-Bab 2-

38 5 0
                                    


------------------



Flashback off~

Malik Fernandez. Cowok ganteng tapi memiliki sikap dingin, dan digandrungi hampir seluruh siswi SMA Einstein. Namanya langsung melejit tinggi, tatkala pada saat ospek kepala sekolah mengenalkannya sebagai anak dari pemilik yayasan sma ini.

Malik. Dia pintar, good looking, cool, rich boy, anak pemilik yayasan, dan segalanya ada padanya, sempurna. Jelas yang mengatakan itu bukan aku, tapi Kanya. Teman baruku di sma, selain bella, raya, soca, dan launa yang sudah berteman lama denganku.

Sedari tadi kanya sangat histeris melihat malik naik ke atas podium dan tersenyum tipis, sangat amat tipis sekali, sebelum mulai berbicara sedikit. Dia kaku, tapi tidak mengurangi kadar ketampanannya.
“Astaga dragon, kak malik ganteng banget. Seneng deh gue jadinya, masuk sma sini. Banyak cogannya, cuy.” Ucap kanya sambil menyenggol bahu bella.

Bella yang juga tertarik kalau sudah membahas cogan, tetapi tidak se histeris kanya. “Iya, gue tau nya. Malahan duluan gue daripada lo, abang gue kan, sma nya disini.”

Bella menyombongkan diri pada kanya, dia tau terlebih dahulu daripada kanya, jika sma nya yang juga tempat abangnya menimba ilmu adalah ladangnya cogan.

“Kalah start kan lo, dari gue.” lanjut bella, semakin membuat kanya merutuki dirinya.

Aku, raya, launa, dan soca hanya sibuk mengobrol hal yang tidak penting. Kami tidak terlalu excited terhadap cogan-cogan yang ada di sma ini, tetapi aku sempat tertarik kepada malik. But, siapa yang tidak tertarik kepadanya? Disenyumin sekali aja, mungkin cewek-cewek pada ke ge-er an semua.

Aku mengobrol dengan soca, sedang una dengan raya. Banyak hal yang kutanya dari soca, seperti dia lulusan smp mana? Berapa saudara, dan terakhir kali aku tanya, apakah dia masih keturunan orang chines, karena wajahnya tipikal orang cina, kayak mei-mei, aduh jadi pengen nonton serial upin-ipin.

Kami bercerita ngalor ngidul, sampai-sampai kami tidak menyadari, jika kami sedang menjadi perhatian diantara banyak siswa siswi yang berkumpul di lapangan indoor.

“Ca, nama lo disebut tadi sama kak malik. Disuruh maju ke podium lo, sono maju.” Tegur bella sambil mencolek lenganku. Aku hanya celingukan tidak tau, kenapa aku yang dipanggil tiba-tiba? Apa aku ada salah sampe harus maju ke podium? Dipanggil kak malik pula.

“Ca, ngapain masih diem disini? Sana maju, udah dipanggil dua kali juga.” Ucap kanya, menimpali.

“Sekali lagi orang yang saya panggil harus maju ke depan, Aisyah Azzara Usmaniyyah. Silahkan, maju ke depan.” Sekali lagi namaku terpanggil dari pengeras suara diatas podium.

Oke, sekarang aku malu. Semua orang melihat ke arahku dan meneriaki ku untuk maju. Kanya mendorong tubuhku, dan aku dengan langkah pelan, berjalan ke arah podium.

Suara teriakan-teriakan terus kudengar, sampai saat aku tiba di podium aku tidak berani untuk menegakkan wajahku. Aku malu, berada di depan banyak orang yang tidak kukenal.

“Ehem..” Deheman dari seseorang disampingku membuatku mendogakkan kepalaku ke arahnya, ini dia lagi kode buat diliatin atau mau buat gue biar gak malu?

Malik Dan Aisyah [REVISI!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang