18

331 14 20
                                    

Song fic of the day:
18- One Direction

*****

Tahun 2014. Rian Ardianto tidak pernah menyangka bahwa tahun itu akan menjadi tahun yang benar-benar mengubah hidupnya. Dia sudah merencanakan karirnya di dunia badminton sedemikian rupa saat Ia dipanggil masuk ke pelatnas. Masuk pelatnas, sudah. Menjadi atlet terfokus hanya di satu sektor, ganda putra, sudah. Mendapatkan pasangan ganda putra yang sefrekuensi pun sudah. Lalu mengapa jadi seperti ini? Kini dia berdiri di tengah GOR Pelatnas setelah mendapat kabar bahwa pasangan gandanya keluar dari Pelatnas beberapa minggu yang lalu, dan sekarang akan digantikan dengan pasangan gandanya yang baru, Fajar Alfian.

Dia sudah mengenal Fajar Alfian, hanya sekedar tahu nama dan gaya permainannya sih. Dia sempat bertanding beberapa kali melawan Fajar, dan selalu menang. Dia juga tidak begitu mengenal banyak pemain sedekat itu. Mungkin hanya atlet-atlet satu klubnya saat di Jogjakarta dan di Jakarta, dan beberapa pemain yang berjuang dengannya di Kejuaraan Dunia Junior. Selain itu, hanya sekedar bertemu saat pertandingan saja. Jadi, dia sedikit khawatir tentang kemistrinya dengan Fajar. Secara Rian itu sangat pemalu, dia akui itu. Berkenalan dengan pasangannya yang lalu saja susah.

Rasanya seperti dimainkan dengan takdir, Rian pikir karir badmintonnya akan segera dimulai, namun seakan akan harapannya tersebut dihancurkan kembali. Sekarang dia bingung, butuh berapa lama membangun kembali kemistri dengan Fajar? kapan dia akan memulai karirnya, memasuki list pemain top ganda putra, memenangkan pertandingan-pertandingan super series yang bergengsi, dan menjadi pemain hebat seperti yang dia harapkan? sekarang semuanya seperti mustahil.

"Rian, jangan melamun! Ini kenalan dulu sama pasangan baru kamu, Fajar Alfian dari SGS Bandung. Udah kenal kan? dulu sempet ada beberapa kali tanding bareng kalian, pasti udah kenal." Ujar Coach Chafidz, membuat Rian terbangun dari lamunannya dan tersenyum kikuk ke arah Fajar. Ini pertama kali melihat Fajar sedekat dan selama ini, jelas pikirannya yang sudah melayang mulai menilai penampilan Fajar. Banyak senyum-senyum tidak jelas, seperti tidak serius.

Kok, dia bisa masuk Pelatnas sih?

"E-eh iya Coach.. Rian Ardianto, salam kenal." Rian lalu tersenyum kikuk lagi saat melihat respon Fajar yang sedikit terkejut dengan ucapannya. Apa dia terlalu kasar ya tadi? entahlah. Sekarang pikirin dulu, gimana membangun kemistri yang baik agar bisa menjadi pemain top!

"Iya gue tau, kita pernah tanding beberapa kali. Gue Fajar, semoga kita bisa menjadi pasangan yang akur ya. Mohon kerjasamanya!" Fajar pun tertawa karena ucapannya. Tapi Rian bingung, apa yang lucu? dia kan sedang serius juga memikirkan gimana mereka bisa akur. Si Fajar ini, nyindir ceritanya?

"Hehe.. iya!" Rian hanya bisa mengeluarkan kekehan kecil. Habis, dia bingung meresponnya bagaimana. Rian takut salah berbicara dan membuat suasana tidak nyaman.

"Yaudah, latihan dulu. Kita coba, abis itu kalian mau saya daftarin juga Astec Indonesia International Challenge. Gak perlu takut! latihan aja yang bener dulu, hasilnya nanti jadi bahan evaluasi kalian ke depannya." Coach Chafidz berbicara dengan tegas, artinya tidak main-main. Rian merasa sepertinya Coachnya satu ini menaruh ekspektasi yang lumayan besar untuk hasil pertandingannya dan Fajar nanti. Semangat Rian jadi membara, dia harus mengakrabkan diri dengan Fajar dan latihan yang serius! Harapan Rian seperti kembali lagi, mungkin ini akan menjadi awal pintu karirnya di badminton, dan dia berjanji untuk memanfaatkannya sebaik mungkin. Masa bodoh dengan Fajar dan gayanya yang yah.. seperti itu deh!

****

"Rian, lo umur berapa sih? Kita seumuran kan ya? Oh ya, lo dari Jogja kan? Tapi sekarang masuk klub JRJ, ya?" Fajar bertanya seusai mereka latihan dan mendapat evaluasi dari Coach. Pertanyaan Fajar yang banyak itu membuat Rian kaget. Ini orang, banyak omong juga ya? Padahal tadi pas latihan, lumayan pendiam dan serius. Pikiran negatif Rian tentang betapa cerewet partner barunya ini mulai perlahan-lahan muncul, namun langsung Ia tahan. Ingat Rian! Kamu harus mengakrabkan diri.

daily dose (faj//ri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang