004- Dengan Alasan

3 1 0
                                        

Oliv mendengar sedikit keributan di luar kamar mandi saat dia sedang memakai baju, peduli apa lah dia, paling itu pegawai yang bersih-bersih di apartemen Dirga.

Dengan handuk masih di kepalanya, Oliv keluar kamar mandi. Matanya langsung terkunci pada laki-laki yang terkejut melihat keberadaannya.

"Siapanya lo, Ga? Hai, gue Rando. Lo siapa?"

Ekspresi Rando yang cukup menakutkan membuat Oliv takut. "Elah, Do. Pulang aja sana, flashdisk lo ilang gue bilang, diilangin Maur," seru Dirga sambil menjauh Rando dari Oliv.

"Masuk kamar gue aja, Liv. Gue ngobrol dulu sama bocah ini." Perintah Dirga langsung dituruti sama Oliv, karena dia juga takut pada pria seperti Rando. Apalagi, Rando terang-terangan menggoda Oliv.

Semoga Rando cepat pulang.

...

"Bening amat tuh cewek, siapa namanya? Liv?" Rando langsung mengeluarkan rokok saat sudah keluar apartemen.

"Oliv. Panjang ceritanya. Lo cepet balik gih," usir Dirga, dia benar-benar ingin minta tolong pada Oliv.

Rando teriak kecewa, "Yaelah, Ga. Sebatang dulu lah. Nih." Dirga menolak. "Udah berenti gue. Duluan ya, gue mau ke Oliv lagi."

Tanpa menunggu balasan, Dirga meninggalkan Rando. "Bocah polos itu dah paham cewek ya," gumam Rando seperti seorang ayah yang melepaskan anaknya.

Kemudian, dia tersadar kalau tujuannya ke apartemen Dirga itu untuk mengambil flashdisk yang berisi dokumen pentingnya itu.

Dia langsung merutuki kebodohannya dan mengabari orang lain lewat hpnya kalau dia tidak menemukan flashdisk itu.

Lain dengan Rando yang merasa kesal, Oliv justru menghela napas lega ketika Dirga balik tanpa Rando. "Akhirnya, tuh anak serem banget deh."

Dirga tertawa mendengar kejujuran Oliv, "Biasa, bocah tongkrongan gue dulu," jelas Dirga singkat.

"Lo mau minta tolong apa?" tanya Oliv mengingat ucapan Dirga tadi.

Dirga berdehem. "Potongin rambut gue dong," pintanya.

"Ogah, emang gue hairstylist apa? Dibayar apa gue?!" Oliv berkata garang.

"Buset, Non. Serem amat. Nih ya gue kasih tau, lo dikasih tempat tinggal, lo dikasih pakaian, lo dikasih makanan layak di sini, bahkan tubuh lo jadi balik lagi kan di sini. Gue cuma minta imbalan potong rambut doang lho."

"Tapi kan gue gak bisa potong rambut, lo mau rambut lo acak-acakan?"

Dirga menghela napas, "Emang salah gue minta tolong duluan. Nama gue Dirga Mahendra, pemilik apartemen ini." Tangannya terulur. Dirga sengaja menekankan bahwa dia yang memiliki ruangan ini dan seisi-isinya.

"Olivia Irene. Anterin gue pulang buru," pintanya sedikit memaksa.

"Ampun dah, Liv. Tenang dulu di sini. Gue janji gak akan ngapa-ngapain lo di sini, kenapa lo ketakutan banget?"

Gimana tidak takut, sekamar dengan pria asing di tempat yang asing juga.

"Lo cowok, gue cewek, kita baru kenal kemarin. Gue cuma mau pulang, Dirga. Gue capek, capek banget. Tolong." Kali ini Oliv memohon, bahkan sampai menyatukan telapak tangannya, berharap Dirga mengabuli permohonannya.

Oliv merasa sudah cukup obrolannya dengan Dirga di kamar ini, ia butuh keluar untuk meneguk segelas air putih.

Tapi, Dirga lebih cepat menangkap tangan Oliv. "Oliv, please, kalo lo setakut itu sama gue. Gue gak bakal nahan lo di kamar, kita ke ruang depan, lo ceritain kenapa jiwa lo sama Maur bisa tertukar."

Dengan sekali sentakan, tangan Dirga terlepas dari tangan Oliv. "Demi Tuhan, Ga. Kalau gue tau gue udah cerita ke lo dari tadi, yang gue inget cuma gue pingsan terus bangun-bangun ada di tubuh Maur."

Setelah mengatakan itu, Dirga diam beberapa saat, lalu Oliv memilih keluar kamar untuk mengambil minum yang sempat tertunda.

"Kenapa lo pingsan?" tanya Dirga pada Oliv yang sudah selesai minum. "Lo abis dipukulin? Atau lo sakit parah? Gak mungkin kan lo tiba-tiba pingsan."

Oliv menghela napas, "Ibu gue meninggal kemarin, beberapa hari setelah Ayah gue meninggal, terus gue terlalu kaget mungkin atau kecapekan, jadinya pingsan. Jadi, ayo anterin gue pulang."

Mendengar cerita Oliv yang cukup mengagetkan, dia akhirnya setuju untuk mengantar Oliv pulang.

"Oke, gue anter lo pulang, tapi gue naik motor, gak usah protes, baju lo lagi dicuci kan, tadi lo yang masukin."

"Gue tunggu sampe selesai mesin cucinya."

"Kenapa?" tanya Dirga bingung.

"Ada daleman gue."

Dirga terkejut, "Lo pikir gue cowok apaan? Gue gak bakal apa-apain itu daleman."

"Yaudah, gue mau nungguin aja, itu daleman favorit gue," kilah Oliv, padahal mah dia takut diguna-guna oleh Dirga.

Dirga menghela napas, "Ok, gue kerja dulu, lo jangan berisik," katanya sambil menggendong Maur.

"Ck, iya bawel." Oliv menunggu di ruang tengah sambil menonton TV. Tanpa sadar, dia tertidur karena acara televisi yang dia tonton membosankan.

Bersamaan dengan itu, Maur tertidur di pangkuan Dirga.

...

19.05.20

Cat PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang