3

19 6 0
                                    

Hari ini, tepatnya sabtu. Jadwal les harian sekolah. Aku tak mengerti ada apa dengan diriku. Badboy sekolah, pemalas, tapi ada saja yang mau menjadi pacarku. Tidak seperti gadis lain yang enggan mendekati ku. Entah ini anugerah, arau bencana. Aku pun sadar, ada sosok perempuan yang mau menjadi pacarku.

Tepatnya, aku pernah bermimpi memiliki perempuan yang mau menemaniku dari yang tidak ada menjadi ada. Tak berharap banyak atas hubunganku dengan Laras. Aku hanya ingin nilai ku naik. Karena, selama ini aku terlalu bermain-main. Bingung dengan keadaan.

"Say, kamu kenapa?" tanyaku singkat kepada Laras.

"Gak apa-apa kok."

"Tapi, kamu kenapa cemberut? Ada yang salah denganku?"

Laras hanya menggeleng. Tapi aku sadar, ada yang di sembunyikan dariku.

"Kita pulang bareng, ya? Kamu tunggu aku," lanjut ku singkat.

Dan lagi, Laras hanya menggeleng. aku bahkan semakin bingung melihat dirinya.

Ada apa dengan Laras?

Flashback

"Bu, kenapa aku seperti ini?"

"Ian, jangan sedih semua pasti ada jalan keluarnya," kata Bu Dewi salah satu guru ku.

Sekaligus menjadi tempat ku bercerita. Entah bagaimana, aku biaa sedekat itu dengan guruku. aku menganggapnya seperti ibu ku sendiri. Mungkin, karena aku yang jauh dari rumah dan butuh sosok ibu.

➖➖➖

Mungkin karena itu Laras menjadi berubah dan banyak diam.

"Tadi, aku cerita dengan Bu Dewi. Tentang keluargaku, dan rasa kesepian ku."

"Oh ...," jawab Laras ketus.

Dan aku sadar apa yang Laras maksud. Ia ingin menjadi tempatku bercerita dan menuangkan semua masalahku.

"Ikut aku yuk," belum sampai di gerbang sekolah, aku menarik tangan Laras untuk pergi ke taman.

"Laras, aku minta maaf. Selama ini, aku kurang terbuka denganmu. aku hanya menikmati status kita yang berpacaran tanpa sadar manfaatnya," ucapku lemah kepada Laras.

Terlihat raut wajah yang sangat ku takuti ada padanya. Sinis melihatku.

"Kamu sadar? Kamu sadar? Kamu itu salah. Kamu anggap aku apa? Harusnya kamu bisa jadiin aku tempat segalanya," dengan nada tinggi, Laras berbicara sedikit membentak.

Aku langsung memeluknya. Menangis dan berbisik di telinganya.

"Aku sayang sama kamu. Aku gak mau kamu terus-terusan mikirin aku."

Laras hanya menangis. Ia tau dan paham bagaimana posisi Ku. Laras memelukku pun dengan erat. Tak hentinya, ku menangis di pelukan Laras sambil tersedu-sedu. Mungkin ini maksud Laras.

🌿

Hari mulai petang, dan Aku pun enggan mengajak Laras pulang. Entah karena kelelahan atau karena terlalu banyak menangis Laras tertidur pulas di pelukanku.

"Laras ... Bangun udah sore ... Kita pulang gak?" ucapku berbisik di telinganya.

Namun Laras tetap tertidur. Ku tau ia lelah, sangat lelah. Mana tega ku melihat kekasihku ini terbangun dari tidurnya yang lelap. Meski ku lihat langit mendung dari arah barat. Setengah menutup matahari. Ku tau, tak lama lagi akan hujan. Ku gendong Laras yang masih tertidur ke dalam kelas.

Inikah kekasihku? Inikah pacarku? Kenapa dia begitu cantik? Kenapa aku tega menjadikannya hanya sebagai penyemangat ku? Mengapa aku tak serius padamu?

Duka LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang