Evan bener2 buntu saat ayahnya harus dioperasi dan butuh uang sejumlah 150 juta.Dengan pekerjaan dia sebagai penghantar surat doang mana bisa ngumpulin uang sebanyak itu. Evan nekad untuk merayu pada CEO Hotel Grandstar, Bella Alexandra yang sombon...
Evan melajukan langkahnya masuk ke rumah sakit. Saat menerima panggilan dari pihak rumah sakit tadi jantungnya seakan berenti berdetak. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit dirinya tidak berenti berdoa. Dia bener2 khawatir dengan keadaan Bella. Saat kakinya sampai ke ruang UGD matanya menangkap sosok lelaki dan wanita separuh umur. Mertuanya. Pak Herman menoleh kearah Evan. Namun istrinya tidak mempedulikan kehadiran menantunya. Evan menghampiri keduanya. Evan menghulurkan tangan untuk bersalaman namun dicuekin sama pak Herman.
"Apa ini yang kamu maksudkan bisa bahagia in anak saya? " soal pak Herman saat matanya menatap tajam kearah Evan.Evan terdiem.
"Kamu tau gimana perasaan saya saat saya dikasi tau bahwa satu2 nya anak saya kini berada dalam kondisi sebegitu?Dia ditemui pingsan kerna digetok sama objek keras dikepala.Kamu tau? "
"Kamu bener2 bukan suami yang baik buat anak saya. " bentak pak Herman.
"Papi aku... "
"Jangan pernah manggil saya papi. Kamu bukan anak saya. "
Saat Evan coba menerangkan kedudukan sebenar, muncul seorang dokter lelaki muda dari ruang UGD tempat Bella berada.
"Maaf, apa kalian keluarga dari pasian bernama Bella? " soal dokter Alvin. Evan dan pak Herman mengangguk perlahan.
"Kondisi bu Bella dalam keadaan baik. Dia udah bisa lewati masa kritis nya."
"Alhamdulillah." Evan menadahkan kedua tangannya. Pak Herman memeluk tubuh istrinya.
"Dan satu hal yang saya ingin bertanya, apa kalian tau kalo bu Bella kini hamil? " soal dokter Alvin lagi.
"Maksud dokter, istri saya hamil?" Evan bertanya sekali lagi. Dokter itu mengangguk perlahan sembari tersenyum.
"Ya Allah terima kasih ya Allah. "
"Tapi dalam keadaan sekarang kondisi kandungan bu Bella sedikit lemah. Apa lagi dia belum sadar.Jadi yang penting sekarang bu Bella harus sadar secepatnya. Kalian harus kasi semangat buat dia." ujar dokter Alvin. Evan dan kedua mertuanya hanya mengangguk perlahan.
Pak Herman kaget saat mendengar tentang kehamilan anaknya. Jujur jauh dilubuk hati yang paling dalam ini adalah kabar yang sangat dia tunggu2.Sebagai seorang ayah pastinya moment untuk mendapat cucu adalah perkara yang paling mengembirakan. Tapi di situasi sekarang hatinya masih beku dan keras. Apalagi mengingatkan penipuan Evan dan Bella.
"Dok, apa bisa saya jengukin istri saya? " soal Evan perlahan.
"Bisa pak. Jangan lupa kasi kata2 semangat buat dia. " ujar dokter Alvin. Kemudian dia pamit.
"Saya ke dalam dulu. " ujar Evan pada mertuanya. Pak Herman tidak menjawab tapi ibu mertua nya tersenyum dan mengangguk.
"Makasih mi. "
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Sayang aku datang nih. " ujar Evan seraya duduk di kerusi sebelah kasur Bella. Betapa hancur hatinya melihat kondisi istri yang dia cintai terbaring kaku begini. Air mata Evan perlahan mengalir. Tangan Evan menyentuh lembut perut rata Bella. Dia tersenyum.