Rian Ardianto menghela nafas lelah, seharian ini dia dipusingkan dengan banyaknya tugas dan materi yang harus dia kerjakan dan pelajari. Dentuman di kepalanya juga tidak membantu kelancaran kuliahnya hari ini. Jika saja jatah absennya masih banyak, dia sekarang pasti sedang berada di apartemennya dan tertidur. Sayangnya jatah absennya sudah habis, dan dia harus masuk kelas agar dapat mengikuti UAS. Jadi di sinilah dia berada, di kantin SBM ITB, menelungkupkan kepalanya sejenak di meja kantin.
Beberapa saat kemudian, dia merasakan hangat di atas kepalanya. Merasa terganggu, dia pun mendongak ke atas. Anthony memegang dua gelas kertas yang mengeluarkan aroma kopi, dengan tatapan bingung dia berucap, "untung beneran Rian, dikira orang lain. Tapi keliatan sih sebenernya dari jaket lo. Lusuh amat tuh muka? kenapa sih?" Anthony lalu duduk di depannya.
"Pusing!! banget!! kepala gue rasanya kayak mau pecah!" Rian memegang kepalanya, lalu menunjuk salah satu gelas yang mengeluarkan aroma kopi yang menggodanya. Pasti kepalanya akan terasa jauh lebih baik setelah meminum kopi itu. "Mau ya kopinya!" Rian pun mengambil gelas tersebut dengan cepat dan menenggak habis kopi di dalamnya dalam sekejap, membuat Anthony menggelengkan kepalanya karena takjub dengan kelakuan sahabatnya satu ini yang tidak pernah berubah dari SMA. "Pasti abis mabok ya lo tadi malem? Ya ampun, malem Selasa masih bisa-bisanya sih party. Gak mikir lo kalo ketawan Bapak lo bisa diapain?"
Rian pun hanya bisa tertawa kecil, umur segini masih takut sama Bapak? yang benar saja! 19 tahun hidup bersama Bapak membuatnya sudah kebal dengan tingkah lakunya. Beruntung saat lulus SMA dia akhirnya bisa keluar dari jeratan Bapaknya.
Saat Rian sedang memikirkan Bapaknya, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Dengan sedikit terkejut dia membukanya, nyaris jantungan saat melihat nama penelfon. Rasanya jantungnya jatuh ke perutnya.
Bapak is calling. . . .
Dengan tangan bergetar Rian menunjukkan layar handphonenya kepada Anthony, yang langsung melotot saat melihat nama penelfon. Dengan semangat Anthony berbisik untuk mengangkat telfon tersebut.
Hati Rian berdegup kencang, sialan. Bapaknya jarang sekali, malah bisa dihitung jari, reach out ke Rian. Entah itu dalam bentuk telfon, whatsapp, atau langsung datang ke Bandung. Jadi dia kaget setengah mati setiap Bapaknya menelfon, seperti sekarang ini.
Rian menelan ludah dan dengan perlahan mengangkat panggilan tersebut. "Halo Bapak, tumben nelfon Rian?" Rian menatap Anthony dengan tatapan minta tolong, tetapi Anthony, sahabatnya yang jahat itu, hanya bisa menahan tawa sambil menyeruput kopinya dengan santai. "Mas? kamu dimana ini?" Bapaknya bertanya dengan suaranya yang berat dan nada tegas. "Kuliah Pak. Baru aja bubar kelas terakhir hari ini. Kenapa Pak?" Rian mulai curiga, Bapaknya tumben sekali bertanya seperti ini? ada yang salah nih kayaknya. Dia langsung dengan cepat mengingat dosa-dosanya selama berkuliah di Bandung. Mabok? Bapak sudah biasa melihatnya, sampai bosan memarahi dirinya. Rutin ke shisha cafe tiap minggu? masa sih Bapaknya tahu mengenai ini! bangun di kasur berbeda setiap dia mabuk? masa... itu sih? jantung Rian mau copot rasanya!
"Oh.. ya sudah.. cepat keluar, Bapak sudah di luar. Bapak gak mau lama ya!" lalu Rian hanya bisa mendengar nada putus, Bapaknya menutup telfon. Rian menganga, terkejut. Ingatannya tentang peristiwa penting beberapa waktu lalu datang kembali. Bapaknya ini, habis naik pangkat jabatan. Sudah bukan Brigadir Jenderal, tapi Mayor Jenderal. Jadi, dinasnya pun pindah. Sederhananya, Bapaknya ini habis serah terima jabatan. Keluarganya sekarang menetap di salah satu rumah dinas yang berada di salah satu Kodam yang terletak di Jawa Barat, yang sialnya dekat sekali dengan tempat dia berkuliah. Makanya sekarang si Rian akan lumayan sering dikunjungi keluarganya, apalagi sama Bapak. Dia pun menepuk dahinya pelan, "aduh! lupa kan gue! gimana ini!!" Anthony menatapnya heran. "Kenapa sih? Bapak lo ngapain lagi sekarang?" Rian lalu menatap Anthony dengan wajahnya yang panik, sambil berseru "Bapak gue di luar sekarang! nungguin gue! mampus, mana gue lagi hangover parah! minjem kacamata hitam dong, gue gak bawa nih! sial sial sial!" Anthony pun yang mendengar Rian yang sedang panik langsung membuka tasnya dengan tergesa dan mencari kacamata hitam, saat dia menemukan barang tersebut dengan nada lega dia pun membalas seruan panik Rian. "Nih! cepetan pake terus cabut dari sini, Bapak lo bisa ngamuk kalo lo kelamaan." Rian dengan segera memakai kacamata tersebut dan mengambil semua barangnya, lalu dengan setengah berlari dia keluar dari gedung kuliahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
daily dose (faj//ri)
FanfictionKumpulan cerita pendek Fajar/Rian untuk melengkapi hari-hari kamu🌤