gue," jelas Oliv bahagia.

"Wah iya, aura lo beda. Lebih terkasihi gitu, dari pada kemarin sok imut."

"Iya kan, emang Maur tuh sok imut, genit banget, murahan," maki Oliv.

"Heh, yang lo katain tuh tubuh lo yang kemarin ya kalo lu lupa, itu juga kucing gue, kampret!"

"Bodo, sekarang anter gue pulang," suruh Oliv, Dirga berdecih, "Ogah. Mending keluar dah lu, gue mau berak dulu, kalo lo mau nontonin sih gue agak keberatan."

Kali ini, Oliv yang berdecih, ia langsung keluar dari kamar mandi menemui Maur, siapa tau dia punya petunjuk.

Maur masih tertidur, dibangunkannya kucing gatel itu dengan sembarangan. "Woi, murah. Bangun lo, tanggung jawab!"

Begitu kata Oliv. "Badan gue gak suci lagi nih di grepe-grepe majikan lo."

Maur bangun lalu melihat Oliv bingung, tapi ia mendekat ke arah Oliv dan menepuk-nepuk paha Oliv, hanya itu. Selanjutnya ia turun dari kasur untuk makan pagi.

"Kok gue sama dia gak bisa berinteraksi ya?" tanyanya heran.

Tapi dia tidak peduli, dia lebih peduli dengan keadaan dirinya yang sangat kotor. Dia ingin pulang, lalu mandi, hanya itu.

Karena Dirga kelihatannya masih lama, jadi dia berkeliling melihat-lihat kamar Dirga lagi. Saat menjadi kucing, dia sudah sedikit mengetahui isi kamar pria itu.

Isi kamarnya seperti kamar orang biasa pada umumnya, tidak ada lukisan atau barang aneh. Oh, hanya satu yang mencolok, meja rias kayu yang bentuknya sangat cantik, tidak terlihat seperti punya wanita, isi di atasnya juga tidak terlalu banyak.

Hanya parfum, deodoran, gel rambut, dan beberapa skincare cowok lainnya yang masih baru-baru. Kelihatan sekali, Dirga tipe cowok yang merawat diri.

"Ngapain lo liat-liat," seru Dirga yang baru masuk ke kamar, dia habis mandi dan hanya menggunakan handuk di sekitaran pinggangnya.

"Ga, gue mau pulang, please. Mau mandi banget," ungkap Oliv terus terang. Ia yakin, kehadirannya sebagai gadis asing juga pasti membuat Dirga gak nyaman.

"Mandi sini aja dulu, gue mau minta tolong lo," Dirga membuka lemari pakaiannya lalu mengambil bajunya yang sudah kekecilan juga celana ¾ nya. Tak lupa daleman wanita.

"Tuh, pake itu. Muat-muatin kalo gak sesuai sama badan lo."

"Heh! Punya siapa ini." Oliv memandang ngeri ke arah Dirga. Daleman ini agak seksi, mungkin saja bekas cewek yang pernah diajak Dirga buat ngeroom di sini, atau ini punya simpenan pria itu.

"Itu masih baru, jangan mikir aneh-aneh," jelas Dirga.

"Kenapa lo beli?! Wah, mesum lo ya, ternyata." Oliv mundur beberapa langkah.

Dirga mendesah, "Gak usah lari, pintu apartemen juga ke kunci." Dirga maju beberapa langkah lebih besar dibanding Oliv.

"Gue gak akan mencelakai lo, justru lo yang bisa mencelakai gue, karena lo orang asing masuk ke apartemen gue, pegang-pegang gue, lo gak tau kan, apartemen itu ruang privasi gue. Gak banyak yang tau gue tinggal di sini."

Dirga maju beberapa langkah, bersamaan dengan Oliv yang mundur sampai ia terperangkap antara dinding dan Dirga.

"Dengar ya, Oliv. Daleman itu punya nyokap gue yang dia beli sebelum kecelakaan, itu belum dipake dan masih disegel kalo lo mau liat, 100% gue jamin gak ada apa-apa."

Oliv menelan ludah susah payah, rasanya sesak sekali. "Ok, menjauh, please."

Tanpa diminta dua kali, Dirga menuruti kemauan Oliv. "Kalo lo laper, gue buatin makan dulu, tadi malem tubuh lo cuma gue kasih susu dari kulkas."

"Gak usah, gue gak laper."

"Liv, gue gak mau lo demam, semalem minum susu dingin, sekarang gak sarapan terus mandi, yang ada lo kedinginan dengan perut kosong, turutin apa kata gue."

Akhirnya, Oliv menuruti permintaan Dirga, dia juga laper sih sebenarnya.

...

18.05.20

Cat PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang