Bab 1: Tetesan

177 12 0
                                    

Aku ingin menggapai, setidaknya hanya satu keinginan sekecil itu. Barangkali jika hal itu berhasil, aku masih merasa kalau saat ini aku baik-baik saja.

ㅣㅣㅣ

Guyuran air yang jatuh dari langit sudah 1 jam lalu masih tak bosan untuk berhenti. Namun setidaknya suara gemuyur-nya dapat menyamarkan hening ruangan di suatu rumah sakit kota.

Ruang inap pasien yang sudah satu Minggu dihuni olehnya, Janu Iskandar Alfatah. Pemuda yang masih duduk di bangku kelas 9 SMP setengah tahun, harus segera di rawat inap kan karena penyakit yang bersarang di tubuh nya. Ia terpaksa, sungguh dengan hati yang gerundel ia simpan selama seminggu ini.

Selama itu manik Janu dengan tubuh yang bersandar di ranjang pasien yang sudah di naikkan, tak luput memandang tetesan air yang membasahi permukaan jendela ruangannya.

Sebenarnya Janu ingin menyentuhnya, setidaknya satu tetes air diluar sana, seberapa dingin, seberapa segar, ia ingin merasakannya. Beberapa saat pula pikirannya melayang-layang pada masa dimana sebelum tubuhnya digerogoti oleh virus yang tiap malam selalu menyerangnya tanpa ia sadari.

Kala ia bermain dengan 2 sahabat  yang kini sudah jarang bertemu setelah ia masuk rumah sakit, kala ia bersenda gurau dengan keluarganya, dan yang paling ia rindukan adalah rasa sentuhan dimana Janu selalu merasa mengambang diantara angan-angan yang ia bentuk dengan indah bersama hujan yang membasahi seluruh tubuhnya.

Dari kecil Janu memang suka dengan hujan, karena Hujan adalah teman bagi Janu. Dimana Hujan yang kadang membuat orang lain merasa kesal, dimana hujan kadang mengurung manusia untuk tak pergi dari rumahnya.

Tapi bagaimana pun,  pandangan Janu tentang hujan nyatanya berbanding terbalik dengan yang orang lain pikirkan.

Janu adalah salah satu anak dari keluarga yang sering berpindah-pindah tempat tinggal. Dimana pekerjaan orang tua menuntutnya untuk tidak memperbolehkannya menetap di satu tempat sedikit lama, dimana ia dapat membuat kenangan hidup yang menyenangkan, tanpa merasa canggung pada orang lain, tanpa merasa selalu tak enak hati dengan orang yang baru dikenal.

Setiap waktu, dimana Janu harus meninggalkan tempat yang justru sudah membuatnya nyaman, disaat itu hujan tiba membawa gemuruhnya, menemani sepi yang akan ia rasakan ditempat baru.


Tbc...

Hope with the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang