yakin

301 22 40
                                    

yakin/ya·kin/ a 1 percaya (tahu, mengerti) sungguh-sungguh; (merasa) pasti (tentu, tidak salah lagi)

----------

Rian menatap dirinya di kaca kamar mandi asrama ganda putra pelatnas. Kantong matanya semakin gelap setiap harinya, matanya lelah, dan mukanya kusut. Ia susah tidur baru-baru ini. Rian juga tidak mengerti kenapa beberapa minggu ini Ia merasa seperti bukan dirinya. Suatu hari Ia bisa merasa sangat berenergi, ingin berolahraga dan latihan seharian penuh non stop, tetapi di hari esokannya Ia akan merasa lesu, mual, dan hanya ingin duduk di depan toilet dan memuntahkan seluruh isi perutnya.

Ia menebak-nebak kalau dirinya merasa seperti ini karena Ia sudah terlalu lama berada di pelatnas tanpa diizinkan keluar dan kondisi hubungannya dengan Fajar, pacar sekaligus partnernya di dalam lapangan, yang sedang sedikit tidak baik. Rian tidak tahu mengapa, tetapi terkadang Rian merasa terganggu saja dengan keberadaan pacarnya. Fajar juga tidak mempermasalahkannya, Ia malah memberikan Rian waktu untuk dirinya sendiri dan lebih banyak bergaul dengan teman-temannya yang lain. Tetapi karena Fajar lebih memilih bergaul dengan yang lain, Rian jadi kesel sendiri. Rian merasa Fajar tidak perhatian dengannya. Duh, Rian bingung sama dirinya sendiri!

"Loh, Jom? Ngapain bengong di kaca? Iya tau lo ganteng, tapi narsis banget lama-lama natap diri sendiri sampai terpana gitu!" Kevin tiba-tiba masuk dan terkekeh melihat sahabatnya yang 'terpana' melihat dirinya sendiri di kaca. 

Rian terbangun dari lamunannya, melihat Kevin melalui pantulan kaca dan tersenyum tipis, "Nggak Pin, gue ngerasa gak enak badan aja nih.. kenapa ya? gak mungkin kan..." Rian membiarkan perkataannya menggantung, karena dirinya sendiri juga takut dengan perkiraan dirinya sendiri. Masa, dia kena virus yang lagi ngehits itu? Dia tidak mau! Amit-amit, deh.

Kevin tertawa, melihat raut muka Rian yang seperti kebingungan, namun ketakutan juga. Ia berceletuk asal, "ya elah Jom! gak mungkin lo kena corona, aneh-aneh aja! hamil kali lo, lagi karantina gini lo ngamar terus kan sama Fajar! Gak usah ngelak, gue tau lo sama Fajar kayak gimana. Makanya, udah gue suruh tinggal bareng di rumah gue gak mau, abis kan lo sama Fajar! Pake kaos kaki nggak, masuk rumahnya?" Kevin mendekat ke arah Rian, ikut berdiri di sebelahnya sambil melihat Rian lewat kaca. Sumpah, Kevin bercanda! worth it banget, lihat ekspresi muka Rian yang kaget mendengar perkataan Kevin yang eksplisit itu. Kevin tertawa keras. 

"Apa sih, Pin? gue sama Fajar gak segitunya kali! Lo pikir kita apaan? binatang? Ngawur banget." Rian benci Kevin, karena sekarang dirinya bukan lagi memikirkan kemungkinan bahwa dirinya terpapar virus. Masa iya sih, dia ngisi? kan, Fajar mainnya pake pengaman. Dia juga marah kalau Fajar suka hampir kelepasan lupa pakai. Fajar itu harus diingetin kalau sudah ke alam lain pikirannya saat lagi main. Rian selalu mengingatkan kok. Eh.. apa tidak ya? Aduh, pusing! 

Kevin melihat sahabatnya yang melamun lagi dengan pandangan kebawah, dirinya jadi ikut khawatir. Tadi, dia bercanda berlebihan ya? "Jom, gue tadi cuman bercanda. Lo, mikir apa sih sekarang? khawatir gue liat lo dari kemaren, kayak bukan Rian yang gue kenal. Lo oke kan?" Rian mengangkat kepalanya dan melihat Kevin, seperti tidak yakin untuk meminta bantuan Kevin. Kevin pun kembali bertanya, "Jom, lo kenapa? Lo tau kan gue bakal selalu bantu lo, sekarang lo mau apa? cerita? lo berantem sama Fajar? kenapa sih?"

Rian mempertimbangkan lagi pikirannya, Kevin sahabatnya. Dia pasti mau menolong Rian, kan? Walaupun Ia yakin Kevin pasti tidak pernah melakukan ini. Rian akhirnya memantapkan dirinya, "Kevin.. nanti pas lo pulang, kalo lewat apotek, beliin test pack ya?" 

Kevin hanya bisa menatap Rian dengan mulutnya yang terbuka. 

----------

daily dose (faj//ri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang